Mohon tunggu...
Andriyansyah Marjuki
Andriyansyah Marjuki Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah saya yang bukan kamu atau dia, apalagi kita.

Seorang BOCAH GEDE yang masih berusaha untuk memahami makna 'Urip Mung Mampir Ngombe'. http://basando.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Purnama di Balik Awan

13 April 2012   14:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghitungan ulang kami lakukan hingga 3 kali dan akhirnya kami menyerah karena memang selisihnya tetap sebesar itu. Kami berdua heran. Adakah yang mengambil uang cash di meja kasir? Ataukah ini hanya kesalahan penghitungan saja? Inov terlihat sangat terpukul karena baru kali ini selisihnya sebesar itu. Padahal selama bekerja ia tak pernah meninggalkan meja kasir. Kalaupun ada keperluan ke belakang, ia selalu menitipkannya kepada karyawan lain, termasuk aku. Malam itu kami bingung.

Sampai akhirnya karyawan lain memberi jalan keluar, yang bagiku sebenarnya bukanlah jalan keluar. Ia meminta kami untuk membuat laporan khusus bahwa malam ini terjadi selisih sebesar itu dengan alasan yang belum diketahui. Ia menyarankan bahwa besok barulah kami mengecek ulang laporan penjualan.

Membuat laporan khusus memang mudah, tapi itu artinya kami harus menyerahkan laporan kepada manajer dan arti lanjutannya adalah kami harus siap mendapatkan SP 1. Di tengah kebingungan yang semakin tak menentu, akupun meng-iya-kan saran teman kami itu. Inov pun akhirnya kuajak membuat laporan khusus itu. Setelah itu kami pulang dengan kekhawatiran mengenai nasib pekerjaan kami berdua.

***

Keesokan harinya, seperti yang telah kami duga, kami berdua dipanggil menghadap manajer. Tanpa banyak penjelasan lagi, kami akhirnya mendapat sanksi. Aku mendapat SP 1. Kupikir Inov pun akan mendapatkan hal yang sama. Tapi, ternyata sanksi untuk Inov lebih berat. Sang manajer beralasan bahwa karena selisih ini adalah tanggung jawab Inov sebagai kasir, maka tidak ada toleransi untuk Inov. Ia dipecat!

Aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Inov coba membela diri. Akupun berusaha membelanya. Tapi, manajer kami tetap bertahan dengan keputusannya. Kesalahan Inov tak dapat ditoleransi lagi. Inov harus meninggalkan pekerjaannya.

Di sudut matanya tak kulihat tetes bening yang mengintip dan siap meluncur. Aku heran, betapa tegarnya gadis ini. Beberapa saat kemudian baru kusadari, ternyata tetes-tetes bening itu sudah meluncur deras sejak tadi, membasahi pipinya yang lembut dan halus. Terisak ia meninggalkan ruangan. Bahkan tak ada kata pamit terucap dari bibirnya kepada sang manajer.

Inov dipecat tanpa pesangon. Ia hanya mendapatkan gajinya bulan ini. Aku terdiam. Aku beku melihat Inov pergi terisak meninggalkan waralaba ini. Kurasa Inov akan menyimpan benci yang teramat sangat kepada manajer kami karena ia tak diberi kesempatan untuk membela diri lebih jauh lagi. Aku merasakan kebencian itu.

Tak ada yang terlintas di otakku selain bayangan adiknya yang berseragam SMP, dengan wajah sendu. Aku beku.

***

Beberapa hari setelah pemecatan itu, aku coba menghubungi Inov. Aku menanyakan kabarnya dan mencari tahu apakah ia sudah bekerja kembali. Sambil terisak ia mengatakan bahwa ia sekarang hanya diam di rumah. Ia sudah melamar ke beberapa tempat tapi belum mendapatkan jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun