Mohon tunggu...
Abang Rahino S.
Abang Rahino S. Mohon Tunggu... Freelancer - Pembuat film dokumenter dan penulis artikel features

A documentary film maker & feature writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

IPT1965: Penjarahan SDA dan Budaya SDM Indonesia Adalah Akar Berbagai Kekejian dan Pelanggaran HAM di Indonesia

18 November 2015   11:36 Diperbarui: 18 November 2015   14:29 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat memberikan tanggapan pada diskusi tersebut, Penulis sangat mendukung wacana yang ditawarkan Rama Baskara. Bersamaan dengan itu Penulis mengingatkan bahwa penjarahan yang dilakukan adalah termasuk penjarahan SDM. Yang dimaksudkannya adalah penjarahan manusia Indonesia dan budayanya.

Penulis mencontohkan betapa masyarakat Indonesia saat ini merasa lebih afdol duduk dan menikmati ayam goreng yang kelezatannya sebatas tepung di lapis luarnya yang dijajakan gerai boga dari luar negeri, daripada membeli ayam goreng lokal dengan tingkat kelezatan yang merasuk sampai lapisan daging terdalamnya. Penjarahan budaya manusia Indonesia dari akarnya tersebut demikian masif dan parahnya sehingga kini taken for granted bangsa ini menerima begitu saja berbagai hal yang dijual oleh penjaja dari luar tanpa berpikir panjang manfaat dan mudharatnya. Bukankah kini semakin banyak misalnya, yang merasa lebih maju dan lebih modern jika kepada anak balita dikenakan pospak atau popok sekali pakai impor, dibanding clodi (cloth diapers) tradisional terbuat dari selembar kain katun yang jauh lebih sesuai dengan iklim tropis dan jauh lebih ekonomis pula? Padahal berdasarkan penelitian, pospak dijejali berbagai racun yang membahayakan kesehatan si pemakai (baca: http://tinyurl.com/popokgudangracun). 

Sudut Pandang Lain

Dengan memahami konstatasi Rama Baskara ditambah dengan isu penjarahan/pencabutan manusia Indonesia dari akar budayanya, kini menjadi jauh lebih penting menelisik, menggali, dan mengeksplorasi wacana tersebut sebagai upaya untuk memahami terjadinya berbagai peristiwa kekejian dan pelanggaran HAM di Indonesia. Hal ini diperkuat pula dengan pendapat dari Edo, seorang putra daerah Papua dan aktivis di LBH Yogyakarta, yang mengingatkan terjadinya kekejian pelanggaran HAM di Papua terutama terkait dengan penambangan SDA di sana.

Sudut pandang kita seharusnya diarahkan ke akar penyebab, dan bukan hanya mengikuti kehendak penguasa dzolim yang bermaksud mendistorsi isu dalam rangka menutupi maksud jahat penjarahan SDA dan SDM beserta budayanya, yang pada hakikatnya adalah sebentuk penjajahan gaya baru atau neo-kolonialisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun