Pipi Nadia sudah basah dan matanya mulai bengkak akibat tangisannya yang tak kunjung berhenti dari sejak dia menerima kabar bahwa Papanya di bawa ke rumah sakit setelah pingsan, dan sewaktu tiba di rumah sakit, dokter mengatakan kalau Papa sudah koma.
Mesya berusaha untuk tersenyum dengan tegar, sebisa mungkin dia menahan agar air matanya tidak terjatuh. Cepat atau lambat, dia tahu kalau Papanya pasti akan seperti ini. Hatinya serasa di cabik-cabik. Namun, Mesya tetap berusaha tegar, dan menghampiri Nadia yang masih menangis sesenggukkan lalu memeluk kakaknya. "Aku anak jahat. Nggak pernah bareng-bareng sama Papa. Selalu main, keluar rumah, nggak pernah nurut. Sekarang? Papa udah sakit begini kenapa Papa nggak pernah cerita sama Nadia?"
Sementara Mama masih tidak bisa menerima kenyataan kalau Papa memang menderita penyakit mematikan itu. Kanker liver atau hati. Mesya sudah mengetahuinya sejak beberapa bulan lalu saat Papa mengajarkannya lagu Tears in Heaven--Eric Clapton.
"Mesya, Papa harap kamu bisa menjadi gadis yang mandiri, dan nggak nyusahin Mama ya," pinta Papa. "Papa nggak tahu apa Papa ada umur panjang atau nggak, tapi Papa mau kamu jangan nyusahin Mama, dan sayangi kakakmu, Nadia, walaupun dia sering membantah."
"Kenapa Papa ngomong begitu?" tanya Mesya.
Papa menyerahkan sebuah amplop coklat yang berisi hasil laporan kesehatannya. Dan dokter sudah memvonis kalau Papa menderita kanker hati stadium lanjut. Dalam vonisnya itu, di katakan kalau dokterpun angkat tangan, dan hanya memberikan Papa semacam obat penghilang rasa sakit sementara. Tapi, bukan untuk membunuh kankernya.
Saat itu Mesya menangis sejadi-jadinya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi bila Papa tidak ada. Apa yang akan dia lakukan tanpa Papa. Tapi sekarang, Mesya sudah bisa menerimanya, cukup banyak waktu yang dia berikan untuk Papa. Sampai akhirnya hari ini datang.
Setelah tim medis berusaha untuk menyelamatkan Papa di dalam ruang tindakan, akhirnya pada tanggal 12 November 2010, pukul 13.12, dokter menyatakan Papa sudah tiada.
---
Gitar tua yang sudah lama tersimpan di sudut ruang tamu rumah itu di buka lagi oleh Mesya. Dia ingin sekali memainkan lagu Tears in Heaven, lagu terakhir yang di ajari oleh Papa sebelum Papa pergi. Tapi, dia melihat selembar kertas yang tertinggal di dalam tas gitar itu, kemudian di ambil olehnya dan di bacanya.
Anakku Mesya, papa tahu kamu mungkin berpikir kenapa papa harus pergi secepat ini bukan?
Tentu saja saat kamu membaca surat ini, papa sudah tidak berada di sampingmu dan merangkulmu, mengusap kepalamu lagi. Tapi itu berarti papa bisa mengawasimu kemanapun kamu pergi dan melihat segala hal yang sedang kamu lakukan.
Kata orang, alasan seorang anak perempuan begitu menyayangi ayahnya adalah karena, setidaknya masih ada seorang laki-laki di dunia yang tidak akan menyakitinya, dan juga karena ayah adalah cinta pertamanya.
Papa minta maaf kalau papa pernah menyakitimu, dan melukai perasaanmu.
Papa sangat menyayangimu, segala hal yang papa lakukan selama papa masih berada bersama Mesya, adalah wujud nyata dari rasa sayang papa terhadap Mesya.
Mainkanlah gitar ini, dan jangan Mesya letakkan di gudang ya. Setidaknya, mainkanlah gitar ini saat kita ulang tahun.