Mohon tunggu...
Abd halim
Abd halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbandingan Mazhab Tentang Syi'ah

19 Maret 2019   08:25 Diperbarui: 19 Maret 2019   08:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang membahas tentang "Syi'ah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa artikel ini bukanlah sebuah kesempurnaan. Dengan kerendahan hati,  kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pengampu untuk meningkatkan kemampuan pembuatan artikel pada waktu yang  akan datang dan agar kami dapat memperbaikinya guna kemajuan bersama.
         

    Jember, 01 Oktober 2018

Abd. Halim

PENDAHULUAN
Syi'ah dari segi bahasa berarti pengikut, kelompok, atau golongan. Dari segi terminology berarti satu faham dalam Islam yang meyakini bahwa khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin (khalifah yang diberikan petunjuk) khalifah Ali bin Abi Thalib ra dan keturunannya adalah imam-imam (para pemimpin agama) dan umat setelah Nabi Muhammad Saw. Atau peryataan bahwa segala petunjuk agama bersumber dari  ahlu al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat dan para pengikutnya.

Jumlah penduduk  muslim di Indonesia terbanyak di dunia mengakibatkan banyaknya aliran-aliran yang menjadi bagian dari salah satu aliran yang sering di perdebatkan kebenarannya  adalah aliran syi'ah. Aliran syi'ah banyak mendapatkan sorotan kebenarannya dibeberapa kalangan dari ulam' Sunni khususnya di Indonesia. Mereka beranggapan bahwa ajaran syi'ah bertentangan  dengan ajaran yang Nabi Saw ajarkan.

Pada perkembangannya, aliran ini semakin disudutkan oleh pertentangan-pertentangan yang datang silih berganti. Kebencian hingga berujung pembubaran dan pembakaran rumah ibadah (masjid) maupun lembaga dalam naungan syi'ah mengakibatkan pertanyaan khusus  bagi benak umat muslim mengenai kebencian tersebut.

Tujuan penulisan
Ingin mengenal dan mamapu memahami seluk-beluk pemikiran teologi syi'ah dan berbagai kaitan serta perkembangannya sampai hari ini.
                                                                 
PEMBAHASAN
Syiah secara bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan menurut istilah  dikaitkan dengan sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad Saw. atau disebut sebagai ahlu al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi'ah adalah pernyataan  bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahlu al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk dari para sahabat yang bukan ahlu al-bait dan para pengikutnya.

Pengertian bahasa dan termenologi di atas boleh dikatakan hanya merupakan dasar yang membedakan syi'ah dengan kelompok Islam yang lain, wajar jika dari pengertian di atas belum diperoleh penjelasan yang memadai mengenai syi'ah. Maskipun demikian, pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagi mazhab syi'ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut'ah dan sebagainya.

Mengenai kemunculan syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Watt menyatakan bahwa syi'ah muncul ketika berlangsungnya perang shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang di tawarkan mu'awiyah. Pasukan Ali terpecah belah menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok yang mendukung Ali disebut syi'ah  dan kelompok yang kedua menolak sikap Ali yang disebut khawarij, sedangkan menurut Abu Zahrah, syi'ah mulai muncul kepermukaan pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan.

Berbeda dengen pendapat yg di atas, kalangan syi'ah berpendabat bahwa kemunculan syi'ah berkaitan dengan masalah pengganti khilafah Nabi Muhammad Saw. menolak ke khalifahan  Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsma bin Affan karena dalam dipandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan posisi Nabi Saw. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun