Mohon tunggu...
Abd halim
Abd halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbandingan Mazhab Tentang Syi'ah

19 Maret 2019   08:25 Diperbarui: 19 Maret 2019   08:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan antara sunni dan syi'ah terlatak lada doktrin imamah. Maskipun mempunya landasan keimanan yang sama, syi'ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya dalam perjalanan sejarah kelimpok ini akhirnya terpecah belah. Perpecahan yang terjadi dikalangan syi'ah terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah, diantara sakte-sakte Syi'ah adalah Istna Asyariah, Sab'iah, Zaidiah, dan Ghulat.

 Asal-usul penyebutan Imamiah
Dinamakan syi'ah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam dalam arti pemimpin religio politik, yaitu bahwa Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya tetapi ia telah ditunjukkan dan pantas menjadi khalifah peearis kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak Ali dan keturunannya untuk menuduki  jabatan imam atau khalifah telah ada semenjak Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa'idah.

Syi'ah Itsna  Asyariah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad SAW, sperti yang ditunjukkan nash. Al-ausiya (penerima wasiat) setalah Ali bin Abi Thalib dan Husein bin Ali sebagaimana yang disepakati bagi Syi'ah Itsna Asyariah Al-Ausiya yang di usukan setalah Husein adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut; Muhammad Al-Baqir (w. 115 H/737 M), Abduallah bin Ja'far Ash-Shadiq (w. 148 H/765 M), dan seterusnya keturunan Ali. Hasan Al-Askari dan terakhir adalahMuhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas imam bereka dikenal dengan sebutan Syi'ah Itsna Syariah, (Itsna Syariyah).

Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah lahurnya semua imam  yang berjumlah dua belas, kira-kira pada tahun  260 H/878 M. Imam kedua belas Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation oleh para pengikut sakte ini, Muhammad Al-Mahdi bersembunyi di ruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan setelah itu tidak kembali lagi. Kembalinya Imam Muhammad Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sakte Syi'ah Itsna Asariyah dan ciri khas kehadirannya adalah sebagia ratu adil  yang akan turun pada akhir zaman. Oleh karena itu  Muhammad Al-Mahdi di juluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntanzhar (yang ditunggu).
     
Syi'ai imamiah menghubungkan dengan sunnah segala sesuatu yang bersumber dari para imam mereka  yang dua belas, beruapa perkataan dan taqrir.
Perbandingan Mazhad Tentang Syi'ah

"Aku Syi'ah dalam agama asalku dari kota Mekkah Kampungku Askalan bernama kelahiranku baik dan megah. Mazhabku baik, aliranku indah memuncak naik keangkasa tidak sukar tetapi mudah, mengatas alam manusia"

 Syair diatas itu termuat dalam kitab "Manaqib Assy-Syafii" karangan Al-Fakhrur Razi, hal 51, dimuat kembali dalam kitab "Al-Imam As-Shadiq wal Mazahibil Arba'ah" jilid 1 hal.231.Terkala ia dituduh Rafdhi oleh Yahya bin Mu'in dengan alasan bahwa syafi'i banyak mengambil hadits dari Ali bin Abi Thalib, Syafi'i bersyair pula menentangtuduhan itu dalam beberapa baris syair yang terakhir ia berkata.  "Jika aku dituduh Rafdhi, karena mencintai keluarga Muhammad, Qur'an dan sunnah menjadi saksi, rela menjadi Rafdhi selamat" (hal yang sama). 

Kecaman yang lain yang menuduh syafi'i mewakili Ahlil Bait juga berasal dari Ibn Mu'in, yang memuat Al-Mazani pada suatu hari bertanya kepada Syafi'i : Engkau mewakili Ahlil Bait..?" Ketika itu Syafi'i bersyair, "telah lama aku sembunyikan kini kujawab pertanyaanmu yang bertanya seakan-akan, orang ajam ialah kamu Aku sembunyikan kecintaanku dalam bentuk putihbersih, agar supaya ua sejahtera selamat dari cela selisih".

Banyak sekali kecaman-kecaman terhadap Syafi'i, sebagian besar berasal  dari Yahya bin Mu'in, seoarang parawi hadits yang terkenal, yang meninggal di Bagdad pada tahun 233 H . dan yang terkenal nama Ibn Aum Al-Ghadafani. 

Karena telitinya dalam hadits ia pernah mendapat pujuan dari Ahmad bin Hambal. Tetapi tuduhannya bahwa Syafi'i banyak menggunakan hadits-hadits yang dhaif dan yang berasal dari orang-orang yang berbuat bid'ah.
Tatkala selisih faham terjadi antara ulama-ulama Irak, yang mengutamakan ra'yi dan qitas dalam penetapan hukum karena kekurangan bahan hadits, dengan ahli haditsyang terdiri pada ulama-ulama Madinah. 

Maka dari itu Syafi'i menyusun dirinya kepada rombongan ulama-ulama Ahli Hadits, terutama  gurunya Imam Malik bin Anas dan temen-temennya, terutama dari mereka seperti Imam Zaid bin Ali, Iman Ja'far bin Muhammad As-Shadiq, Imam Malik dan sebagianya. Semua orang yang sedikit menggunalan qiyas dan ra'yi dalam menetapkan hukum. Syafi'i banyak menggunakan fikiran-fikaran yang berasal dari orang-orang teesebut. Yang di anggap terlebih dahulu dan lebih mengetahui daripadanya.

Sudah kita katakan mazhab Syafi'i adalah mazhab yang menengah antara aliran menggunakan sunnah dan aliran yang menggunakan fikiran dalam menetapkan hukum. Makda dalam kehidupan sehari-hari dapat kita pisahkan pada mula pertama dua aliran dan cara berfikir, pertama cara Irak terdekat pada faham Abu Hanifah di sebut fengan "Qoul Qadim". dan yang kedua cara cara Imam Malik berfikir yang berpegang kehadits saja, dan dengan pengalaman daripada kedua golongan fikiran ini kemudian di Mesir, menciptakan suatu pendekatan cara berfikir, yang dinamakan "Qoul Jadid". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun