Mohon tunggu...
Abdy Busthan
Abdy Busthan Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Pendidikan

Penulis, Peneliti dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Postmodernisme

24 Juli 2017   17:53 Diperbarui: 25 Januari 2019   14:51 2940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.tendreams.org

Ketiga,berdasarkan perspektif filsafat, maka karakter yang khas dari modernisme adalah, bahwa ia selalu berusaha untuk mencari dasar "pengetahuan" (episteme, Wissenschaft) tentang "apa" nya (ta onta) realitas, yaitu dengan cara kembali ke subjek yang mengetahui (dipahami secara psikologis dan transendental).  Di sana diharapkan dapat ditemukannya suatu "kepastian" yang sangat mendasar bagi pengetahuan manusia tentang "realitas", yaitu realitas yang dibayangkan sebagai realitas luar (Sugiharto Bambang, 1996: 33). Sebab itu, maka dalam postmodernisme, pemahaman manusia kemudian dibangun berdasarkan pada perspektif masyarakat dengan "subjektifitas" dan "bahasa". Pada titik ini, kebenaran tidak ada yang absolut, sebab kebenaran bersifat relatif dan diragukan.

Keempat,sebagian kalangan dari golongan akademisi, mengklaim bahwa masa porstmodernisme dimulai dengan dihancurkannya tembok Berlin ditahun 1989, yaitu setelah 21 tahun dibangun. Ada pula yang menyebutkan bahwa pada tahun 1960 telah terjadi pemberontakkan besar-besaran yang dilakukan oleh para anak muda terhadap kemapanan pada periode tersebut (Greene Albert, 1995: 17).

Terlepas dari keempat anggapan di atas, di tahun 1975, Charles Jenks dalam karya berjudul "The Language of Post-ModernArchitecture" (2002), yang selanjutnya dijelaskan kembali dalam bukunya berjudul "What is Postmodernism" (1986) tentang rumusan dari unsur kunci dalam realitas postmodern, yang menyatakan bahwa simplikasi modernis, gaya minimalis, dan gaya ber-tren secara universal, di olah kembali secara dekoratif. Dalam hal ini---secara ironis---berbagai gaya dan zaman sengaja dicampuradukkan, sebab para arsitek tidak lagi percaya pada gaya yang dominan. Mereka tidak lagi hanya berfokus pada gaya di zaman mereka saja, tetapi dengan melangkah memandang bahwa semua gaya terdahulu adalah sesuatu yang dapat di akses.

Selanjutnya di tahun 1970-an, para filsuf postmodern kontinental muncul dan menjadi populer dari AS, yang sekaligus mengantarkan istilah postmodern ini semakin terkenal bahkan populer untuk dapat digunakan dimana-mana. Timbul pertanyaan mendasar, apa itu "sesudah" (post)? Dan apa itu modern? Semua "sesudah" yang kita dengar, sebagian ditentukan oleh apa yang datang sebelumnya, mereka tergantung dan bereaksi terhadap gerakan terdahulu. Jadi kesimpulannya, untuk mengetahui titik awal kemunculan era postmodernisme ini, maka seseorang tidak dapat memahami postmodernisme tanpa terlebih dahulu melihat ke modernisme yang berasal dari gerakan terdahulu yang membuat temuan baru atau yang menemukan kembali pengetahuan lama. Sehingga untuk memahami lebih dalam tentang dunia postmodernisme, kita harus menelusuri kembali leluhurnya melalui perjalanan sejarah dengan melihat terhadap apa postmodernisme bereaksi (0'Donnell Kevin, 2003).

Sumber buku:

Busthan Abdy. (2016). Kristus versus tuhan-tuhan Postmo. Kupang: Desna Life Ministry. (ISBN:978-602-74103-8-1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun