Jakarta juga menjadi Kota dengan tingkat pengidap HIV terbesar di Indonesia. Penyakit horror yang belum ditemukan obatnya hingga kini, sekaligus penyakit yang paling mendapatkan sanksi sosial masyarakat Indonesia. Itu adalah potret rusaknya pergaulan, relasi sosial, dan gaya hidup kebanyakan pemuda di Jakarta. Masih ngotot bilang SDM Unggul dengan keadaan seperti ini?
Data Kemenkes, Jakarta Kota Penderita HIV Terbanyak di Indonesia
3. Kepadatan yang Dekat Dengan Kekumuhan. Â
Salah satu biang keladi tidak sehatnya ibu kota Jakarta adalah penduduk yang terlampau padat. Oxford Economics bahkan memprediksi bahwa Jakarta pada tahun 2035 akan menjadi kota terpadat di dunia dengan jumlah penduduk 38 juta jiwa. Jumlah yang akan mengalahkan Tokyo, Shanghai, bahkan Mumbai.
Jakarta Diprediksi Jadi Kota Paling Padat Penduduk pada 2035
Jika tidak ada kebijakan berani dari pemimpin negara ini atau usaha antisipasi yang dilakukan hanyalah lip service pejabat daerah di depan media, keadaan ini akan menjadi bom waktu. Maka, kebijakan memindahkan ibu kota (pusat pemerintahan) ke daerah PPU dan Kukar yang total penduduknya kurang dari 1 juta orang dan luas daerahnya lima kali lipat dari DKI adalah keputusan brilian.
4. Jakarta Tidak Sehat Sejak Ratusan Tahun Lalu
Ibu Kota yang harus dipindah karena alasan kesehatan yang buruk bahkan sudah diwacanakan bukan saja di era Republik, melainkan di era Kolonial Belanda. Wacana kemudian berkembang mulai dari Bung Karno, Soeharto, hingga SBY. Alasannya? Jakarta terlalu padat, dan tidak sehat. Namun, baru di era Jokowi inilah, pemerintah serius mengeksekusi mimpi dan gagasan para pemimpin bangsa ini sejak dulu.
Rencana Ibu Kota Pindah ke Surabaya
5. Jakarta, Ibu Kota yang Rawan Bencana
Selain 50 persen dari Provinsi Jakarta adalah wilayah rawan banjir, Jakarta juga menyimpan potensi bencana dahsyat, yaitu gempa dan tsunami. LIPI dan BMKG dengan studinya bahkan mengatakan, ancaman gempa megathrust di daerah Jakarta bermagnitudo 9,2-9,6 SR adalah ancaman yang nyata, berdasarkan siklus sejarah.Â