Mohon tunggu...
Abdul Wahab Dai
Abdul Wahab Dai Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Jurnalisme Warga

Gemar membaca buku dan media sejak SD hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Pemilu 1955 Tak Sedemokratis yang Kukira

14 Juli 2024   21:57 Diperbarui: 15 Juli 2024   05:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Abdul Wahab Dai

Namun dari segi penyuntingan buku ini masih perlu diperbaiki pada cetakan-cetakan berikutnya. Misalnya ditemukan kata-kata tak baku seperti 'sekedar' (seharusnya: sekadar), 'anggauta' (seharusnya: anggota). Mungkin terbawa oleh buku-buku referensi dengan ejaan lama.

Ada pula kata yang saltik seperti 'Belada' (seharusnya: Belanda). Penggunaan spasi seperti 'dikala' (seharusnya 'di kala'). Kata 'dipungkiri' (seharusnya: dimungkiri").

Kata 'komposi' seharusnya 'komposisi', 'provisi' seharusnya 'provinsi'. Istilah 'vote gather' mungkin yang dimaksud 'vote getter'. Juga ada penggunaan kata 'antar partai' yang seharusnya ditulis tanpa spasi 'antarpartai'.


Lalu apakah sudah ada praktik politik uang pada Pemilu 1955? Sejak kapan politik uang mulai dipraktikkan di Indonesia?

Menarik ditelusuri dalam buku ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun