"Jadi kalau aku kelaparan banget, terpaksa deh aku minta jajajan mereka termasuk kamu, Beng", tambahnya lagi.
Bunga yang dihadapannya malah tak berkutik setelah mendengar penjelasannya. Biasanya dia yang cepat merespon temannya jika berkelit atau berdalih argumen depan dia. Ini mah malah terdiam menyimak sepenuh hati.
Pikiran dan naluri perempuannya mulai bangkit, terpicu dan terpacu oleh cerita Bandi. Pikirnya, "Kasihan dia". Sebagai teman se-kelas, Bunga merasa tak tega hati mengatakan Bandi copet dihadapan temen perempuan yang dua orang. Rasa kepo pun berkeliaran mengajak pikiran dan otaknya untuk ngepoin lagi.
"Terus kamu ngapain aja sepulang sekolah, kerja bantuin ortu apa diam saja ?", tanya Bunga lagi.
"Kok kamu nanyain aku terus sih ?", jawab Bandi sambil nunduk karena malu sedari tadi dia memperhatikan wajah Bunga yang nampak memerah.
"Ya, lah. Aku kan nanya biar aku ga bilang lagi kalau kamu copet !", jawab Bunga ringan.
Bandi terkejut, terperangah bukan kepalang, bangkit dari duduknya dan langsung berdiri.
"Kamu tega banget deh Beng, masa aku dibilang copet", sanggahnya .
"Ya, kamu tuh, Copet. Cowok Kepepet, tapi ganteng", jawabnya sambil benerin rambutnya yang tersibak kena angin. "Ngerti, kan !", pinta Bunga sambil senyum simpul menatap cowok ganteng di depannya yang serba salah, kikuk sejadi-jadinya. Ditambah muka Bandi yang memerah karena malu disebut ganteng di depan teman cewek sekelasnya.
"Oh, itu toh. Memang, mama aku pun bilang begitu. Apalagi tetangga dengan sengaja panggil aku Bagan.
"Apaan tuh ?", kepo keluar lagi dari Bunga.