Ekspansi KPMÂ
Pada akhir abad ke-19, kapal-kapal niaga milik Koninklijke Paketvaar Maatschappij (KPM) memperluas jaringannya ke Pesisir Barat Papua (Bab V).
Kehadiran KPM berdampak ganda bagi kondisi jaringan maritim lokal. Di satu sisi, ekspansi KPM yang mampu menjangkau daerah dan jalur-jalur pelayaran terpencil menjadi ancaman bagi kelangsungan jaringan tradisional.
Namun, pada sisi lain, KPM memberikan kepastikan waktu dan keamanan pelayaran bagi semua orang yang terlibat dalam aktivitas perdagangan maritim. Kondisi ini memberi peluang besar bagi kehadiran berbagai sukubangsa dan agama di sana untuk berdagang. Walhasil, terjadi interkonektivitas antara Fakfak, Kaimana, Sorong, dan Raja Ampat dengan daerah lain di Nusantara, Asia, dan Eropa.
Masyarakat Multikultur
Faktor kemaritiman telah membentuk jaringan pertumbuhan yang kuat dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan budaya di kota-kota pantai, tulis Ester. Â
Aktivitas perdagangan, pelayaran, dan pergerakan komoditas telah mendorong perkembangan pesat Sorong, Fakfak, dan Kaimana sebagai kota-kota pelabuhan yang semakin dinamis.
Jaringan maritim menjadi pintu masuk bagi agama-agama besar terutama Islam dan Kristen. Juga terjadi perkawinan antar ras.
Keberagaman etnis dan agama di kawasan Pesisir Barat Papua adalah cerminan dari interaksi dinamis antara masyarakat lokal dan pendatang, yang bersama-sama menghasilkan kehidupan baru yang bersifat transformatif dan modern (p.339). Â
Lewat studi ini Ester telah berkontribusi memperkaya khasanah historiografi Papua dengan pendekatan sejarah maritim. Sejauh ini, studi-studi sejarah Papua lebih memfokuskan pada soal politik dan pemerintahan. Dengan demikian, studi ini mengisi celah kosong dari historiografi Papua.
Catatan AkhirÂ