Ilustrasi (foto; warungfiksi.net)
Muharram, adalah awal bulan di tahun (kalender) hijriyah. Orang Jawa menyebutnya bulan sura atau suro. Sebagian orang-orang Jawa meyakini bahwa bulan Muharram atau bulan suro adalah bulan keramat, sekaligus bulan pembawa sial, bencana dan malapetaka. Bulan suro menjadi pantangan bagi sebagian orang Jawa untuk memulai kegiatan, atau mengadakan kegiatan perayaan moment-moment tertentu.
Sebagai contoh, orang yang akan mendirikan bangunan (rumah) juga disarankan untuk tidak memulainya pada bulan suro. Demikian halnya pelaksanaan hajatan mbarang gawe, entah itu hajatan pernikahan (walimatul arusy) maupun sunatan (walimatul khitan) juga disarankan untuk tidak dilaksankan pada bulan suro, tabu, pamali, ora ilok. Mereka meyakini bahwa hajat-hajat tersebut apabila dipakakan dilaksanakan pada bulan suro bisa berakibat tidak baik baik para pelakunya.
Bulan Muharram atau suro juga diidentikkan dengan bulan yang menakutkan seperti adanya hantu-hantu yang muncul pada bulan itu. Para setan para penghuni tempat-tempat khusus keluar dari sarangnya untuk meminta tumbal dari manusia, dan masih banyak kisah horror dan klenik lainnya. Sehingga pada bulan itu, banyak warga masyarakat yang berduyun-duyun memberikan tumbal keselamatan, baik melalui media sedekah laut, sedekah bumi, penjamasan pusaka dan masih banyak acara-acara lain sejenisnya yang tak hanya sekedar sebagai tradisi kearifan lokal, namun menjadi bagian dari sebuah keyakinan.
Meskipun keyakinan semacam itu mulai terkikis secara perlahan-lahan, namun hingga hari ini sepertinya jumlah yang meyakini masih jauh lebih banyak ketimbang yang mengingkari atau mengabaikan kepercayaan turun temurun tersebut, bahkan di kalangan Jawa muslim sekalipun.
Bagaimana sebenarnya hakikat bulan Muharram itu sendiri? Adakah bulan Muharram itu pembawa sial atau sebaliknya? Dalam pandangan Islam bulan Muharam merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan dan kasih-sayang dari Allah SWT. Bulan Muharam juga merupakan bulan bersejarah, di mana banyak peristiwa besar terjadi pada bulan itu sebagai petunjuk atas kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT kepada para makhluk-Nya.
Pada bulan ini Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi-Nabi-Nya sebagai penghormatan kepada mereka dan juga limpahan karunia-Nya yang terbesar yakni berupa ampunan dan keridlaan bagi hamba-Nya. Sebagai tanda kesyukuran kepada-Nya, maka para hamba yang shaleh memperbanyak ibadah sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Salah satu peningkatan ibadah itu dilakukan dengan cara menunuikan ibadah puasa sesuai dalil-dalil sebagai berikut : (1). Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (HR. Muslim No. 1163)
(2). Dari Ibnu Abbas RA dia berkata :“Rasulullah SAW mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari ‘Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah SWT memenangkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di hari itu. (HR. Bukhari No. 3145, 3649, 4368 dan Muslim no. 1130).
(3). Dari Abu Qatadah Al Anshari RA dia berkata : “Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, beliau menjawab: “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no. 1162). Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya tahun depan aku masih hidup, niscaya aku benar-benar akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” (HR. Muslim No. 1134).
Dari hadist-hadist Abu Hurairah dan lainnya di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa salah satu peningkatan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melaksanakan puasa pada bulan muharram, utamanya tanggal 9 dan 10 yang merupakan puasa sunnah yang terbaik dan terutama, dan keutamaannya adalah Allah SWT akan mengampuni semua dosa (dosa kecil) setahun yang lalu
Selain itu, bulan Muharam juga merupakan satu-satunya bulan yang istimewa karena banyak peristiwa yang bersejarah yang terjadi pada bulan itu. Pada hari Asyura, Allah SWT telah menjadikan langit dan bumi pada hari Asyura, dan menjadikan bukit-bukit pada hari Asyura dan menjadikan laut pada hari Asyura dan menjadikan Loh Mahfuz dan Qalam pada hari Asyura dan juga menjadikan Adam dan Hawa pada hari Asyura, dan menjadikan syurga dan neraka serta memasukkan Adam ke syurga pada hari Asyura, dan Allah SWT menyelamatkannya dari api pada hari Asyura dan menyembuhkan Nabi Ayub. Pada hari Asyura juga Allah SWT telah memberi taubat kepada Adam dan diampunkan dosa Nabi Daud, juga kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura dan kiamat akan terjadi pada hari Asyura.
