Tren bunga tabungan di bawah 1% sudah terjadi sejak awal 2020. Ketika itu kelompok bank presero (BUMN), Bank Umum dan Bank Swasta Nasional menerapkan bunga tabungan antara 0,72% hingga 0,82% alias tidak sampai 1% untuk tabungan reguler.
Sesungguhnya sejak saat itu jutaan orang yang menyimpan uang di Bank sudah menyadari bahwa menabung uang di Bank (tabungan, rekening giro, deposito dan lain-lain) sudah tidak menarik lagi JIKA tujuannya untuk mendapatkan tambahan nilai berupa keuntungan bunga atau bagi hasil.
Penurunan suku bunga tabungan bahkan terus terjun bebas ke dasar jurang 0%. Kini, beberapa Bank BUMN menerapkan bunga 0% untuk saldo tabungan di bawah 50 juta.
Apapun teori ekonomi dan tujuan positif di balik penurunan suku bunga tabungan faktanya masyarakat tetap menabung dan terus menabung atau mempercayakan simpanannya pada Bank.
Masyarakat tampaknya tidak perduli lagi berapapun tingkat suku mereka dapatkan atas simpanan mereka titip di Bank. Bagi masyarakat yang terpenting saat ini bukan soal suku bunga tapi Rasa Aman!!.
Rasa aman menyimpan di Bank masih lebih kuat ketimbang apapun jargon, termasuk iming-iming dapat hadiah dari mobil sampai motor atau apapun.
Rasa aman sangat luas wujudnya, beberapa diantaranya adalah :
- Merasa aman dari incaran maling atau rampok atau siapapun
- Aman dari hilang atau tercecer
- Aman dari rasa was-was apapun termasuk hewan pengerat misalnya tikus dan rayap dan lainnya.
Meskipun kini tingkat suku bunga simpanan Bank telah jatuh ke jurang paling dasar (0%) namun masih ada yang harapan yang tersisa yang dapat diharapkan masyarakat yaitu RASA AMAN.
Mau dapat hadiah atau tidak bukan hal penting.
Mau antrian atau tidak itu soal perjuangan
Mau uang baru atau lama itu soal lain
Aneka jargon menyimpan uang di Bank lainnya kini terasa hanya peghias atau bumbu-bumbu penyedap belaka.
Intinya hanya rasa aman yang membuat warga masih tertarik menyimpan uang di Bank.
Menuimpan uang di tempat lainnya berisiko hilang, raib, rusak, terbakar dan sebagainya.
Beberapa contoh berikut adalah kejadian nyata :
Pada 2013, seorang wanita pensiunan di Cina Selatan mengalami kerugian sangat banyak (setara 37.000 poundsterling) akibat uang kiriman anaknya disimpan dalam laci bertahun-tahun dimakan rayap.
Pada 2018 di kawasan negara bagian Assam India, gerombolan tikus melahap uang di ATM senilai 1,2 juta Rupee (ketika itu setara dengan 250 juta rupiah). Bank India mengalamai kerugian.
Pada 2020, seorang pemilik kebun pisang di Tamil Nadu, India mengalami kerugian 50 ribu rupee, uangnya di dalam kasur digigit gerombolan "mpok siti" tikus-tikus yang nakal.
Pada 2021, lagi-lagi di India, seorang petani sayur merasa geram akibat uang tabungannya di dalam lemari senilai 2 lakh (200.000 rupee) dimangsa oleh hewan pengerat tersebut.
Pada 2022, di Indonesia juga terjadi kasus hampir sama. Uang tabungan bapak Samin penjaga Sekolah Dasar di Pasarkliwon, Solo senilai 50 juta rupiah porak-poranda dikunyah makhluk pengerat lainnya yaitu Rayap.
Komplotan "semut putih" itu beraksi di dalam celengan plastik (omplong) pak Samin. Meski rugi besar nasib pak Samin masih tertolong. Sekitar 20,22 juta dapat diganti oleh Bank Indonesia Solo yang melakukan investigasi 2 hari ke diamannya.
Tentu saja kita TIDAK ingin merasa dongkol akibat uang raib seperti dirasakan pak Samin dan sedikit contoh peristiwa dari sekian banyak kasus disebutkan di atas.
Oleh karenanya menyimpan uang itu musti di Bank atau lembaga penyimpan uang atau investasi yang terpercaya dan dijamin oleh Undang-undang atau berlisensi resmi.
Jika suatu saat rasa aman itu sudah hilang karena perang berarti itu soal nasib nasional. Tapi itu sangat mustahil terjadi kecuali berkurang nilai belinya.
Beberapa kasus di atas hendaknya membuat masyarakat semakin cerdas dan mempercayakan menyimpan uangnya di Bank.
Menyimpan uang di dalam lemari, dalam celengan, di balik kasur, di dalam bantal atau celah-celah atap atau bambu bukan jamannya lagi. Jadi musti di Bank terpercaya dan terdaaftar.
Kalau tidak, bisa jadi gerombolan semut putih atau mpok siti bakal mengunyah-ngunyah seberapapun jumlahnya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H