Mohon tunggu...
Healthy

"Eritroblastosis Fetalis", Ketika Sang Penjaga Menjadi Pembunuh Buah Hati

23 November 2017   16:28 Diperbarui: 23 November 2017   16:40 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Essai ini akan menjelaskan mengenai penyakit Eriblastosis Fetalis, dengan topik pertanyaan "Dapatkah Eritroblastosis Fetalis dapat disembuhkan ?"

            Eritroblastosis Fetalis adalah kelainan pada darah yang dapat menyebabkan kematian pada bayi.

Penyakit ini disebabkan oleh terjadinya inkompabilitas golongan darah antara sang ibu dangan bayinya

            Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ini, ayah dan ibu bisa melakukan tes incompatibility darah sehingga bisa diketahui golongan darah mereka bertentangan atau tidak, selain itu, sang ibu juga bisa melakukan tes antibodi terhadap antigen D, saat minggu kehamilan ke 12 -- 16, 28 -- 32, dan 36. Apabila mulai meningkat, maka kemungkinan positif terkena. Selain itu juga, janin bisa di periksa menggunakan Ultrasonografi,

            Eritroblastosis fetalis pada masa masa kehamilan pertama bisa dikatakan tidak separah jika dibandingkan dengan eritroblastosis fetalis yang terjadi pada masa masa kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya.

            Gejala gejala eritroblastosis adalah

  • Anemia pada bayi
  • Edemia atau pembengkakan pada bagi bawah kulit
  • Pembesaran pada organ hati atau limfa
  • Hidrops atau cairan pada seluruh tubuh seperti paru paru, dan organ pada bagian perut

Seperti yang kita ketahui, golongan darah dengan rhesus positif memiliki antigen rhesus, sedangkan golongan darah dengan rhesus negatif tidak memiliki antigen rhesus. Jika antigen pada golongan darah rhesus positif memasuki tubuh yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif, maka tubuh tersebut akan menghasilkan antibodi yang akan melawan antigen itu. 

Sehingga menyebabkan sel darah merah pada rhesus positif mengalami hemolisis atau pecahnya eritrosit. Dan akhirnya dapat menyebabkan berbagai penyakit lain, dan akhirnya dapat berujung pada kematian. Namun hal ini tidak berlaku jika orang dengan golongan darah rhesus negatif mendonorkan darah ke orang dengan rhesus positif.

Berikut adalah beberapa pendapat saya mengenai topik ini "Apakah Eritroblastosis dapat disembuhkan ?"

Dari beberapa artikel yang ada, saya menyimpulkan bahwa Eritroblastosis Fetalis sangat sulit untuk disembuhkan atau bahkan hampir mustahil, karena seperti yang kita tahu, penyakit ini disebabkan oleh golongan darah pada janin, dan ibu memiliki rhesus yang berbeda ( ibu dengan rhesus negatif dan bayi dengan rhesus positif ) sehingga secara otomatis penyakit ini jika dilogika, penyakit ini merupakan penyakit yang menyebar dari ibu ke janin melalui darah, dan darah merupakan cairan utama yang selalu ada dalam tubuh kita, sehingga sangat sulit untuk disembuhkan, dan memiliki resiko kematian yang sangat tinggi, terutama karena yang terkena penyakit ini adalah bayi, yang masih sangat lemah, dan rentan terhadap berbagai penyakit, dan jika dilogika juga, karena penyakit ini menyebar melalui darah, dan darah adalah cairan yang ada di setiap tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit ini juga menyebar ke seluruh tubuh.

Sebenarnya yang harus diperhatikan dalam penyakit ini adalah pasangan ayah dan ibu, apakah rhesus yang dikandung oleh keduanya sama atau tidak. Seperti  yang kita ketahui Penyakit ini hanya terjadi pada ibu dengan golongan darah Rhesus positif, dan janin yang dikandung dengan golongan darah rhesus negatif. Kenapa saya mengatakan bahwa hal yang harus diperhatikan adalah pasangan ayah dan ibu ? karena janin yang dikandung oleh ibu memiliki golongan darah dengan rhesus yang diwariskan dari sang ayah. 

Sehingga, jika sang ayah memiliki rhesus negatif, maka sang janin juga kemungkinan besar akan memiliki rhesus yang sama. Jika sang ayah memiliki rhesus positif, hal ini tidak akan menjadi masalah karena rhesus yang diwariskannya kepada sang  janin adalah rhesus positif juga. Namun jika sang ayah memiliki golongan darah dengan rhesus negatif, hal ini perlu diwaspadai karena kemungkinan besar sang janin juga memiliki rhesus negatif. Namun presentase ayah dengan golongan darah rhesus positif dan janin dengan golongan darah rhesus positif juga adalah 50 %.

Namun apabila ibu mengandung golongan darah dengan rhesus positif, sedangkan sang ayah memiliki golongan darah dengan rhesus negatif, maka sang janin juga akan mewarisi rhesus negatif dari sang ayah. Hal ini tidak akan menyebabkan masalah. karena golongan darah rhesus positif pada ibu tidak memiliki anti bodi.

Apabila kita sering mendengar istilah cuci darah, hal ini merupakan salah satu pengobatan terhadap penyakit gagal ginjal, namun operasi ini lebih sering dilakukan pada orang dewasa yang seperti yang kita ketahui, sudah memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik, dan organ organ yang telah tumbuh sehingga mampu bertahan hidup ketika menjalani operasi ini, namun berbeda pada bayi yang baru saja lahir, organ organ, jaringan jaringan, dan sistem pertahanan pada bayi belum tumbuh keseluruhan sehingga operasi ini dapat membahayakan bayi.

Meski penyakit ini bisa dibilang sangat sulit atau mustahil untuk disembuhkan, namun ada beberapa cara untuk mengurangi atau mencegah efek samping dari penyakit Eritroblastosis Fetalis ini seperti mencegah terbentuknya antibodi anti Rh yang telah dibentuk, yaitu dengan cara memberi suntikan yang berfungsi mencegah terbentuknya anti Rh dalam darah ibu.

Selain itu juga bisa dengan injeksi globin imunoglobulin Rh yaitu antibodi anti D atau RhoGam yang dimasukkan ke dalam darah ibu yang memiliki rhesus negatif, dan sedang mengandung bayi dengan rhesus positif. Anti D ini akan menghancurkan eritrosit / sel darah merah dari janin yang masuk ke dalam eritrosit ibu, jika eritrosit tersebut berhasil memasuki peredaran darah ibu, maka eritrosit itu akan menimbulkan pembentukan antibodi dari darah ibu yang kemudian akan masuk ke dalam peredaran darah janin. Injeksi ini di ulang pada masa masa kehamilan selanjutnya. Ijeksi ini dapat menurunkan resiko terjadinya eritroblastosis fetalis menjadi 1 %, namun presentase keberhasilan ini harus  ditambah perawatan atenatal dengan baik, dan deteksi penyakit secara dini.

Injeksi ini juga bertujuan untuk mengurangi sensitifitas darah ibu terhadap antigen D, sehingga pembentukan antibodi D dapat dikurangi pada saat masa kehamilan berikutnya. Hal ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 28 hingga 30 minggu, dan pada saat persalinan (72 jam setelah persalinan). Namun proses globin imunoglobulin Rhyang bertujuan mengurangi jumlah antibodi D yang terbentuk ini tidak sepenuhnya bisa dipastikan. 

Antibodi yang telah dimasukkan akan menempel pada tempat pengikatan antigen D pada eritrosit / sel darah merah pada janin dengan darah rhesus positif, yang nantinya akan menembus plasenta, dan kemudian memasuki sistem sirkulasi pada ibu. Hal ini dapat mengganggu respon imun terhadap antigen.

Untuk bayi yang telah lahir bisa diberikan transfusi darah untuk mengatasi pendarahan, dan anemia. Selain itu, pemberian oksigen, cairan elektrolit, dan obat juga bisa di berikan kepada bayi yang sudah lahir untuk mencegah gejala gejala yang akan timbul. Fototerapi juga bisa di berikan kepada sang bayi untuk mengatasi hiperbilirubinema.

Fototerapi dapat dilakukan dengan menempatkan bayi dibawah sinar fluorescent atau cahaya biru, dengan tujuan mengurangi kadar bilirubin pada darah sang bayi. Metode ini dapat dilakukan secara berulang ulang hingga jumlah antibodi yang menyerang dan jumlah bilirubin yang ada berkurang.

Pengobatan untuk penyakit Eritroblastosis Fetalis ini juga dapat menggunakan metode yang akan mengeluarkan seluruh darah yang mengandung Rh positif pada bayi, dan memasukkan sebanyak 4000 ml darah yang mengandung Rh negatif selama kurang lebih 1,5 jam atau mungkin bisa lebih. Metode ini hampir mirip dengan metode cuci darah namun dengan resiko yang lebih besar, mengingat yang menjalani metode adalah bayi yang baru saja lahir. Metode ini dilakukan secara berulang ulang dengan waktu yang telah ditentukan.

Hal ini bertujuan untuk mengontrol kadar bilirubin pada tubuh bayi agar tetap rendah, dan untuk mencegah kernikterus yaitu situasi dimana kadar bilirubin mengalami perningkatan secara terus menerus sehingga menyebabkan kerusakan otak, dan masalah pada sistem pendengaran. Metode ini juga bertujuan untuk menggantikan sel darah yang mengandung Rh positif, dengan sel darah yang mengandung Rh negatif. 

Metode ini dapat dikatakan sangat sulit dan dapat membahayakan bayi, karena mengeluarkan seluruh darah yang ada pada tubuh bayi ini, dan memasukkan darah dengan Rh yang berbeda. Resiko kematian pada bayi untuk metode ini juga tinggi. Metode ini hampir mirip dengan metode cuci darah yang telah saya jelaskan di atas. Mengingat bahwa seluruh organ, dan jaringan, serta sistem pertahan tubuh bayi belum terbentuk secara sempurna. Maka menurut saya, metode ini sangat berbahaya untuk diterapkan pada bayi.

Pada paragraf teori di atas, saya mengatakan bahwa Eritroblastosis fetalis pada masa masa kehamilan pertama bisa dikatakan tidak separah jika dibandingkan dengan eritroblastosis fetalis yang terjadi pada masa masa kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya.

Berikut adalah alasannya :

Karena kemungkinan terbentuknnya antibodi pada masa masa kehamilan pertama dapat dibilang lebih kecil daripada masa masa kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalaupun terjadi pembentukan (antibodi) jumlahnya tidak terlalu banyak. Sehingga bayi pertama dapat lahir dengan cukup sehat.

Pembentukan antibodi akan dimulai saat proses persalinan pada kehamilan pertama. Ketika plasenta lepas, pembuluh darah yang menghubungkan plasenta dan dinding rahim juga akan putus. Sehingga sel darah merah dari bayi masuk dengan jumlah besar. Kemudian, 48 sampai 72 jam setelah proses persalinan atau keguguran selesai, tubuh sang ibu akan dirangsang untuk menghasilkan antibodi dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga saat sang ibu mengalami kehamilan untuk kedua kalinya, antibodi akan menembus plasenta, dan menyerang sel darah merah janin yang mengandung golongan darah dengan rhesus positif.

Sebenarnya, kehadiran antibodi dalam darah ibu yang memiliki rhesus negatif  memiliki tujuan yang baik yaitu demi melindungi sang ibu, ia melawan setiap zat asing yang masuk. Namun, jumlah rhesus dari setiap ibu berbeda beda, ada yang memiliki rhesus dengan jumlah tinggi, ada juga dengan jumlah rendah. Apabila sang ibu memiliki jumlah rhesus tinggi, maka diperlukan pemantaun terhadap janin menggunakan ultrasonografi, hal yang perlu di amati adalah cairan paru paru, sistem peredaran darah, dan pembesaran hati yang merupakan salah satu dari beberapa gejala eritroblastosis fetalis akibat sel darah merah yang rendah yang telah saya sebutkan pada paragraf teori di atas.

Namun pada umumnya orang Indonesia yang merupakan ras Asia memiliki rhesus positif. Biasanya rhesus negatif ditemukan dengan orang dengan ras Kaukasian atau berkulit putih seperti Eropa.

Sumber :

https://www.klinikherbaldunia.com/golongan-darah-rhesus-penyebab-eritroblastosis-fetalis/ diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 16 : 00

https://www.tanyadok.com/anak/mengenai-eritroblastosis-fetalis diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 15 : 13

http://kamuskesehatan.com/arti/eritroblastosis-fetalis/  diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 15 : 30

https://dokterindonesiaonline.com/tag/penanganan-terkini-hidrops-fetalis/ diakses pada Selasa, 21 November 2017 pada 15 : 00

https://www.tanyadok.com/anak/erythroblastosis-fetalis-pertentangan-darah-antara-ibu-dan-janin diakses pada Rabu, 22 November 2017 pada 15 : 10

https://hellosehat.com/kehamilan/perkembangan-janin/masalah-kehamilan-akibat-perbedaan-rhesus-darah-ibu-dan-anak/ diakses pada Rabu, 22 November 2017 pada 16 : 00

Terima kasih kepada beberapa website yang membantu pembuatan essai ini

https://smallseotools.com/plagiarism-checker/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun