Mohon tunggu...
Abd Rasyid Tunny
Abd Rasyid Tunny Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muslim Indonesia,Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membangun Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Lewat Pendidikan

25 Juli 2016   03:29 Diperbarui: 25 Juli 2016   03:52 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: africanbusinessreview.co.za

Jika kita ingin membangun kesehatan reproduksi dan mental remaja kita tentunya penulis berharap kita mesti susupi persoalan tersebut melalui kurikulum kita saat ini. Apabila masih terlalu sulit juga maka tak ada alternatif lain lagi selain melalui pendidikan. Penulis beraharap ada mata pelajaran tersebut dengan metode yang ringan dan contoh kasus yang realitis menggambarakan dampak dari berbagai persoalan kesehatan reproduksi dan mental remaja. Namun apa bila masih dianggap ribet dan  menambah mata pelajaran yang sat ini sudah tersusun rapi dalam bentuk kurikulum yang sedang berjalan, maka perlunya disusupi pula mata pelajaran yang sudah saat ini ada dengan merefisi pokok bahasan yang ada di dalamnya.

Hal ini bisa diaplikasikan pada pendidikan agama, silabus dari mata pelajaran tersebut direfisi dengan memasukan pembahasan  kesehatan reproduksi dan mental remaja  menjadi satu pokok bahasan dalam beberapa kali tatap muka dengan siswa-siswi, tetunya didesain dengan misi agama yang secara lahiriah kita mengakui jika agama bisa mempengaruhi pola pikir serta tindakan pemeluknya, sehingga apa lagi yang harus kita dustakan dari peran agama dalam kehidupan kita.

Saat ini kita harus memilah mana yang menjadi persoalan kekinian dan harus dijawab oleh dunia pendidikan dengan sebuah pelajaran yang kekinian pula, artinya pendidkan agama harus mampu memberikan jawaban atas persoalan keagamaan kita hari ini. Nah, persoalan keagamaan kita hari ini bukanlah persoalan fundamental seperti perbedaan presepsi tenatang awal ramadhan dan jumlah rakaat shalat tarwih untuk yang beragama Islam. Persoalan keagamaan kita hari ini adalah persoalan yang ril terjadi di masyarakat seperti kesenjangan sosial sampai kekerasan seksual.

Disinilah kita melihat sampai dimana agama yang sudah diakui secara lahiriah mempunyai pengaruh terhadap pemeluknya. Penulis tegaskan kembali bahwa jika kita merasa ribet atau merombak kurikulum yang butuh proses panjang nan ribet ala Indonesia, maka mudah saja yaitu susupi mata pelajaran agama dengan menabah pokok pembahasanya terkait persoalan yang saat ini kita hadapi yaitu kesehatan reproduksi dan mental remaja, perlunya juga didesain berupa case study   yang kemudian dianalisa kaitanya dengan larangan-larangan dan anjuran atau perintah agama untuk menjawab case study tersebut.

Saat ini kita tak bisa lagi betitik tumpuk pada satu kaki saja, jika kita hanya mengandalkan keluarga di era modern seperti ini maka kita akan kebablasan. Sebab keluarga dulu dan keluarga sekarang berbeda paradigmanya, memang penting pula membangun kesadaran keluarga menganai peran keuarga terkait prsoalan kesehatan reproduksi dan mental remaja namun sekali lagi itu tak cukup dan kita hanya bertumpu pada satu kaki.

Nah kemudian, jika hal ini dapat direalisasikan maka terjawab sudah apa itu seks bebas, apa itu kekerasan seksual, apa hygen alat reproduksi, apa itu penyakit menular seksual dan yang takalah pentingnya lagi remaja kita bisa mengetahui  apa hubungan keseumua komponen yang disebutkan tadi dengan perintah dan larangan agama yang dianut oleh peserta didik.

Melalui pokok bahasan dalam silabus mata pelajaran pendidikan agama yang didalamnya sudah ada case study terkait kesehatan reproduksi dan mental remaja itu pula maka dengan otomatis pula peserta didik akan mendapatkan pekerjaan rumah dan nantinya akan dikerjakan dirumah dengan melibatkan orang tua atau kelaurga yang bisa memberikan pandangan mereka.

Kemudian secara pribadi peserta didik menyimpulkan bagaimana hasil berfikir dia dan berperasaan dia dengan dilandasi dengan nuraninya untuk menyikapi persoalan dalam case study tersebut. Nah terjawab sudah jika peran keluarga juga akan masif dengan adanya mata pelajaran atau pokok pembaasan tentang kesehatan reproduksi dan mental remaja yang saat ini banyak orang jadikan sebagai solusi cerdas yang penulis istilahkan sebagai solusi satu kaki.

Olehnya itu, jika kita hari ini berhadapan dengan berbagai persoalan kesehatan reproduksi dan mental remaja maka kita juga harus tunjukan jika kita juga mempunyai berbagai solusi cerdas bukan hanya hanya solusi satu kaki dengan mengandalkan keluarga sebagai titik tumpu tetapi dengan melibatkan dunia pendidikan yang dimana disanalah terbentuk  cara berpikir, cara bernalar dan bertindak mereka.

Sehingga apa yang kita cita-citakan yaitu membangun generasi emas Indonesia yang sehat, kuat, dan berkarakter bisa terwujud melalu dunia pendidikan tanpa mempungkuri peran keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun