Mohon tunggu...
Healthy

"Eritroblastosis Fetalis", Ketika Sang Penjaga Menjadi Pembunuh Buah Hati

23 November 2017   16:28 Diperbarui: 23 November 2017   16:40 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metode ini dapat dikatakan sangat sulit dan dapat membahayakan bayi, karena mengeluarkan seluruh darah yang ada pada tubuh bayi ini, dan memasukkan darah dengan Rh yang berbeda. Resiko kematian pada bayi untuk metode ini juga tinggi. Metode ini hampir mirip dengan metode cuci darah yang telah saya jelaskan di atas. Mengingat bahwa seluruh organ, dan jaringan, serta sistem pertahan tubuh bayi belum terbentuk secara sempurna. Maka menurut saya, metode ini sangat berbahaya untuk diterapkan pada bayi.

Pada paragraf teori di atas, saya mengatakan bahwa Eritroblastosis fetalis pada masa masa kehamilan pertama bisa dikatakan tidak separah jika dibandingkan dengan eritroblastosis fetalis yang terjadi pada masa masa kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya.

Berikut adalah alasannya :

Karena kemungkinan terbentuknnya antibodi pada masa masa kehamilan pertama dapat dibilang lebih kecil daripada masa masa kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalaupun terjadi pembentukan (antibodi) jumlahnya tidak terlalu banyak. Sehingga bayi pertama dapat lahir dengan cukup sehat.

Pembentukan antibodi akan dimulai saat proses persalinan pada kehamilan pertama. Ketika plasenta lepas, pembuluh darah yang menghubungkan plasenta dan dinding rahim juga akan putus. Sehingga sel darah merah dari bayi masuk dengan jumlah besar. Kemudian, 48 sampai 72 jam setelah proses persalinan atau keguguran selesai, tubuh sang ibu akan dirangsang untuk menghasilkan antibodi dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga saat sang ibu mengalami kehamilan untuk kedua kalinya, antibodi akan menembus plasenta, dan menyerang sel darah merah janin yang mengandung golongan darah dengan rhesus positif.

Sebenarnya, kehadiran antibodi dalam darah ibu yang memiliki rhesus negatif  memiliki tujuan yang baik yaitu demi melindungi sang ibu, ia melawan setiap zat asing yang masuk. Namun, jumlah rhesus dari setiap ibu berbeda beda, ada yang memiliki rhesus dengan jumlah tinggi, ada juga dengan jumlah rendah. Apabila sang ibu memiliki jumlah rhesus tinggi, maka diperlukan pemantaun terhadap janin menggunakan ultrasonografi, hal yang perlu di amati adalah cairan paru paru, sistem peredaran darah, dan pembesaran hati yang merupakan salah satu dari beberapa gejala eritroblastosis fetalis akibat sel darah merah yang rendah yang telah saya sebutkan pada paragraf teori di atas.

Namun pada umumnya orang Indonesia yang merupakan ras Asia memiliki rhesus positif. Biasanya rhesus negatif ditemukan dengan orang dengan ras Kaukasian atau berkulit putih seperti Eropa.

Sumber :

https://www.klinikherbaldunia.com/golongan-darah-rhesus-penyebab-eritroblastosis-fetalis/ diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 16 : 00

https://www.tanyadok.com/anak/mengenai-eritroblastosis-fetalis diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 15 : 13

http://kamuskesehatan.com/arti/eritroblastosis-fetalis/  diakses pada Senin, 20 November 2017 pada 15 : 30

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun