"Ih... Papa! Mesya baru bisa kuncinya doang tahu! Tapi Mesya nggak bisa lagu sama sekali," jelasnya. "Mesya pengen main gitar bareng sama Papa, pas kita ulang tahun!"
Papa menutup layar laptopnya dan memandang anak gadisnya itu. "Kamu beneran mau main gitar bareng Papa?" Mesya mengangguk dengan cepat sambil mengembangkan senyum di wajahnya. "Baiklah, ayo kita belajar."
Setelah Mesya belajar bermain gitar itu, Papa jarang sekali berada di rumah. Bahkan, apapun yang di masak oleh Mamanya, tidak pernah di sentuh oleh Papa. Bahkan Nadia, kakak perempuan Mesya pun tidak tahun apa yang terjadi dengan Papa, dan kenapa Papa seperti itu.
Di suatu sore, Mesya keluar dari kamarnya dengan wajah murung, dia kesal dengan teman-teman di sekolahnya yang sedang menggosipkan dirinya dengan Leo. "Kamu kenapa, Mey? Kok cemberut gitu sih?" Mesya berjalan mendekat ke arah Papanya, dan menangis. Dia menceritakan segala kekesalannya pada teman sekelasnya yang sudah berhasil membuatnya kacau. "Jadi, Mesya suka sama Leo? Tapi Leonya sekarang nggak mau ngomong sama Mesya karena takut di kirain beneran pacaran sama Mesya?" Gadis itu mengangguk. "Ternyata anak Papa sudah besar ya sekarang, sudah suka sama cowok, sudah mulai genit!"
"Papa jahat ah! masa aku di bilang genit sih?"
"Lho, memang kamu sudah genit kok! Kenapa protes?" goda Papa lagi sambil tertawa dan tersenyum penuh arti.
"Ah, ya udahlah! Mesya bete nih kalo Papa masih godain Mesya kayak gitu!!"
Pada akhirnya, Papa berhenti menggoda Mesya dan berkata. "Mesya, kalau kamu suka sama seseorang itu, biarkan saja seperti itu. Kamu tidak perlu berusaha dengan susah payah untuk mendapaatkannya. Apa bila dia memang untukmu, tanpa usaha yang melelahkan, dia pasti akan datang sendiri padamu."
"Kaya Papa ya?" tanyanya. "Mesya nggak pernah tuh mengharapkan punya papa yang seperti Papa. Tapi Papa itu adalah Papa Mesya yang paling hebat, dan nggak boleh ada yang ganti Papa Mesya sama yang lainnya!"
Papa mengusap-usap rambut Mesya. Hati Papa sedikit teriris saat mendengar ucapan itu. "Mesya, kamu mau belajar main gitar lagi nggak? Papa mau ajarin kamu satu lagu yang pasti kamu bisa." Mesya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan semangat.
Beberapa bulan kemudian, Mesya mendapat telepon dari rumah saat dia sedang berada di sekolah. Mesya yang sedang merayakan kemenangan atas lomba gitar yang di ikutinya itupun segera di panggil guru, dan di suruh untuk pergi ke rumah sakit dekat rumahnya dengan cepat. Di sana, Mesya mempercepat langkah kakinya. Di lantai 9 rumah sakit itu, Mesya melihat Mama dan kakak perempuannya, Nadia sedang berdiri di luar ruangan.