Eka juga tidak segan-segan memasukan sejarah G30S/PKI, D.N Aidit dieksekusi, tokoh-tokoh komunis dieksekusi, dan akhirnya semua orang komunis dibantai habis.Â
Terdapat juga salah satu tokoh komunis yang diangkat Eka dari tokoh nyata, yakni Kamerad Salim yang sepertinya adalah Muso (menurut penulis), sebab ia menceritakan bahwa dirinya dulu pernah belajar pada guru yang sama dengan Soekarno, pernah belajar di Soviet, dan salah satu petinggi komunis di Indonesia.
Namun, yang membuat Cantik itu Luka layak untuk dibaca adalah Kritik sosial yang Eka lontarkan dalam menggugat kemanusiaan. Mungkin oleh sebab demikianlah Ben Anderson kemudian mengatakan bahwa Eka adalah penerus Pram, atau bisa jadi pula merupakan Multatulian.Â
Eka menyindir misalnya, ketika si Cantik lahir dengan wajah buruk rupa sambil diiringi lolongan ajak dan membuat geger masyarakat, akhirnya mereka berbondong-bondong mendatangi si Cantik, desas-desus muncul bahwa kelahiran si Cantik seperti kelahiran Yesus saat orang-orang Majusi melihatnya diiringi suara-suara binatang.
Lalu isu mulai berkembang, kelahiran si Cantik seperti kelahiran nabi, pembawa berkah, penyembuh penyakit, memperbagus nasib dan lain sebagainya.Â
Akhirnya mereka meminta semacam berkah dengan berebut akhir dari hasil mandi si Cantik. Melihat ini, Rosinah (pengurus si Cantik) menaruh sumbangan, bisnis keberkahan dimulai. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita sangatlah primitif, irrasional dan fatalistik.
Atau, Eka juga menyindir dengan menggambarkan seorang kiyai yang tidak mau memandikan Dewi Ayu yang merupakan seorang pelacur kotor.Â
Tetapi, setelah Dewi Ayu bangkit dari kematiannya yang dianggap seperti sebuah Mukjizat, sang kiyai dengan sangat sopan menemui Dewi Ayu untuk meminta nasihat seperti meminta nasihat kepada orang-orang shaleh lainya.Â
Hal ini menunjukan bahwa perilaku masyarakat kita, bahkan jika ia adalah seorang pemuka agama, orang-orang suci, ternyata sangatlah munafik.Â
Kedua hal ini menurut Mochtar Lubis, munafik dan mempercayai mistis, merupakan ciri-ciri utama manusia Indonesia.
Singkat kata sebagai penutup, Cantik itu Luka adalah sebuah karya yang sangat kompleks tapi asyik. Novel ini memberikan pandangan baru kepada dunia bahwa karya sastra kita sangat layak untuk disandingkan dengan karya-karya kanon dan kesusastraan Eropa. Siapa pun dari bangsa kita akan menyesal tak pernah membaca buku ini. Selamat membaca!