Mohon tunggu...
Abdul Syakur Hilmy
Abdul Syakur Hilmy Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Hari Muda

Pelajar penikmat hari muda sebelum kadaluarsa masa mudanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

AIR DAN PELANGI UNTUK ROHMA

4 November 2020   14:40 Diperbarui: 4 November 2020   20:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Arga justru menatap balik Rohma dengan lamat-lamat dan mencubit hidungnya yang sering menjadi sasaran Arga kalau kesal.
"Gini yah Peri Kecil, kamu tau kan kalau anak IPA tuh tugasnya banyak banget.
Ini aja belum selesai tugas proyek dari Pak Harja."

Dari pembicaraan mereka, salah satu teman mereka menyeletuk dengan kencangnya.
"WOY! Kalau pacaran jangan disini!"


Sontak teman-teman yang lain mengejek mereka dan itu membuat mereka tersipu malu. Rohma menutup wajahnya yang memerah dengan kerudungnya.
"Tuh, Ga. Gara-gara kamu sih."
"Kamu yang duluan. Ok, besok yah. Awas kalau ada apa-apa aku nggak tanggung jawab."
"Ok, siap!"

Mereka kembali menyantap makan siang masing-masing.

Pertemanan mereka bukanlah hal yang singkat, sepuluh tahun lebih. Sebuah pertemanan yang tak jarang timbul pertengkaran di dalamnya. Tapi, ada saja yang membuat mereka selalu bisa berdamai dengan kesalahan, seolah tak ada masalah di hari kemarin. Tapi siapa sangka, pertemanan sepuluh tahun lebih itu menutupi sesuatu, yang ada dalam hati.

Besok harinya, bertepatan dengan hari minggu mereka berangkat menuju tempat yang telah di tetapkan, Pegunungan Silaga. Berjarak dua puluh  kilometer dari rumah mereka mengakibatkan mereka harus menaiki sepeda motor. Dengan kabut yang cukup tebal tak menyurutkan penasaran seorang  Rohma untuk mencari tahu tentang air itu.
"Masih jauh kah?"
"Lumayan, Ga."
"Mampir dulu ke warung yah? Mulai dingin nih."
"Boleh, mau ngopi dulu?"
"Emang kamu ngopi?"
"Enggak."

Mereka mampir di sebuah warung yang tidak jauh dari tujuan mereka. Bangunan seperti gubuk lama, bangunannya tertutup terbuat dari bambu seluruhnya. Dengan satu pintu disebelah kiri dan ada bagian terbuka hanya untuk jendelanya saja. Di dalamnya terdapat meja panjang dan kursi panjang yang masing-masing satu buah, serta kopi-kopi sachet berbagai jenis yang tergantung. Beberapa bakwan hangat yang tersaji di piring dan beberapa cabai yang tersedia sebagai penambah rasa bakwan juga tersedia. Siapapun bisa mengambil dengan membayar diakhir. Saat masuk warung itu, tercium aroma bakwan yang masih digoreng dengan asap wajan yang masih mengepul tinggi. Khas sekali dengan wilayah pedesaaan.
"Silahkan, dek. Mau pesan apa?"
"Kopi satu sama teh satu, bu."
"Ok, ditunggu ya."

Sembari menunggu, Arga dan Rohma mengecek jarak tujuan mereka melalui GPS yang sejak tadi menyala.
"Deket sih, tinggal beberapa meter lagi."
"Terus motornya mau ditinggal disini, Ga?"
"Kamu capek nggak? Bentar doang nyampek udah."

Saat berdiskusi, ibu penjual itu memberikan pesanan mereka dan ternyata ibu itu mendengarkan pembicaraan mereka.
"Kalian mau kemana emangnya?"
"Eh, mau ke daerah Derama, bu."
"Oh, mau ngapain emangnya nak?"

Sontak mereka bingung, karena tidak mungkin menjelaskan tujuan aneh mereka. Sampai Arga membuat alasan buruk.
"Itu, bu. Ada janji sama teman."
"Di tempat kaya gini? Wah keren ya. Siapa namanya?"
"Eh?"
"Kebetulan ibu disini jadi ketua RT, mungkin ibu bisa bantu."

Mereka semakin bingung namun Rohma menjawab dengan baik.
"Bukan orang sini kok, bu. Kami mau ketemu kawan lama, cuma janjiannya di daerah sini."
"Oh, ibu kira warga sini."
"Hehe, nggak bu."
"Kalian bukan mau mencari air keajaiban kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun