"Tentu saja ada Dik Astuti. Teman sekelas sama semuanya adalah teman-teman yang turut andil menyemangati saya untuk terus belajar, belajar, dan belajar." (MBN: 46)
Tokoh Syarifatul Bariyah sadar dan menyakini bahwa seorang teman atau sahabat adalah kekuatan dalam mencapai keberhasilannya. Semangat dalam menuntut ilmu dia dapatkan tak lain juga karena sahabatnya. Dia selalu menjaga hubungan dengan teman-temannya, bahkan teman yang sering menyakiti perasaannya.
Toleransi
"Mereka sangat memahami dirinya sebagai seorang muslimah. Mereka sama sekali tidak terganggu ketika ia terus mengenakan jilbab. Fiona bahkan sering membangunkan dirinya untuk bangun salat subuh." (MBN: 9)
"Tentang makanan, kamu tidak usah khawatir. Fiona punya teman muslim. Jadi Fiona sudah tanya-tanya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang muslim. Saya jamin semua makanan yang disediakan di rumah ini, aman untukmu." (MBN: 9)
Memahami perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang sangat diperlukan di era milenial ini. Tidak saling mencela dan menganggap paling benar adalah sikap yang harus ditumbuhkan kepada semua orang khusunya peserta didik di sekolah. Seperti persahabatan antara Fiona dan Rifa. Mereka berbeda kenyakinan, namun saling menghormati. Sehingga akan menjaga keutuhan persaudaraan.
Tanggung jawab
"Njih Abah, Rifa akan jaga diri, dan tidak akan membuat malu Baginda Nabi, insya Allah.(MBN: 11)
Ketika Rifa berhasil menjuari olimpiade matematika di Amerika, dia langsung teringat pesan Abahnya yakni Pak Nur. Ia langsung teringat Baginda Nabi Rasulullah SAW.
"Kalian jangan lupa, Rifa tidak asal ngomong. Dia sudah membuktikan, dia berhasil memenangkan olimpiade matematika di San Jose. Artinya ia mampu mengalahkan pelajar-pelajar Amerika di sana," Tukas Ika. (MBN:33)
Pernyataan Tokoh ika dalam novel membuktikan bahwa Rifa anak yang bertanggung jawab dengan perbuatan yang dilakukan. Bukan termasuk orang yang suka menasehati, tetapi tidak bertanggung jawab dengan ucapannya.