Pada hari itu juga, Nabi Musa dan kaumnya diselamatkan dari Firaun, Haman, dan Qarun yang dzalim dan lalim. Pada hari itu juga, Nabi Idris AS telah di bawa ke langit, sebagai tanda Allah SWT menaikkan derajatnya. Perahu Nabi Nuh AS yang terkena banjir bandang pun mendarat pada hari itu. Nabi Ibrahim AS dilahirkan pada tanggal 10 Muharam, diangkat sebagai Khalilullah (kekasih Allah SWT), dan diselamtkan dari kobaran api yang dinyalakan oleh Namrud.
Pada hari itu pula, Allah SWT mengangkat Nabi Isa ke langit. Ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Isa daripada kekejaman kaum Bani Israil. Pada hari itu pula Allah SWT juga telah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Nun setelah berada selama 40 hari di dalamnya. Allah SWT telah memberikan hukuman secara tidak langsung kepada Nabi Yunus dengan cara ikan Nun menelannya. (sumber)
Dan masih banyak kisah dan kejadian lain yang terjadi pada hari Asyura atau tanggal 10 Muharram, yang pada intinya semua berisi tentang kisah atau peristiwa kebaikan dan keselamatan. Tak ada satu pun kisah yang menggambarkan kesialan, bencana dan malapetaka yang menimpa ummat manusia kala itu. Demikian halnya pada saat ini, tak ada alasan untuk melakukan serangkaian kegiatan, apakah itu membuat bangunan (rumah) baru, boyongan, pesta nikahan, hajatan sunatan dan yang lainnya. Di sejumlah daerah mitos yang berbau klenik itu berangsur-angsur mulai ditinggalkan, dan hajatan di bulan Muharam atau suro sudah bukan hal yang aneh lagi. Islam tidak mengenal bulan atau hari yang sial atau naas untuk melakukan atau memulai suatu pekerjaan/kegiatan.
Ormas keagamaan terbesar di Indonesia, jauh-jauh hari melalui Muktamar NU Ke-3 Di Surabaya Pada Tanggal 12 Rabiuts Tsani 1347 H atau 28 September 1928 M memutuskan sekaligus menegaskan bahwa tidak ada hari naas dalam Islam. Mempercayai hari naas hukumnya haram sebagaimana pertanyaan muktamirin : ”Bolehkah berkeyakinan terhadap hari naas, misalnya hari ketiga atau keempat pada tiap-tiap bulan, sebagaimana tercantum dalam kitab Lathaiful Akbar?”
Jawaban: Muktamar memilih pendapat yang tidak membolehkan berdasarkan keterangan dalam Kitab Al-Fatawa Al-Haditsiyah, hal. 28 sebagai berikut : “Barangsiapa yang bertanya tentang hari sial dan sesudahnya maka tidak perlu dijawab, melainkan dengan berpaling, menganggap bodoh tindakannya dan menjelaskan keburukannya, dan menjelaskan bahwa semua itu merupakan kebiasaan orang yahudi, bukan petunjuk bagi orang Islam yang bertawakal kepada penciptanya yang tidak pernah menggunakan hisab (perhitungan hari baik dan buruk). Sedangkan keterangan menegenai hari-hari apes dan semacamnya yang dinukil dari Ali karramallahu wajhah adalah batil dan merupakan suatu kebohongan yang tidak memiliki dasar, karena itu berhati-hatilah kalian dari hal-hal tersebut”. lihat di fikihkontemporer atau Buku Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, terbitan PBNU, cetakan pertama, April 2011 halaman 60. (Banyumas; 03 Nopember 2014)
Salam Kompasiana!
Sebelumnya :
1. Indahnya Berbagi Cinta Disini
2. Selamat Ulang Tahun Pak Ganjar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H