Mohon tunggu...
Iko Sia
Iko Sia Mohon Tunggu... -

...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Tanda 'Cinta'? Apa Tanda 'Sayang'?

23 April 2013   00:15 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 17470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita cinta pada kekayaan atau uang, kedudukan atau jabatan, maka tandanya adalah kita takut kehilangan kekayaan/jabatan itu. Kemudian dari situ, lahirlah tindakan-tindakan yang menunjukkan ketakutan tersebut, yakni, mau melakukan apa saja agar tidak kehilangan harta/kedudukan tersebut.

Ini jugalah penjelasan mengapa orang-orang mengatakan bahwa kadang, seseorang itu baru tahu atau sadar bahwa dia cinta setelah dia kehilangan orang/sesuatu yang dicintainya. Ini juga berarti bahwa terkadang kita tidak menyadari bahwa kita cinta akan seseorang atau sesuatu.

Anda pernah mendengar kejadian seseorang yang sanggup membunuh kekasihnya ketika mengetahui kekasihnya selingkuh bukan? Orang ini memilih untuk membunuh kekasih yang dicintainya itu dari pada dia membiarkannya bersama orang lain. Kenapa?? Karena ia tidak rela kehilangan orang yang dicintainya bukan? Inilah tanda paling utama jika kita mencintai sesuatu atau seseorang. Tapi, mengapa ia tega membunuh kekasihnya itu? Tidakkah dia sayang kepada kekasihnya itu? Disinilah perbedaan antara cinta dan sayang.

Konsekuensi Cinta


Sepadan dengan rasa indah yang ditawarkannya, konsekuensi dari perasaan cinta ini amatlah berat. Ada tiga konsekuensi rasa sakit yang harus dialami seseorang jika ia mencintai sesuatu. Pertama, konsekuensi perasaan yang dialami orang itu pada saat sebelum mendapatkannya. Kedua, konsekuensi perasaan ketika sudah mendapatkannya. Ketiga, kosekuensi perasaan jika kehilangannya.

Konsekuensi yang pertama: hati akan terasa amat sedih, kecewa, remuk, dan tersiksa jika cinta tak berbalas atau bertepuk sebelah tangan. Rasa sedih dan tersiksa ini sepadan dengan rasa indahnya cinta jika cinta itu berbalas.

Jika perasaan cinta itu ditujukan kepada sesuatu yang bisa membalas cinta, maka pertama-tama seseorang yang mencintai itu sangat ingin agar orang yang dicintainya itu mengetahui perasaannya. Kemudian, jika yang dicintainya itu telah mengetahuinya, maka selanjutnya, dia ingin agar yang dicintainya itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tetapi, jika ia temui bahwa orang yang dicintainya itu ternyata tidak mempunyai perasaan serupa dengannya, maka amat kecewa dan bersedih hatilah ia. Apalagi, kalau ternyata, orang yang dicintainya itu malah mencintai orang lain. Lebih hancur lagi hatinya.

Jika rasa cinta terhadap sesuatu itu adalah kepada sesuatu yang tidak berperasaan ---tidak seperti insan, yang bisa membalas rasa cinta--- misalnya kekayaan, kedudukan, dan lain-lain, sebagai ganti balas cinta disini adalah keberhasilan mendapatkan sesuatu yang dicintainya tersebut. Itulah balas cintanya. Jika dia berhasil mendapatkan apa yang dia cintai itu, maka artinya cintanya berbalas. Jika cintanya tidak berbalas (artinya dia tidak berhasil mendapatkannya), maka amat kecewa dan bersedih hatilah ia. Jika kita sangat ingin mendapatkan sesuatu, kemudian, karenanya kita kerahkan segala usaha untuk mendapatkannya, dan ternyata akhirnya kita tidak berhasil mendapatkannya, dan kita merasa kecewa dan bersedih hati karenanya maka artinya kita telah cinta kepada hal tersebut, dan, cinta kita itu tidak berbalas.

Perhatikanlah diri kita. Ketika ada uang, hati merasa amat senang, rasa berkuasa, merasa orang lain bukan orang, merasa bisa melakukan apa saja. Tetapi ketika tidak ada uang, hati merasa sedih, rasa rendah diri, rasa kecewa, serasa diri ini bukan orang. Ini tanda kita cinta uang/kekayaan. Orang yang tidak cinta uang/kekayaan, ketika ada uang atau tidak, perasaannya sama saja.

Konsekuensi perasaan yang kedua adalah rasa cemburu. Kita sudah utarakan hal ini sebelumnya. Mungkin lebih tepatnya adalah rasa selalu was-was kalau-kalau kehilangan yang dicintai itu. Jika saat ini Anda mencintai seseorang, bukankah Anda merasa selalu was-was kalau saja kekasih Anda direbut orang? Anda merasa was-was kalau-kalau dia selingkuh? Tidakkah perasaan ini membuat Anda merasa tersiksa? Memang, cinta ini mahal konsekuensinya. Sudah dapat cinta pun, ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Kosekuensi perasaan yang ketiga adalah perasaan yang teramat sedih ketika kehilangan yang dicintai.

Sudah pernah atau sering kita dengar banyak orang yang ingin bunuh diri ketika kehilangan orang yang dicintainya atau kehilangan sesuatu yang dicintainya. Saking kuatnya perasaan cintanya kepada yang dicintainya itu, membuat dia merasa tak sanggup hidup tanpanya. Cinta memang gila dan membuat orang buta. Ingat kisah Romeo dan Juliet? Kedua orang dalam cerita ini sama-sama merasa tak sanggup hidup tanpa orang yang dicintainya hingga memilih bunuh diri. Mungkin juga kedua orang ini mengira, kalau ia ikut mati, ia dapat bertemu kekasihnya. Cinta memang buta. Cinta memang gila. Tidak jarang pula kita mendengar ada orang yang menjadi tidak waras setelah kehilangan hartanya. Cintanya pada harta telah membuat dirinya tak sanggup berpisah dengan harta yang dicintainya itu. Ketika harta titipan dari Tuhan itu diambil kembali oleh-Nya kembali, menjadi gilalah orang yang cinta harta itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun