Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Level Pedas, Level "Acak Adul"

25 Juli 2021   16:45 Diperbarui: 6 September 2021   10:50 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Level.Dokumen Pribadi Penulis

"Level" berasal dari bahasa Inggris yang memiliki pengertian dalam kata sifat, kata benda dan kata kerja, Tak kurang ada 32 pengertian level dalam bahasa Inggris, diantaranya : derajat, mutu, harkah, tataran, tingkatan, strata, kadar dan lain-lain.

Dalam kamus bahasa Indonesia, Level berarti tingkatan, tataran dan tingkatan dan lain-lain. Jadi hampir mirip dengan pengertian dalam bahasa Inggris.

Terkait dengan level sangat banyak penggunaannya. Bisa terkait harga (dalam fluktuasi), terkait dengan mutu (kepuasan), terkait ketinggian atau kerendahan dan sebagainya termasuk soal rasa asam, manis, asin pedas dan lain-lain.

Jadi urusan level bukan cuma urusan Cabai (cabe) yang memiliki banyak jenis cabai dan tingkatan pedasnya sesuai satuan pedas Schoville (SHU).

Artikel menyoroti tentang level pedas.

Terkait dengan pedas, dalam SHU cabe ada 11 level tingkat pedas berdasarkan zat atau senyawa alami yang dikandung dalam sebuah tumbuhan dari kadar yang terendah disebut Kapsiat hingga kadar tertinggi Reinferatoksin.

Tetapi Reinferatoksin tapi zat ini BUKAN tergolong jenis cabe. Zat ini terdapat dalam sejenis kaktus di Negeria yang mempunyai rasa pedas berskala 16 miliar SHU, sedangkan jenis zat capsaicin hanya bersakala 16 juta SHU.

Cabai adalah salah satu tumbuhan jenis sayuran yang mengandung rasa pedas. Dalam daftar SHU senyawa alami Capsaicin zat ini menempati urutan ke 9 dari 11 senyawa alami pedas di seluruh dunia pada saat ini.

Capsaicin merupakan zat berkhasiat utama dalam buah cabe (Capsicum sp). Zat ini yang memberikan rasa dan aroma pedas pada cabe.

Berdasarkan senyawa pedas alami yang terkandung di dalamnya (Capsaicin) maka cabai juga ada levelnya pedasnya dari paling rendah jenis Paprika yang tergolong tidak pedas (level 1) hingga yang paling pedas adalah jenis Trinidad Moruga Scorpion, level 11.

Senyawa alami itu merangsang timbulnya rasa pedas di lidah kita saat atau setelah mengkonsumsi makanan.

Masih menurut standard SHU, cabe rawit masuk level 7 sedangkan cabe merah besar masuk level 6.

Sebuah penilitian yang dilakukan oleh U. Sumpena (di sini) dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran terhadap 16 jenis cabe dari seluruh tanah air memberi kesimpulan bahwa :

Cabe Rawit Kalimantan mempunyai kadar capsaicin (dihitung sebagai kadar total) yang tertinggi yaitu 1,60 % dari berat keringnnya, dan merupakan cabe yang terpedas menurut uji organoleptis

Ada hubungan korelasi positif antara derajat kepedasan cabe berdasarkan uji organoleptis dengan kadar capsaicin yang dikandungnya. Terbukti pada cabe Rawit Kalimantan yang menurut uji Organoleptic adalah yang terpedas ternyata mempunyai kadar capsaicin tertinggi.

Gambaran di atas memperlihatkan ada standard dan kajian ilmiah dalam menempatkan level, jadi bukan asal sebut level.

Kini telah muncul banyak aneka versi kepedasan. Ada yang menyebut-nyebut pedas level 1-5 dan ada yang menyebutkan level 1 sampai level 50 Max End seperti disebutkan pada sebuah usaha produk makanan.

Sebuah tempat jajanan makanan di kota Bandung menggunakan ukuran senduk centung sambal untuk menyatakan ukuran level.

Tempat jajanan ini menerapkan 1 senduk centung sambal dan seterusnya hingga 5 senduk centung sambal untuk level 5. 

Menurut informasi level 5 rasanya "mematikan" sebab ada yang sampai pingsan tak tahan dengan pedasnya. Tapi jajanan itu tetap ramai pengunjung.

Produk lainnya Mie lidi pedas level 25 (pedas gila) dan sambal terasi pedas gila (level 3) juga dijual secara online menawarkan pedas dengan level tidak berlaku umum.

Sebuah rumah makan menuliskan moto tak kalah bergidik rasanya, " Anda pedas kami puas," atau penjual mie Pangsit Meler.. 

Ilustrasi Level.Dokumen Pribadi Penulis
Ilustrasi Level.Dokumen Pribadi Penulis

Entah seperti apa standard yang digunakan faktanya memang kini sangat banyak produk makanan menawarkan aneka level pedas menggila dengan kesan menyeramkan.

Menyeramkan karena sesungguhnya secara ilmu kesehatan makanan sangat pedas berbahaya untuk tubuh kita.

Sebuah informasi kesehatan yang diterbitkan Fakultas Keperawatan dari Universitas Airlangga edisi 31 Maret 2021 menulis, "Mengonsumsi makanan yang sangat pedas dapat menyebabkan dampak buruk pada lambung. Pasalnya, makanan pedas memicu naiknya asam lambung yang menyebabkan tenggorokan menjadi panas. Selain itu, dinding lambung pun dapat mengalami iritasi dan kerusakan." Sumber : ini.

Mungkin itu sebabnya beberapa orang tidak suka pedas-pedas. Kabarnya orang barat juga tidak suka dengan makanan pedas. Urusannya ribet, musti bolak-balik "melapor" ke bilik belakang akibat pengaruh dahsyat di dalam perut seperti disebutkan di atas.

Seperti disebutkan di atas bagaimana cara mengukur standard level pedas di tanah air hampir tidak ada acauannya meskipun skala SHU telah memberi batasan sebagaimana seharusnya.

Terkait pandemi Covid-19 kini ikut menambah perbendaharaan istilah baru meskipun tidak asing, yakni PPKM level 3-4 mengacu kepada penerapan 3T pada 131 kabupaten kota se Indonesia. Padahal tidak ada level 3-4 pun idealnya seluruh wilayah musti jalankan 3T dengan maksimal.

Jika penerapan level itu tidak sesuai standard akan menimbulkan pertanyaan normatif, tidak unik tapi sangat wajar :

  • Apa standardnya
  • Level sebelumnya apa? (Kenapa dahulu di pelaksanaan PSBB, PPKM jildi 1, PPKM jilid 2, PPKM Mikro dan PPKM darurat tidak levelnya). Baru ingat sekarang?
  • Setelah itu ganti istilah baru lagi?
  • Terus mau sampai level berapa? 

Kembali ke soal level pedas. 

Seharusnya memang ada standard baku soal tingkat kepedasan sehingga tidak suka-suka memberi istilah level.

Mungkin suatu saat istilah level itu akan diubah lagi menjadi "Tahap" atau "Tingkatan"  atau lainnya. Tapi itu urusan nanti. Faktanya sekarang adalah ada istilah level pedas atau level lainnya tapi tidak berdasarkan standard.

Sekali lagi, gunakan istilah yang baku, ilmiah dan standard untuk hal-hal terkait informasi umum. Jangan berdasarkan apa kata hati.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun