Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bulan Muharram dan Mitos Pembawa Sial

3 November 2014   19:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi (foto; warungfiksi.net)

Muharram, adalah awal bulan di tahun (kalender) hijriyah. Orang Jawa menyebutnya bulan sura atau suro. Sebagian orang-orang Jawa meyakini bahwa bulan Muharram atau bulan suro adalah bulan keramat, sekaligus bulan pembawa sial, bencana dan malapetaka. Bulan suro menjadi pantangan bagi sebagian orang Jawa untuk memulai kegiatan, atau mengadakan kegiatan perayaan moment-moment tertentu.

Sebagai contoh, orang yang akan mendirikan bangunan (rumah) juga disarankan untuk tidak memulainya pada bulan suro. Demikian halnya pelaksanaan hajatan mbarang gawe, entah itu hajatan pernikahan (walimatul arusy) maupun sunatan (walimatul khitan) juga disarankan untuk tidak dilaksankan pada bulan suro, tabu, pamali, ora ilok. Mereka meyakini bahwa hajat-hajat tersebut apabila dipakakan dilaksanakan pada bulan suro bisa berakibat tidak baik baik para pelakunya.

Bulan Muharram atau suro juga diidentikkan dengan bulan yang menakutkan seperti adanya hantu-hantu yang muncul pada bulan itu. Para setan para penghuni tempat-tempat khusus keluar dari sarangnya untuk meminta tumbal dari manusia, dan masih banyak kisah horror dan klenik lainnya. Sehingga pada bulan itu, banyak warga masyarakat yang berduyun-duyun memberikan tumbal keselamatan, baik melalui media sedekah laut, sedekah bumi, penjamasan pusaka dan masih banyak acara-acara lain sejenisnya yang tak hanya sekedar sebagai tradisi kearifan lokal, namun menjadi bagian dari sebuah keyakinan.

Meskipun keyakinan semacam itu mulai terkikis secara perlahan-lahan, namun hingga hari ini sepertinya jumlah yang meyakini masih jauh lebih banyak ketimbang yang mengingkari atau mengabaikan kepercayaan turun temurun tersebut, bahkan di kalangan Jawa muslim sekalipun.

Bagaimana sebenarnya hakikat bulan Muharram itu sendiri? Adakah bulan Muharram itu pembawa sial atau sebaliknya? Dalam pandangan Islam bulan Muharam merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan dan kasih-sayang dari Allah SWT. Bulan Muharam juga merupakan bulan bersejarah, di mana banyak peristiwa besar terjadi pada bulan itu sebagai petunjuk atas kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT kepada para makhluk-Nya.

Pada bulan ini Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi-Nabi-Nya sebagai penghormatan kepada mereka dan juga limpahan karunia-Nya yang terbesar yakni berupa ampunan dan keridlaan bagi hamba-Nya. Sebagai tanda kesyukuran kepada-Nya, maka para hamba yang shaleh memperbanyak ibadah sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Salah satu peningkatan ibadah itu dilakukan dengan cara menunuikan ibadah puasa sesuai dalil-dalil sebagai berikut : (1). Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (HR. Muslim No. 1163)

(2). Dari Ibnu Abbas RA dia berkata :“Rasulullah SAW mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari ‘Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah SWT memenangkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di hari itu. (HR. Bukhari No. 3145, 3649, 4368 dan Muslim no. 1130).

(3). Dari Abu Qatadah Al Anshari RA dia berkata : “Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, beliau menjawab: “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no. 1162). Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya tahun depan aku masih hidup, niscaya aku benar-benar akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” (HR. Muslim No. 1134).

Dari hadist-hadist Abu Hurairah dan lainnya di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa salah satu peningkatan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melaksanakan puasa pada bulan muharram, utamanya tanggal 9 dan 10 yang merupakan puasa sunnah yang terbaik dan terutama, dan keutamaannya adalah Allah SWT akan mengampuni semua dosa (dosa kecil) setahun yang lalu

Selain itu, bulan Muharam juga merupakan satu-satunya bulan yang istimewa karena banyak peristiwa yang bersejarah yang terjadi pada bulan itu. Pada hari Asyura, Allah SWT telah menjadikan langit dan bumi pada hari Asyura, dan menjadikan bukit-bukit pada hari Asyura dan menjadikan laut pada hari Asyura dan menjadikan Loh Mahfuz dan Qalam pada hari Asyura dan juga menjadikan Adam dan Hawa pada hari Asyura, dan menjadikan syurga dan neraka serta memasukkan Adam ke syurga pada hari Asyura, dan Allah SWT menyelamatkannya dari api pada hari Asyura dan menyembuhkan Nabi Ayub. Pada hari Asyura juga Allah SWT telah memberi taubat kepada Adam dan diampunkan dosa Nabi Daud, juga kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura dan kiamat akan terjadi pada hari Asyura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun