Banyak pihak berharap barakhirnya Republik Arab Suriah ini dapat menjadi tonggak lahirnya Suriah baru yang lebih manusiawi, modern, moderat dan sejumlah harapan positif lainnya.
Negara baru Suriah baru nanti berlandaskan semboyan "Persatuan, Kebebasan dan Sosialisme" seperti tertera dalam 3 bintang pada bendera Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) selama ini.
Di sisi lain, pemerintahan dan militer dan proksi yang kalah mengerti betul bahwa Suriah tidak akan pernah tenang karena selain faktor sejarah kelamnya juga karena karakter konflik dan tingkat indek pembangunan manusianya yang relatif rendah dan faktor lainnya mudah menjadi obyek peperangan.
Dugaan tersebut sangat beralasan karena berbagai potensi kekacauan yang bakal timbul ke depan adalah :
- Persaingan sejati antara sekte Alawit, Druze, Arab, Syiah dan etnis Kurdi bahkan dengan negara Turki akan berlanjut di bumi Syam.
- Ketenangan Israel akan semakin nyata terusik. Kini jarak antara Israel dan Suriah baru yang didukung oleh Turki dan aliansinya langsung bersebelahan. Syrian National Army, Free Syrian Army, Hayat Tahrir al-Syam (dahulu Al-Nusra jaringan Alqaeda), ISIS dan relawan "mujahidin" dari berbagai negara akan semakin dekat ke dinding atau halaman Israel melalui Dataran Tinggi Golan.
- Masyarakat muslim dunia dan anti Israel akan melihat apakah mereka nanti benar-benar ingin berperang dengan Israel atau justru menjadi sekutu Israel. Jika terjadi yang terakhir maka akan tercipta kembali perlawanan baru anti FSA dan aliansinya.
- Pada saat artikel ini dibuat baru saja terlihat aksi sejumlah pesawat tempur Israel menyerang sejumlah posisi milisi dan tentara pemberontak Suriah di berbagai tempat.
- Persaingan pengaruh antara Arab dan Turki akan menimbulkan pergesekan yang lebih dahsyat dari sebelumnya
- Perang sengit antara Rojava (Pemerintah Kurdi di Suriah Utara dan Timur) dengan Free Syrian Army (FSA) dan seluruh afiliasinya termasuk SNA dan Alqaeda akan semakin terbuka karena Kurdi Suriah dukungan AS telah becita-cita membentuk Rojava raya diantara Manbij, Deir Ezzour, Aleppo hingga ke Albukamal.
- Bangkitnya perlawanan minoritas baru dibawah bentukan proksi baru, bisa Israel, AS atau Rusia.
- Kerjasama AS dan Turki dalam mengelola ladang minyak Suriah di kawasan yang dikuasai Rojava, Kurdi Suriah akan menimbulkan kecemburuan faksi lain terutama faksi Al-Nusra dengan faksi Sunni.
- Kembalinya jutaan imigran Suriah yang melarikan diri ke luar negeri selama ini akan menimbulkan konflik baru terutama bidang kemanan dan persoalan sosial lain misalnya lapangan kerja dan layanan kesehatan.
Kini Republik Arab Suriah sudah tamat riwayatnya. Penderitaannya selama 13 tahun berakhir secara dramatis. Kepergiannya meninggalkan duka bagi proksi pro Suriah dimanapun di atas muka bumi ini.
Untuk pemerintahan sementara Suriah dikomandoi oleh mantan PM, Mohammed Al-Jalali.
Kemungkinan nanti Abu Mohammad al-Julani akan mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan Suriah baru. Dia adalah kepala panglima kelompok militan Suriah Tahrir al-Sham (HTS). Ia juga merupakan amir dari organisasi sebelumnya Front al-Nusra, cabang Suriah dari al-Qaeda. HTS adalah milisi terkuat dukungan Turki.
Jauh dari lokasi yang membara tersebut, dari tempat pelariannya kemungkinan di Rusia, Bashar terpukau melihat istana presiden di Damaskus simbol kekuasaannya tercabik-cabik dalam aneka penghinaan tiada tara. Ratapan hatinya tidak mempengaruhi apapun lagi kondisi di sana.
Untuk menghindari penghukuman seperti dialami Khadafi di Libia, Bashar Al-Assad dan keluarga besarnya kemungkinan besar telah berangkat duluan beberapa hari sebelumnya ke luar Suriah melalui China sebelum pindah ke Rusia.
Kesedihan Iran dan Rusia akibat kerugian moral, material, finansial dan jiwa raga tidak akan terbayarkan dengan alasan apapun dibalik runtuhnya Assad dan Republik Arab Suriah.