Mohon tunggu...
Abd halim
Abd halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbandingan Mazhab Tentang Syi'ah

19 Maret 2019   08:25 Diperbarui: 19 Maret 2019   08:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Imam harus dijabat oleh seseorang yang paling baik. Berbeda dengan Zaidah, Syi'ah Sab'iah, dan Syi'ah dua belas tidak membolehkan adanya imam mafdhul. Dalam pandangan Syi'ah Sab'iah, perbuatan dan ucapan imam tidak boleh bertentangan dengan syariat. Seorang imam hampir sama sifat dan kekuasaannya dengan nabi. Perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak mendapatkannya.

Di samping syarat-syarat diatas Syi'ah Sabi'ah berpendapat bahwa seorang imam harus mempunyai pengetahuan  (ilmu) dan pengetahuan (walayat). Pengetahuan yang dimaksud adalah: pertama, seorang imam harus mempunyai pengetahuan (ilmu), baik ilmu lahir (eksotrik) maupun ilmu batin (asoterik). Dengan ilmu tersebut, seorang imam mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui biasa. Apa yang salah dalam pandangan manusia biasa, tidak harus salah dalam pandangan imam. Kedua, seorang imam harus mempunyai sifat walayat, yaitu kemampuan asoterik untuk menuntun manusia ke dalam rahasia-rahasia Tuhan.

Dalam tantangan imam menempati posisi sentral dalam Syi'ah Sab'iah. Kepatuhan dan pengabdian kepada imam dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci imam. Sab'iah, seperti sekte lainnya memiliki cita-cita tentang pemahaman dan penerapan Islam dalam keseluruhan totalitasnya agar umat diperintahkan oleh kehendak Tuhan, bukan oleh kehendak manusia yang tidak menentu. Melalui keturunan Ali yang mendapat petunjuk Tuhan, cita-cita diatas tercapai.

Tampaknya keimaman Sab'iah terpengaruh filsafat Neo-Platonisme terutama teori emanasinya. Hakikat emanasi adalah  kerespondensi Tuhan dengan manusia. Menurut Sab'iah, imam itu mendapat tetesan Ilahi (Devine Grace). Ucapan seorang imam sepenuhnya merupakan nash syara' dan wajib dilaksanakan. Sepeninggal Ismail, imam-imam selanjutnya merupakan imam tersembunyi sampai berdiri daulah Fatimah (tahun 909 M). 

Tersembunyinya imam tidak menhalanginya untuk menjadi imam, dan ia tetap harus dipatuhi. Sabiah berbeda dengan syiah dua belas yang meyakini adanya imam Al-Mahdi Mkhtadzar berkeyakinan bahwa dibumi akan selalu ada imam. Hanya, imam itu adakalanya tersembunyi (batin) dan adakalanya dzahir (menampakkan). Ketika imam bersembunyi, para dainya harus dzahir (tampak). Sebaliknya, apabila imamnya dzahir maka dainya dapat tersembunyi. Sabiah meyakini bilangan tujuh sabiah meyakini setiap nabi mempunyai tujuh pelaksana.

Ajaran Syiah Sabiah Lainnya
Ajaran-ajaran sabiah yang lainpada dasarny sama dengan ajaran sekte-sekte syiah lainnya. Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap yang lahir dan penolakannya terhadapa Al- Mahdi Al- Mukhtazhar. Apabila dibandingkan dengan sekte syiah lainnya, sabiah sangat ekstrim ketika menjelaskan kemaksuman imam. Sebagaimana telah dijelaskan, sabiah berpendapat bahwa walaupun terlihat melakukan kesalahan dan menyimpang dari syariat, seorang imam sesungguhnya tidak menyimpang karena mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperti itu merupakan konsekuensi logis darin doktrin sabiah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.

Ada satu sekte dalam sabiah yang berpendapay bahwa tuhan mengambil tempat dari imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah dinasti fatimiyyah, al-hakim bin amrillah (1.375 H), berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat tuhan karena ia memaksa rakyat supaya menyembahnya.

Menurut sabiah, al-quran memiliki makna batin selain yang lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat itu diperuntukkan bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani.bagi orang-orang tertentu mungkin terjadi perubahan dan peralihan, bahkan penolakan terhadap pelaksanaan syariat tersebut karena mendasarkan pada yang batin tersebut. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu adalah para imam yang memiliki ilmu dzahir dan ilmu batin.

Dengan prinsip takwil, sabiah menakwilkan misalnya ayat al-quran tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam, dan ayat al-qur'an tentang haji dengan mengunjungi imam. Bahkan, diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan mengetahui takwil (melalui imam). Mengenai sifat Allah, sabiah sebagaimana halnya mutazilah meniadakan sifat dari dzat Allah. Penetapan sifat menurut sabiah merupakan penyerupaan dengan mahluk.
                                         

PENUTUP
Kesimpulan
Unsur-unsur epistemologi (sumber hadits atau asal pengetahuan, hakikat hadits, dan persoalan verifikasi yang terkandung dalam hadits Syi'ah. Pertama, tentang sumber hadits Syi'ah beranggapan mengenai tidak berhentinya wahyu setelah wafatnya Nabi SAW. dan masih tetap mengakui adanya hadits yang bersumber dari keturunan Nabi, khususnya dari Ali bahkan para Imam juga di anggap dapat mebgeluarkan hadits.

Dalam aspek ini, terdapat perbedaan mendasar dengan ahli sunnah. Dalam keyakinan ahli sunnahsunber utama dalam hadits adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi tidak di anggap sebagai hadits jika sebuah khabar tidak disandarkan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun