Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabur Secara Dramatis dari Afganistan, AS Musti Bertanggung Jawab

15 Juli 2021   23:00 Diperbarui: 9 Agustus 2021   20:40 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afghan President Hamid Karzai (L) shakes hands with a Turkish soldier of the NATO-led International Security Assistance Force (ISAF) during a transfer of command ceremony at the ISAF headquarters in Kabul, Oct. 5, 2006. - SHAH MARAI/AFP via Getty Images

Berawal dari serangan teroris pada menara kembar (WTC) di Manhanttan New York pada 11 September 2001, AS melaksanakan invasi ke Afganistan untuk menangkap dan menghancurkan Al-Qaeeda yang bersembunyi di dalam pemerintahan yang dikuasai kelompok milisi Taliban.

Setelah beberapa kali negosiasi dan diplomasi dengan pemerintahan Taliban dan tidak membuahkan hasil, akhirnya AS melakukan invasi dan perang  melawan Taliban.

Pada 20 September 2001, Presiden AS George W. Bush mengumumkan "War on Terror" perang (invasi) terhadap terorisme pemerintahan Taliban yang didukung juga pejuang pada masa pemerintahan mujahidin.

Pada 7 Oktober 2001, AS membuka serangan. Dibantu sejumlah negara NATO dan aliansi utara (anti Taliban) AS hanya butuh waktu seminggu saja menjatuhkan pemerintahan Taliban.

Pada 17 Desember 2001 Invasi dinyatakan selesai. Hasilnya, pemerintahan Taliban dapat ditaklukkan meskipun dedengkot al-Qaeda seperti mullah Mohammed Omar, Abdul Ghani Baradar dan pejabat tinggi Al-Qaeda lainnya berhasil "melarikan diri."

Setelah invasi itu AS mengubah operasinya menjadi perang di Afganistan dengan alasan perang melawan terorisme internasional.

Sebagaimana diketahui bersama perang itu akhirnya juga berhenti ketika pemerintah AS mengumumkan menarik diri dari Afganistan pada 11 September 2021 .

Namun tiba-tiba rencana berubah lebih cepat dan sangat dramatis, dipercepat dari seharusnya. Pada 2 Juli 2021 seluruh personil AS telah meninggalkan Afghanistan.

Banyak pertanyaan muncul, apa yang dicapai AS di Afganistan, apakah AS mencapai sukses selama 20 tahun di sana?

Berdasarkan mapping wilayah terakhir yang dikeluarkan oleh APNews pada 30 April 2020 jauh sebelum penarikan pasukan AS, hanya sebagian wilayah Afganistan dukungan AS dan NATO yang dikuasi pasukan pemerintah Afganistan, sebagian lagi dikuasai Taliban.

Mungkin itu juga sebabnya Taliban tidak sepenuhnya jatuh, tidak semuanya hancur meskipun AS dan NATO menghabiskan waktu dan biaya di sana hampir 20 tahun lamanya.

Jika mengacu dari mulainya invasi pada 7 Oktober 2001 artinya hampir 20 tahun pasukan AS bercokol di Afganistan. Tepatnya 19 tahun 8 bulan, mengalahkan perang Vietnam 19 tahun 5 bulan dan mengalahkan perang melawan Moro di Philipina selama 14 tahun.

Tidak jelas apa yang jadi tolok ukur sukses AS di sana, apakah perang terhadap terorisme, atau membalas dendam terhadap serangan "WTC" atau menjatuhkan rezim Taliban ataukah cuma untuk berbagi wilayah 50%-50% dengan Taliban.

Fakta yang paling jelas setelah invasi dan perang hampir 20 tahun di Afganistan, adalah :

  • Terbunuhnya pasukan AS sebanyak 2.449 orang
  • Kontraktor termasuk pasukan bayaran tewas 3.846 orang
  • Tentara NATO tewas 1.144 orang
  • Tentara dan Polisi Afganistan tewas 66 ribuan orang
  • Penduduk sipil tewas 47.245 orang
  • Taliban dan pendukungnnya tewas 51.191 orang
  • Pekeerja bantuan kemanusiaan tewas 444 orang
  • Jurnalis dari dalam dan luar negeri tewas 74 orang.  Sumber : APNews.

Ironisnya fakta-fakta di atas menjadi tanda tanya besar ketika AS meninggalkan ribuan kendaraan mereka tanpa kunci. Meninggalkan senjata tanpa amunisi, meninggalkan telepon seluler tidak aktif dan masih ada benda pernak-pernik bakas lainnya.

Namun yang menjadi tanda tanya lebih besar adalah berangkatnya pasukan AS sangat tergesa-gesa di tengah malam, "Tanpa memberitahukan hal itu pada pasukan Afganistan," ujar Naematullah salah seorang tentara yang menjaga bandara Kabul.

Listrik di sekitar bandara Kabul dipadamkan 20 menit sebelum keberangkatan kloter terakhir pasukan AS semakin melengkapi tanda tanya besar menjadi sesuatu yang dramatis.

Terlepas dari apakah nanti Turki mampu bermitra dengan pasukan pemerintah di satu sisi dan dengan Taliban di sisi yang lain faktanya AS telah meninggalkan mitranya dalam kondisi segudang ancaman.

Kini banyak anak-anak gadis dipindahkan ke kota yang lebih aman kuatir dijadikan budak oleh Taliban. Pejabat pemerintah dan tentara juga kawatir tentang nasib mereka di tangan Taliban. Sejumlah warga yang telah hidup modern selama ini juga khawatir dengan aturan-aturan ketat dan kaku diterapkan Taliban nantinya.

Baru saja dua hari setelah AS angkat kaki, pasukan Taliban hampir mendekati ibu kota Kabul. Sejumlah pasukan di luar Kabul melarikan diri ke negara tetangga dan sebagian lagi dibunuh taliban, termasuk sejumlah pasukan komando anti teroris yang sebelumnya dilatih oleh trainer komando AS.

Taliban telah menebar tekanan dan ancaman agar SELURUH pasukan asing meninggalkan Afganistan, bahkan tentara Turki sekalipun ujar petinggi Taliban.

Turki berusaha menjaga bandara internasional yang berjarak 16 km dari ibu kota Kabul tersebut. Untuk itu Turki kabarnya telah setuju membayar NATO sebesar 130 juta dollar AS menurut sumber ini

Jika rencana Turki tersebut juga diterima Taliban bisa jadi dengan menguasai bandara Hamid Karzai berarti juga menguasai ibu kota Kabul. 

Setelah itu Turki dapat memainkan strateginya mengirim milisi-milisi ke Kabul seperti dikirim ke Idlib, Kurdi, Libya, Nagorno-Karabah untuk memperkuat cengkeraman di kota Kabul sebelum melebarkan sayap ke kawasan lain yang dikuasai Taliban pro Turki.

Tapi Turki musti bernegosiasi dengan Pakistan pendukung utama suku Pashtun dalam Taliban. Tampaknya Pakistan tidak mau "ketinggalan kereta" di Kabul, pasti sedang atur siasat agar tidak tertinggal akibat Turki "mencuri" start.

Selain itu Rusia juga berusaha bernegosiasi dengan Taliban karena sudah menduga Taliban tidak akan menggantung harapan pada AS dan NATO.

Sementara itu China juga tidak mau kalah langkah dalam berebut perlombaan membangun kembali ibu kota Kabul dan Afganistan.

Dengan kata lain Turki musti bergerak lebih cepat jika ingin mengimplementasikan strateginya dibalik rencana menguasai atau mengelola bandara udara Hamid Karzai.

Apa bentuk tanggung jawab AS melihat potensi kekacauan di Afganistan menjadi semakin nyata? Ataukah dengan cara ini AS memberi kesan pada mitra-mitranya di tempat lain dapat mengalami hal serupa seperti AS meninggalkan Afganistan. 

Fakta lain adalah, ketika AS angkat kaki membantu dukungannya dari sebuah kawasan perang, yang terjadi di sana adalah kekacauan dan balas dendam.

Kemungkinan itu tetap ada mengingat karakter AS dan juga prinsip tidak ada kawan dan lawan yang abadi.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun