Selain itu, jumlah korban jiwa dalam perang Vietnam lebih banyak dibanding perang Afganistan dan masih banyak perbedaan lainnya.
Pasukan NATO beranggotakan 15 negara pimpinan AS telah memperlihatkan hasil akhir perang Afganistan yang sangat memalukan dan tidak bertanggung jawab.
Memalukan karena selama dua dekade "bereksperimen" mengerahkan kekuatan finansial dan militer yang dahsyat ternyata tidak mampu mengalahkan Taliban alias gagal total.
AS bahkan keliru memprediksi Taliban masuk ke Kabul dalam waktu 90 hari ternyata tembus dalam waktu 2 minggu saja sehingga menimbulkan kekacauan di mana-mana.
Tidak bertanggung jawab karena seperti tidak perduli lemahnya pasukan pemerintah Afganistan serta warga Afganistan pro barat yang selama ini telah bekerja untuk kepentingan barat menghadapi Taliban dan kini juga telah menimbulkan chaos yang sangat luar biasa.
Sejumlah besar warga, tentara dan polisi pemerintah pernah ditraining AS sebagai pasukan komando atau polisi khusus juga menjadi target balas dendam Taliban.
Sejumlah milisi aliansi utara juga pernah dilatih secara khusus bagaimana menghancurkan Taliban walaupun sampai ke "lubang" Tora Bora, salah satu benteng pertahanan Taliban/ Mujahidin juga tidak bisa tenang.
Tidak perlu analisa tinggi-tinggi membayangkan nasib mereka. Jika tidak ingin jadi korban mereka pasti memilih melarikan diri seperti yang dilakukan tokoh utama mereka Presiden Ashraf Ghani dan panglima militer Abdul Rashid Dostam dan lainnya.
Kini hidup seperti kembali berputar ke titik awal. Perjalanan waktu 2 dekade bagaikan sia-sia karena Afganistan kembali ke titik awal.
Terlepas apakah sistem demokrasi Taliban nanti akan lebih buruk atau tidak, faktanya adalah AS telah meninggalkan Afganistan dengan cara tidak bertanggung jawab.
AS pasti tidak ingin terperangkap pada lubang yang sama guna memperlihatkan bentuk tanggung jawabnya. Oleh karenanya AS tidak akan masuk kembali ke Afganistan untuk berkorban sia-sia.