Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Penderitaan Republik Arab Suriah Berakhir Sudah

9 Desember 2024   01:10 Diperbarui: 10 Desember 2024   11:11 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Suriah merayakan jatuhnya rezim pemerintahan Presiden Bashar Al Assad di Umayyad Square, Damaskus, Minggu (8/12/2024). (AFP/BAKR AL KASSEM via KOMPAS.com)

Dari dalam Suriah terdapat kisah peperangan dan pembunuhan yang masif, penyiksaan dan penghancuran kekuatan masing-masing bahkan terhadap warga yang tidak bersalah.

Penghancuran dari luar Suriah adalah bentuk-bentuk dukungan militer, finansial peperangan hingga sanksi ekonomi, boikot, pengucilan, intervensi, insurgensi dan serangan-serangan sporadis oleh AS, Iyang Israel dan Turki di utara negeri yang pernah berjuluk "Craddle of Civilization" (Pintu Gerbang Sejarah) tersebut.

Syrian President Bashar al-Assad and his wife along with Turkish President Recep Tayyip Erdogan and his wife, 2009 (Anadolu Agency) 
Syrian President Bashar al-Assad and his wife along with Turkish President Recep Tayyip Erdogan and his wife, 2009 (Anadolu Agency) 

Begitu ambisiusnya proksi pro pemberontakan termasuk AS sehingga awalnya mengeluarkan kebijakan "kelompok Teroris" kepada Al-Nusra/ HTS kini menyebutnya kelompok militan Mujahidin.

Masih di pihak luar, Turki yang telah sepakat dalam perjanjian marathon dengan Iran dan Rusia dalam sejumlah pertemuan Astana, Sochi pun harus melanggar perjanjian yang telah disepakati, antara lain, menciptakan zona demiliterisasi di sepanjang Jalur M4 antara Jisr As-Shugur- Idlib - Albab sedalam 15 km dan joint Patrol di sejumlah ruas tertentu jalan M-4 tersebut.

Pos-pos pemantau Turki yang memang diakui Rusia berada di sejumlah titik di perbatasan M-4 dan dalam koridor sedalam 15 km tersebut aktif memantau situasi dan perkembangan posisi Suriah setiap saat.

Sementara itu dron pemantau AS bekerja siang malam melihat posisi tentara Suriah dengan alasan memantau pergerakan Hizbullah atau milisi Iran diantara Aleppo hingga Albukamal di perbatasan Irak.

Dalam posisi Turki dan AS juga Israel memainkan peranannya, pemerintahan Bashar al-Assad yang mengandalkan Rusia dan Iran dalam 13 tahun tekanan akhir-akhir ini seperti tenang dalam zona nyamannya. Sepertinya sudah cukup bagi Bashar Al-Assad mendapatkan status quo kekuasaan seperti itu. 

Pasukan Suriah sibuk dengan kegiatan kurang produktif. Latihan militer terjun payung, terlibat proyek pemulihan infrastruktur dan rekrutmen seadanya. Merasa mampu mengendalikan Suriah dalam tingkat darurat seperti dia pikirkan.

Pemerintah dan intelijen militer Suriah mungkin lengah memantau perbatasan, pergerakan dan kekuatan lawan terutama di kota Al-Bab, Idlib dan kota satelitnya Al-Atarib dan Jisr As-Shugur kantong-kantong mobilisasi dan titik kumpul utama perlawanan terakhir tersebut.

Kini "Craddle of Civilization"itu terkulai, akibat terbukanya pintu gerbang sejarah pertikaian baru bagi Suriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun