Mohon tunggu...
Humaniora

Perbedaan Mazhab dalam Syi'ah

1 Oktober 2018   15:51 Diperbarui: 1 Oktober 2018   15:59 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya keimaman Sab'iah terpengaruh filsafat Neo-Platonisme terutama teori emanasinya. Hakikat emanasi adalah  kerespondensi Tuhan dengan manusia. Menurut Sab'iah, imam itu mendapat tetesan Ilahi (Devine Grace). Ucapan seorang imam sepenuhnya merupakan nash syara' dan wajib dilaksanakan. Sepeninggal Ismail, imam-imam selanjutnya merupakan imam tersembunyi sampai berdiri daulah Fatimah (tahun 909 M). Tersembunyinya imam tidak menhalanginya untuk menjadi imam, dan ia tetap harus dipatuhi. Sabi'ah berbeda dengan syi'ah dua belas yang meyakini adanya imam Al-Mahdi Mkhtadzar berkeyakinan bahwa dibumi akan selalu ada imam. Hanya, imam itu adakalanya tersembunyi (batin) dan adakalanya dzahir (menampakkan). Ketika imam bersembunyi, para dainya harus dzahir (tampak). Sebaliknya, apabila imamnya dzahir maka dainya dapat tersembunyi. Sab'iah meyakini bilangan tujuh sab'iah meyakini setiap nabi mempunyai tujuh pelaksana.

Ajaran Syi'ah Sab'iah Lainnya

Ajaran-ajaran sab'iah yang lainpada dasarny sama dengan ajaran sekte-sekte syi'ah lainnya. Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap yang lahir dan penolakannya terhadapa Al- Mahdi Al- Mukhtazhar. Apabila dibandingkan dengan sekte syi'ah lainnya, sab'iah sangat ekstrim ketika menjelaskan kemaksuman imam. Sebagaimana telah dijelaskan, sab'iah berpendapat bahwa walaupun terlihat melakukan kesalahan dan menyimpang dari syariat, seorang imam sesungguhnya tidak menyimpang karena mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperti itu merupakan konsekuensi logis darin doktrin sab'iah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.

Ada satu sekte dalam sab'iah yang berpendapay bahwa tuhan mengambil tempat dari imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah dinasti fatimiyyah, al-hakim bin amrillah (1.375 H), berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat tuhan karena ia memaksa rakyat supaya menyembahnya.

Menurut sab'iah, al-qur'an memiliki makna batin selain yang lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat itu diperuntukkan bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani.bagi orang-orang tertentu mungkin terjadi perubahan dan peralihan, bahkan penolakan terhadap pelaksanaan syariat tersebut karena mendasarkan pada yang batin tersebut. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu adalah para imam yang memiliki ilmu dzahir dan ilmu batin.

Dengan prinsip takwil, sab'iah menakwilkan misalnya ayat al-qur'an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam, dan ayat al-qur'an tentang haji dengan mengunjungi imam. Bahkan, diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan mengetahui takwil (melalui imam). Mengenai sifat Allah, sab'iah sebagaimana halnya mu'tazilah meniadakan sifat dari dzat Allah. Penetapan sifat menurut sab'iah merupakan penyerupaan dengan mahluk.

PENUTUP

Kesimpulan

Unsur-unsur epistemologi (sumber hadits atau asal pengetahuan, hakikat hadits, dan persoalan verifikasi yang terkandung dalam hadits Syi'ah. Pertama, tentang sumber hadits Syi'ah beranggapan mengenai tidak berhentinya wahyu setelah wafatnya Nabi SAW. dan masih tetap mengakui adanya hadits yang bersumber dari keturunan Nabi, khususnya dari Ali bahkan para Imam juga di anggap dapat mebgeluarkan hadits.

Dalam aspek ini, terdapat perbedaan mendasar dengan ahli sunnah. Dalam keyakinan ahli sunnahsunber utama dalam hadits adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi tidak di anggap sebagai hadits jika sebuah khabar tidak disandarkan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, kaitannya dengan persoalan verifikasi kesahihan sebuah hadits, para ulam Syi'ah tidak memberikan kriteria-kriteria periwayatan. Namun yang paling utama seluruh periwayatan dalam snad berasal dari kelompok Imamiah dalam semua ungkapan. Ketiga, kaitannya dengan soal klasifikasi hadist, terdapat perbedaan kriteria yang ditrtapkan oleh ulama  Syi'ah baik antara periode mutaqoddimin, dengan muta'akhkhirin, maupun antara ulama Syi'ah muta'akhkhirin dengan mu'ashirin (modern), perbedaan tersebut berimplikasi  terhadap kualitas sebuah hadits di kalangan kaum Syi'ah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun