Mohon tunggu...
Abdu
Abdu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Keperempuanan

laki-laki yang berasal dari cirebon, sebuah kota yang dijuluki dengan kota wali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Busana Perempuan

16 Januari 2023   10:15 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:46 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di beberapa kota dan kabupaten penggunaan jilbab pun menjadi kewajiban. Suasana ini didukung pula oleh pertarungan politik yang tajam menjelang Pilpres 2014 saat itu, ketika simbolisasi agama menjadi sangat penting.

Bahkan pada beberapa wilayah di indonesia, jilbab atau menutup aurat menjadi sebuah kewajiban yang tertuang pada perda wilayah tersebut. Seperti di daerah aceh sebuah wilayah yang dijuluki dengan serambi ka'bah.

Identitas "syar'i"

Identitas "syar'i" yang kemudian dilekatkan pada banyak aspek kehidupan masyarakat, mulai bank syariah yang mewabah, label untuk kompleks perumahan, penyebutan untuk toko dan sejumlah produk, hingga tentu saja pakaian. Tentu sangat menarik melihat kenyataan bahwa syar'i kemudian menjadi semacam gaya hidup. Akan tetapi alangkah bagusnya mereka pun tahu kata syar'I itu sendiri sehinga dalam melebelkan syar'I kepada sesuatu itu tak salah.

Namun, pada perkembangannya label "syar'i" menjadi tampak ekslusif, dalam arti bagi mereka yang tidak mengikuti standar "syar'i" dipandang menjadi tidak Islami. Persoalannya, siapa yang menentukan standar tersebut? Sementara, hal-hal yang disebut syar'i pun pada dasarnya bersifat ikhtilaf atau menjadi perdebatan di kalangan para ulama.

Fenomena pelebelan kata syar'I yang kemudian menjadi sebuah tren baru mulai melekat pula pada cadar.

Dari maraknya sebuah pakain yang menutup aurat ini melahirkan pemahaman baru kepada masyarakat. Bahwa sesuatu yang syar'I tak berarti kuno dan tidak fashionable. Sehingga mereka sadar bahwa memakai pakaian syar'I bisa saja tampil elegan dan tak ketinggalan zaman.

Walaupun demikian, hal ini tampak kontradiktif dengan semangat syar'i yang mengedepankan nilai-nilai kesederhanaan. Di sini lah, ideologi budaya pop tak bisa terhindarkan. Hal ini membuat fenomena cadar di Indonesia terlihat unik disbanding dengan negara yang lain. Meskipun cadar kerap dikaitkan dengan banyaknya batasan terhadap perempuan dalam mengkespresikan diri di ruang publik, toh di Indonesia mereka yang kemudian memilih bercadar secara fashionable tetap menunjukkan aksi-aksinya di ruang publik.

Wacana yang beragam

Di tengah perebutan wacana politik identitas yang mengental terkait label "syar'i dan tidak syar'i", saya menemukan adanya situasi yang khas terkait ekspresi keagamaan di Indonesia.

Masyarakat kita yang terbiasa berpikir homogen, dengan satu sudut pandang, dihadapkan pada banyak pilihan dan cara pandang, dengan semakin masifnya penggunaan media online. Bagaimanapun, ekspresi berpakaian selalu menyisakan ruang bagi ekspresi budaya yang khas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun