Mohon tunggu...
Abdu Alifah
Abdu Alifah Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan

Seorang manusia biasa yang secara kebetulan dianugerahi hobi membaca!

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Animal Farm", Alegori Politik Para Binatang

1 Januari 2019   22:21 Diperbarui: 3 Januari 2019   00:06 4661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah membayangkan ada sekelompak binatang peternakan yang melakukan pemberontakan terhadap tuannya? Pernahkah membayangkan para binatang melakukan praktik-praktik politik dan ekonomi selayaknya manusia? Pernahkan membayangkan tentang sekelompok binatang-binatang yang memliki tujuan-tujuan ambisius? Atau, melakukan konspirasi? Membentuk kekuasaan oligarki? Mengintimidasi jenis binatang lain yang lebih lemah dan bodoh? 

Pernahkan membayangkan kelas sosial diantara para binatang? Pernahkan membayangkan para binatang membuat prinsip-prinsip binatangisme atau perikehewanan? Lalu beberapa kelompok mencoba melakukan manipulasi demi melanggengkan kekuasaan? Demi kepentingannya? Demi kelompoknya? Dalam novel ini, kita akan melihat semua hal-hal absurd itu. Semua hal-hal yang biasa dilakukan oleh ras manusia sebagai homo politicus.

Animal farm, yang ditulis oleh George Orwell (Eric Arthur Blair) pada tahun 1945, merupakan novel alegori politik yang sangat fenomenal. Orwell menulis Animal Farm sebagai satire (sindiran) atas totaliterisme Uni Soviet pada masa Perang Dunia II. 

Animal Farm dianugerahi oleh Retro Hugo Award pada tahun 1996 dan Promotheus Hall of Fame Award pada tahun 2011 sebagai novel terbaik. Pada akhirnya, Karya inilah yang melambungkan nama Orwell sampai ke seluruh dunia bersama dengan Nineteen Eighty-Four.

Animal Farm menceritakan tentang sekelompok binatang di peternakan Manor yang dimiliki oleh pak Jones. Diantara semua binatang dipeternakan itu, terdapat babi tua yang sangat bijaksana dan paling dihormati bernama Major. 

Pada suatu malam, Major mengumpulkan para binatang dan meceritakan mimpinya. Maka, mulailah Major berkata-kata. Pertama, ia mengajak para binatang untuk berfilsafat tentang hakikat sifat kehidupan binatang. Yang penuh dengan kesengsaraan, kerja keras dan perbudakan, sedangkan hidup mereka sangatlah pendek. Setelah berfilsafat panjang lebar, sampailah Major pada kesimpulan bahwa penyebab semua kesengsaraan hidup para binatang adalah Manusia. 

Dalam perpektif Major, si babi tua bijaksana, manusia adalah sumber persoalan kelaparan dan kerja lembur yang menyengsarakan mereka selama ini. Manusia mengeksploitasi binatang karena mereka adalah satu-satunya makhluk yang mengkonsumsi tanpa menghasilkan. Atas dasar inilah, Major menyerukan satu hal yang sangat revolusioner, yakni pemberontakan! 

Semangat pemberontakan meledak-ledak setelah mendengarkan ceramah Major. Bahkan, mereka menyanyikan kembali lagu kemerdekaan para binatang yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang berjudul “Binatang Inggris” yang telah bertahun-tahun silam mulai hilang dari ingatan para binatang.

Tiga hari setelah itu, si babi tua Major mati. Namun, semangat pemberontakan terus menggelora dan diam-diam para binatang melakukan kegiatan rahasia merencanakan pemberontakan yang diatur oleh para babi karena secara umum para babi dikenal sebagai binatang yang paling cerdas. Diantara para babi, terdapat dua babi yang paling unggul bernama Snowball dan Napoleon. 

Tak lama setelah itu, pemberontakan yang dipimpin oleh Snawball dan Napoleon benar-benar terjadi. Para binatang berhasil mengusir Jones dan kroni-kroninya dari peternakan. Para binatang kini merdeka!

Dari sini, kisah Animal Farm menjadi semakin menarik. Para binatang mulai mengelola peternakannya sendiri dibawah pimpinan Snowball dan Napoleon. Mereka melakukan pembagian tugas dan pekerjaan sedemikian rupa, membuat target dalam jangka waktu musim tertentu, membagi jatah ransum dan bahkan, membuat konsensus tentang prinsip-prinsip binatangisme yang termanifestasi dalam bentuk konstitusi “TUJUH PERINTAH”. 

Selain itu, peternakan tersebut bahkan dirubah namanya dari peternakan “Manor” menjadi “Peternekan Binatang (Animal Farm)”. Para binatang di Peternakan Binatang benar-benar berkuasa atas dirinya sendiri.

Namun, kekuasaan memang memambukan. Dualisme kepemimpinan antara Snowball dan Napoleon mulai tidak harmonis. Konspirasi pun terjadi. Napoleon melakukan kudeta dan mengambil alih seluruh kekuasaan dan menyingkirkan Snowball dengan kekerasan dari Peternakan Binatang. 

sumber gambar: flashedspout.ml
sumber gambar: flashedspout.ml
Sejak saat itu, Napoleon menjadi penguasa mutlak semua binatang di Peternakan. Selanjutnya, kebebasan yang menjadi semangat pemberontakan perlahan-lahan mulai hilang direnggut oleh Napoleon dan para Babi yang mendukungnya. 

Para binatang dipaksa bekerja keras untuk proyek-proyek penguasa, dibatasi jatah ransum, bahkan pembantaian bagi siapa saja yang tidak patuh dan membangkan. Demokrasi yang digaung-gaungkan kini berbelok kembali menjadi tiran dimana Napoleon dan para Babi selalu benar. 

Prinsip-prinsip binatangisme yang tertulis pada “Tujuh Perintah” bahkan banyak dilanggar dan dirubah sesuai dengan kepentingan Napoleon dan para babi demi melanggengkan kekuasaannya. Pada akhirnya, keadaan peternakan menjadi lebih buruk dari pada saat peternakan dikelola oleh pak Jones.

Segala hal diceritakan dalam Animal Farm merupakan hal yang biasa dilakukan oleh manusia sebagai dalam kegiatan-kegiatan politik. Pemberontakan, konspirasi, manipulasi, diskriminasi, pembantaian dan lain sebagainya merupakan potret kehidupan manusia ketika memangku kekuasaan yang digambarkan oleh Orwell dengan alegori sekelompok binatang. 

Oleh sebab alegori inilah sebenarnya Animal Farm menjadi satu kisah fiksi yang sangat menarik untuk dinikmati. Tanpa alegori binatang, mungkin kisah ini hanya akan menjadi kisah-kisah kolosal pada umumnya. Penggambaran binatang sebagai makhluk primitif terkadang membuat kisah ini menjadi begitu nyentrik dan unik, bahkan lucu serta sangat menghibur. 

Misalnya, Napoleon memiliki juru bicara bernama Squealer yang begitu lihai dalam membolak-balikan fakta terkait kejahatan yang dilakukan Snowball. Atau Napoleon yang sengaja memanipulasi konstitusi agar sesuai dengan kepentingannya dan membohongi para binatang tentang apa yang ditulis disana karena tidak ada satupun binatang yang bisa membaca kecuali para babi dan beberapa binatang tua seperti Benjamin (keledai) dan Clover (kuda betina) yang sudah lemah dan memilih bungkam.

Meski karya ini merupakan alegori, dalam artian sebagai bentuk perumpamaan. Orwell tetap memasukan tokoh-tokoh manusia sehingga membuat cerita ini tidak begitu absurd seperti Jones, sang pemilik peternakan Manor, atau Frederick dan Pilkington, pemilik peternakan tetangga yang memiliki hubungan bisnis rahasia dengan Napoleon. Bahkan, bebrapa kali terjadi pertempuran antara para binatang dan para manusia. 

Orwell juga masih memasukan unsur-unsur realis pada cerita Animal Farm dengan menggambarkan bahwa binatang pada umumnya bodoh dan tidak bisa membaca lebih dari dua huruf Alfabet selain para babi yang secara umum cerdas. 

Unsur-unsur metafor dalam cerita ini juga tidak begitu sulit dibayangkan karena dibarengi dengan, misalnya, penggambaran reaksi-reaksi para binatang yang tampak terkejut dan mengerikan ketika melihat Naopleon mulai berpenampilan seperti manusia dengan berjalan diatas dua kaki serta menggunakan mantel dan topi. Singkat kata, cerita dalam novel ini sangat ringan sehingga mudah untuk dipamahi.

Hal menarik lainnya dari Animal Farm adalah penggunaan istilah “Kamerad”. Orwell menggunakan istilah “Kamerad” (sapaan yang digunakan oleh anggota partai komunis) dalam sapaan para binatang. 

Sebenanya, istilah “kekiri-kirian” dalam karya ini bukan hanya sebatas “kamerad”, terdapat juga istilah seperti “Pemimpin kami”, atau “Pelindung Kandang Domba”, atau “Ayah Semua Binatang” dan sapaan-sapaan formal yang cenderung pada tipe-tipe kepemimpinan dengan gaya otoriterisme pada pemerintahan yang berideologikan komunis. Istilah-istilah tersebut sepertinya memang sangaja digunakan Orwell sebagai satire atau sindiran terhadap totaliterisme Uni Soviet.

Namun, yang sangat disayangkan dari karya ini adalah beberapa akhir cerita tokoh utama yang tidak diceritakan dengan jelas seperti Snowball, yang merupakan salah satu tokoh pemimpin protagonis dalam kisah ini tidak dikisahkan lebih lanjut setelah tragedi konspirasi. 

Padahal, karakter Snowball sangat mungkin untuk dikembangkan lebih jauh lagi. Selain itu, banyak tokoh-tokoh lain yang tidak memilik kedalaman karakter padahal akan jadi sangat menarik untuk dikembangkan seperti Boxer (kuda jantan yang sangat tangguh tapi bodoh) atau Muriel (kuda tolol yang lugu). 

Sepertinya, Orwell memang tidak menitik beratkan Animal Farm pada setting sosio-drama yang dapat mengkoyak-koyak emosi para pembaca, tetapi lebih ingin menunjukan dimensi-dimensi politik dan kekuasaan secara alamiah.

Buku ini sangat layak untuk dibaca oleh semua kalangan, terutama sekali oleh orang-orang yang ingin melakukan revolusi (perubahan) dalam bentuk apapun harus memepertibangkannya dengan sangat matang. 

Artinya, yang harus dipikirikan bukan hanya sebatas bagaimana merencanakan revolusi, tetapi apa yang akan dilakukan setelah revolusi terjadi. Animal Farm telah berhasil menggambarkan secara jelas bahwa revolusi menjadi tak berarti jika tidak dibarengin dengan kesiapan sistem, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) dalam memberkuat Idoelogi. Selamat membaca!

Judul : Animal Farm
Penulis : George Orwell (Eric Arthur Blair)
Penerbit : Bentang Pustakan, Yogyakarta
Tahun : 2016 (cetakan ke-4)
Penerjemah : Bakdi Soemanto
Dimensi buku : 144 hlm; 20,5 cm
ISBN : 978-602-291-282-8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun