Jelloun memilih cara menulis novel. Korupsi sistemik Maroko digambarkan Jelloun sebagi "keluwesan", "kebijaksanaan", "pengaturan" yang dilakoni oleh tokoh antagonis Haji Hamid yang bertolak belakang dengan karakter tokoh Murad yang protagonis dengan sikap anti-rasuahnya.
Awalnya Murad dengan segala daya upaya menolak ajakan "kerjasama" Haji Hamid, sejawat sekantornya di PU.
Murad akhirnya benar-benar patah (rompu) oleh sistem dan situasi rumah tangganya yang kacau-balau.
Hilma, istrinya yang "tak rela miskin" sering mendakwahnya tentang "kehidupan yang seharusnya lebih baik". Ada pula mertuanya yang "mata duitan" membuatnya benar-benar patah.
Pekerjaan Murad yang berurusan dengan izin bangunan awalnya disiplin dengan "tidak dengan mudah" menandatangani dokumen-dokumen yang diperlukan jika tidak memenuhi syarat.
Kehidupannya bertolak belakang dengan tokoh Haji Hamid yang bermobil dan berada akibat piawai dalam bernegosiasi, "lebih luwes" dan "lebih bijaksana".
Haji Hamid mendorong tokoh Murad agar lebih "luwes" dan "lebih bijaksana" dalam menghadapi para pemohon.
Murad akhirnya takluk dengan dua kali menerima komisi. Dirham dan dollar mengalir ke sakunya.
Sakitnya Karima (anaknya) dan istrinya (Hilma) yang tak memahami prinsip hidup suaminya telah menjerumuskan Murad ke medan rasuah menjadi pelaku.
Beban hidup membuatnya patah. Judul asli L'Homme rompu, sebagaimana disebutkan Penerbit di awal novel, artinya Lelaki yang Patah, sebuah permainan kata.
Kata "rompu" mirip kata "corrompu" dengan makna "korup". Ya, L'Homme corrompu artinya Lelaki Korup.