Mohon tunggu...
Abd halim
Abd halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Konsep-konsep Produksi dalam Hadis Nabi SAW

17 Maret 2019   10:13 Diperbarui: 17 Maret 2019   10:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memahami  tujuan penciptaan manusia tersebut, kita lebih mudah memahami tujuan produksi dalam Islam. Sebagai khalifah, manusia mendapatkan amanat untuk memakmurkan bumi. Ini berarti bahwa diharapkan campur tangan manusia dalam proses-proses untuk mengubah dunia dari apa adanya menjadi apa yang seharusnya. (Ismail Raji' al- faruqi, 1992: 63).

Oleh karena itu, mereka harus melakukan berbagai aktivitas termasuk dibidang ekonomi di antaranya berproduksi. Melakukan aktivitas produksi merupakan kewajiban manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahteraan lahir dan batin. Semua aktivitas ekonomi tersebut dimakaudkan sebagai bagian dari ibadah dan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta, sebagai rahmat dan karunia yang diberikan oleh Alah kepada manusia.

Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia dan berusaha agar setiap orang dapat hidup dengan layak, sesuai dengan bartabatnya sebagai khalifah Allah. Dengan kata lain, tujuan  produksi adalah tercapainya kesejahteraan ekonomi. Menurut M. Abdul Manna, sebagaimana yang dikutip oleh Suprayitno, dalam produksi Islam.
Menurut M. N. Shiddiqi sebagaimana yang dikutip oleh Rustam Efendi, produksi dalam Islam mempunyai beberapa tujuan (Rustam Efendi: 27-33) yaitu;
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga
Bekal untuk generasi mendatang

Bantuan masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah
Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara makro adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarkat dalam mencapai kemakmuran nasional suatu Negara. Secara mikro, tujuan produksi meliputi sebagai berikut;
Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan meningkatkan proses produksi secara terus-menerus
Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan biaya produksi
Meningkatkan jumlah dan mutu produksi
Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi
Memenuhi kebutuhan dan kepentingan produsen serta konsumen

Terlihat bahwa diantara tujuan produksi dalam ekonomi konvensional adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam Islam yang bertujuan untuk memberikan maslahah yang makaimum bagi konsumen. 

Walaupun tujuan utama ekonomi Islam adalah memaksimalkan maslahah, memproleh laba tidaklah dilarang selama dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Dengan demikian, tujuan produksi dalam Islam adalah untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan manusia ini diharapkan bisa tercipta kemaslahatan atau kesejahteraan baik individu maupun kolektif.

Faktor-faktor Produksi Dalam Islam
Dalam sistem ekonomi konvensional, produksi di artikan dengan uapaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan di tujukan pada uapaya-uapaya pengaturan yang sifatnya dapat memambah atau menciptakan kegunaan (Utility) dari suatu barang atau jasa. 

Untuk melaksanakan kegiatan produksi tersebut tentu saja perlu dibuat suatu perencanaan yang menyangkut apa yang akan di produksi, berapa anggaran dan bagaimana pengemdalian dan pengawasannya. Bahkan perlu dipikirkan pula kemana hasil produksi akan didistribusikan karena pendistribusian dalam bentuk penjualan hasil produksi alhirnya merupakan penunjang untuk kelanjutan produksi. Pada hakikatnya, kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia faktor-faktor produksi.

Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia. Yang termasuk faktor manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan wira-usahawan, sementara faktor non-manusia adalah sumber daya alam, modal (kapital), mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik lainnya.

Dikalangan para ahli ekonomi Muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi. Menurut al-Mawdd, faktor produksi terdiri atas amal atau kerja (labour), tanah, (land), dan modal (capital). Adapun menurut M Abdul Mannan faktor produksi hanya berupa amal (kerja), dan tanah. Modal bukanlah faktor dasar Modal merupakan manifestasi dan hasil atas suatu pekerjaan. Dalam ekonomi konvensioanal, modal (capital) yang telah diberikan menuntut adanya return, yang biasanya berupa bunga. (Sa'id Sa'ad Marthan: 51)

Abu Su'ud menyatakan bahwa faktor-faktor produksi dalam Islam sama dengan faktor-faktor produksi dalam ekonomi konvensional yaitu, sumber daya alam (tanah), usaha manusia (tenaga kerja), modal (kapital), dan organisi (wirausahawa). Baik modal fisik maupun uang akan mengalami depreasi sementara tanah tidak, sehingga sewa tetap (fixed rent) dapat dikenakan pada modal tetapi tidak dapat dikenakan pada tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun