Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Akulah Hakim "Robin Hood" Itu

17 Januari 2025   19:04 Diperbarui: 17 Januari 2025   19:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : An overworked Supreme Court reviewed 1,816 cases in 1890. Sumber : Supremecourthistory.org

Terlahir dari keluarga sederhana dan taat beragama aku terbiasa dengan disiplin dan berusaha menjalankan norma-norma standard dalam bidang agama, sosial, budaya dan sedikit lainnya.

Sejak menempuh sekolah dasar hingga tamat sekolah menengah atas terasa siap mentalku menahan gempuran dan tantangan hidup di kota besar.

Benar sekali, ketika aku diterima di sebuah fakultas hukum ternama di sebuah kota besar aku tetaplah aku yang dahulu. Sosok pria kurus nyaris kerempeng berambut ikal bertubuh tinggi.

Gaya khas dialek dan keramahan masa kecil tak lekang oleh perjalanan waktu hingga aku tamat dari sebuah perguruan tinggi hebat di belantara universitas negeri ini.

Tidak lama setelah lulus aku mendaftar calon ASN, dahulu disebut calon Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bak gayung bersambut nasibku mujur, aku langsung diterima sebagai PNS di kementerian kehakiman pada 1985.

Pertama sekali aku menjabat sebagai calon hakim di sebuah Pengadilan Negeri sebuah kota lumayan besar. Setelah itu lambat tapi pasti aku mengalami perubahan karir dan kepercayaan diri yang semakin membara.

Setelah menjadi hakim di sebuah pengadilan negeri aku mengambil S2.

Kemudian aku dipindahkan promosi menjadi kepala pengadilan negeri di sebuah kota besar. 

Mulai di sini idealismeku tak mampu menahan gempuran tradisi yang telah turun temurun di tempatku bekerja sehingga sedikit demi sedikit aku mulai bergelimang dalam pusaran pro dan kontra melawan hati nurani atau melawan tradisi budaya kerja yang telah turun temurun di sana.

Akhirnya aku mutasi promosi, aku dipindahkan ke  kota yang lebih besar, aku dipercayakan sebagai hakim tinggi di sana. Di kota ini aku benar-benar menemukan jatidiriku sebagaimana impianku sewaktu kecil menjadi pejabat tinggi negara melayani hukum. 

Di sini juga aku memperoleh sgelar Doktor sebagai pemegang gelar lulusan S3 dari disiplin ilmu Kehakiman yang aku geluti.

Aku sudah merasakan aura dari sebuah rangkaian sistem yang sangat menentukan arah keputusan yang terintegrasi dengan berbagai kepentingan.

Naluriku sebagai anak desa yang konsisten dan komitmen dengan idealisme masa remajaku telah sirna menjadi sebuah deburan ombak yang siap mengikuti pasang surut arus sesuai dengan dengan kekuatan apapun yang dapat menggerakkan arah lebih dahsyat.

Benar sekali, karirku moncer melejit mentereng bagaikan rangkaian berlian Kooh-i-Noor menghiasi mahkota Ratu Elizabeth, ratu Inggris.

Aku dinobatkan menjadi Panitera di sebuah lembaga yang lebih menggetarkan. Di sanalah aku mulai mengalahkan secara total nuraniku sendiri. Aku berkenalan dengan rangkaian Kooh-i-Noor lainnya yang ternyata lebih kuat pengaruhnya dalam percaturan pengadilan di negeri ini.

Aku terpasung dalam pusaran pengaturan aneka pengaturan keputusan pengadilan di negeri ini. Aku terintegrasi ke salam sistem yang menurut orang awam menyebutnya "mafia peradilan."

Persetan dengan sebutan apapun yang disebutkan orang. Meskipun aku terpasung ke dalam pusaran sistem mafia peradilan namun itu adalah segelintir masalah saja. 

Faktanya sangat banyak putusan pengadilan yang telah aku putuskan seadil-adilnya sebelumnya terutama ketika aku belum berkenalan dengan sistem rangkaian mahkota Kooh-I-Noor.

Dari sinilah aku hampir merasa mempunyai segala yang aku inginkan. Dari sini aku memiliki uang dan harta berlimpah. 

Uang mencariku siang dan malam. Pundi-pundiku dalam pecahan Rupiah dan sejumlah mata uang asing tidak terasa asing lagi bagiku. 

Bekerja atau tidak secara langsung dalam sebuah sidang aku kecipratan dari sistem yang telah menarikku ke dalamnya. Entah darimana ada yang mengatakan aku tidak terlibat kolusi, aku tidak korupsi, aku tidak terima suap karena sumbernya dari sana

Namun aku lengah, meskipun di lembagaku terdapat jaringan yang telah menyerapku ada di dalamnya namun di sisi lain aku melihat masih ada teman pejabat lainnya tidak terserap ke dalam sistem tersebut. 

Merekalah yang ditugaskan oleh negara memeriksa dan menyidik teman-teman atau lebih tepat disebut "gerombolanku."

Penyidik dan intelijen dari Kejaksaan, KPK dan Polisi menangkap satu per satu teman-teman jaringanku. Masyarakat dibuat terkesima oleh fakta dan angka-angka mencengangkan. Aku dan jaringanku telah membuat warga masyarakat hampir hilang kepercayaan pada kredibilitas profesi dan lembagaku.

Ibarat kata pepatah, gegara nila setitik rusaklah susu sebelanga. Apalagi semakin ke sini semakin banyak fakta terkuak betapa oknum yang sefrekwensi denganku telah membuat warga terperangah.

Penyesalan sedikit datang terlambat namun secara pribadi aku telah "berbagi" kekayaan yang aku peroleh dengan keluarga, rekan sejawat, handai tolan dan warga di manapun berada yang mendapat kesusahan hidup mendalam.

Sekadar informasi melengkapi cerita ini, beberapa bentuk bantuanku adalah :

  • Berkeliling ke rumah-rumah sakit memberi bantuan biaya pengobatan pada sejumlah orang yang terlihat putus asa menebus biaya berobat dan rumah sakit
  • Merehabilitasi rumah warga yang hampir ambruk
  • Melunasi utang warga terlilit hutang Pinjol dan Judol agar tidak jadi bunuh diri sekeluarga seperti terjadi di Apartemen Teluk Intan tahun 2023 lalu.
  • Membantu modal usaha beberapa pengusaha UMKM tanpa menuntut pengembalian
  • Memberi kebutuhan pokok dan biaya sekolah warga miskin dan mengatasi bebeberapa mahasiswa yang hampir putus kuliah.
  • Membantu pengerasan jalan di dekat desaku di kampung halaman
  • Bantuan pembangunan beberapa mushola dan masjid dan rumah tahfiz serta panti asuhan serta panti jompo
  • Memberi biaya umrah setiap tahun masing-masing 2 orang serta memasang AC di beberapa kelas di ponpes tersebut
  • Membantu qurban setiap tahun 2 ekor di kampung halamanku dan 1 ekor lingkungan ku sekarang 
  • Fakir miskin dan orang terlantar setiap lebaran menerima amplop dan bingkisan
  • Membantu kegiatan di kantorku serta "berbagi rejeki" dengan kolega dan pejabat setempat
  • Dan lain-lain yang tidak dapat sebutkan satu persatu

Pendek kata dari puluhan miliar yang aku peroleh dari jaringanku telah aku bagikan dengan sejumah kejadian seperti tersebut diatas. 

Jika dipakai rumus pemasukan dikurangi pengeluaran, masih bersaldo 5 miliar rupiah. Cukuplah buat hadapi kemungkinan terburuk jika pada akhirnya aku harus terhenti diakhir karirku dengan cara tidak terhormat.

Tidak terhormat karena aku memperolehnya dengan cara yang licik meskipun sebagian besar telah aku berikan bantuan kepada sejumlah orang kesusahan sebagaimana disebtukan di atas.

Apa yang aku khawatirkan sepertinya bakal terjadi. Menurut informasi A1 operasi OTT tingal menghampiriku, tak sempat merekayasi barang bukti atau menyembunyikan data dan fakta, karena di sinilah aku dan kisahku akan terhenti dengan cara tidak terhormat.

Mataku menatap kosong mengenang indahnya masa kecilku..

Namun kini faktanya aku ada di sini. Secangkir kopi yang  sudah dingin tumpah ke pahaku membuyarkan seluruh lamunanku seperti di atas... hehehehehee

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun