Pada 20 Juli 1921 di sebuah rumah sederhana di kawasan Rue Wantz 116, Shanghai berkumpul 13 orang pemuda China dan 2 orang perwakilan partai komunis Rusia dalam rangka membentuk sebuah organisasi partai komunis China yang disebut "Chinesse Communist Party " atau Partai Komunis China (PKC).
Seratus tahun yang lalu Grigori Vointinsky kepala utusan partai komunis Rusia dan Chen Duxiu tokoh revolusi Xinhai merumuskan struktur dan organisasi PKC yang kini menjadi partai politik tunggal penguasa Tiongkok.
Setahun sebelum terbentuk, Marie Henk Sneevliet seorang pengurus partai komunis Rusia asal Belanda telah tiba duluan di Shanghai untuk berkoordinasi guna menjembatani pertemuan bersejarah tersebut.
Henk dikenal sebagai "Maring" pernah tinggal di Indonesia (1913-1918) memimpin Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), sebuah organisasi anti kolonial yang mengajari paham-paham Marxis kepada orang-orang terpelajar "Indonesian" pada saat itu.
Tidak jelas mengapa ulang tahun PKC dilaksanakan setiap tanggal 1 Juli atau lebih cepat 20 hari ketimbang hari pertemuan pembentukan perdana dilaksanakan. Faktanya pada kongres PKC pertama sekali digelar pada 1 Juli 1921 menetapkan Chen Duxiu sebagai sekjen PKC pertama.
Setelah melalui sekali perang besar dan 3 kali revolusi, barulah pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong pemimpin partai komunis Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ketika itu menetapkan PKC sebagai partai tunggal dalam sistem pemerintahan Republik Rakyat China.
Selama 1 abad Partai Komunis China (PKC) telah mengatur pemerintahan dan militer telah memperlihatkan China sebagai raksasa dunia dalam berbagai bidang. Sebuah negara agraria menjadi negara super industri.
Dengan kata lain PKC secara tidak langsung telah mengubah China dari negara miskin menjadi perekonomiannya terbesar ke dua di dunia (setelah AS).
Mau tidak mau itu adalah fakta dan membangkitkan kekaguman meskipun gerakan anti China dan komunis dunia berusaha mengabaikan pencapaian tersebut.
Bagi teman sejawat dan negara sahabat pro Beijing setiap PKC berulang tahun tak lengkap jika rasanya jika tidak memberi ucapan selamat.
Namun sangat sedikit tokoh-tokoh organisasi politik dan pemimpin dunia yang bereaksi memberi ucapan selamat.
Mengacu kepada sumber Xinhua.net sejumlah pejabat partai dan organisasi politik dunia telah memberi ucapan selamat kepada 100 tahaun PKC, diantranya : Igor Sergeyenko, kepala sekretariat Presiden Belarus; Fred Mitchell, ketua The Bahamas' Progressive Liberal Party, Bahama dan lain-lain.
Sementara itu para kepala negara telah memberi ucapan selamat kepada PKC tidak banyak, antara lain adalah :
Vladimir Putin (Presiden Rusia) yang pertama sekali mengucapkan selamat kepada PKC, selain itu Kim Jong Un, Assad , Abdul Fatah Sisi, Jao Laurenco (Angola), Denis Sassao Ngueso (Kongo), Mahmood Abbas, Zoran Zaev, Ivija Devic (Persiden Serbia) dan mungkin masih ada lainnya.
Di sejumlah negara yang memberi ucapan selamat disebutkan di atas keberadaan partai komunis memang diakui dan dilindungi undang-undang. Beberapa partai komunis bahkan menguasai pemerintahan (seperti PKC) yaitu Partai Buruh (di Korea Utara), Partai Komunis Kuba, Partai Komunis Vietnam, Partai Revulusi Rakyat Laos dan lain-lain.
Singapura tidak ada lagi partai politik berhaluan komunis tetapi semangat komunis pernah disalurkan oleh Partai Komunis Malaya sejak 1930 hingga 1948 tampaknya tetap hangat sampai kini.
Ucapan selamat Perdana Menteri Singapura untuk PKC agak unik, mungkin lebih disebabkan kepentingan politik, bisnis dan perekonomian. Selain itu mungkin saja Lee Hsien Loong telah membaca ada desakan arus bawah agar gaya Singapura mengadopsi sistem pemerintahan satu partai seperti yang diterapkan politbiro PKC.
Ucapan selamat yang sama disampaikan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuaagan (PDIP) Megawati Soekarno Putri beberapa hari lalu kini mulai hangat diperbincangkan.
Para netizen umumnya menyesali sikap Megawati bahkan ada yang menilai ucapan tersebut telah menguak lebar-lebar tabir sejati Megawati terhadap partai komunis selama ini.
Sedangkan Ali Syarief pengamat dari ACCI, mengatakan itu hal biasa saja, tanda simbol kemesraaan kedua negara.
Netizen lain mempertanyakan jika orang Indonesia mengucapkan hal yang sama ke partai Islam garis keras kenapa langsung dianggap "pendukung khilafah."
Perlu diketahui terlebih dahulu, ajaran komunisme, marxisme-lenimisme dan organisasi radikal garis keras sama-sama dilarang di Indonesia. Meskipun keduanya punya pendukung masing-masing (terbuka maupun bawah tanah) keduanya tidak diiznkan untuk tumbuh di Indonesia.
Membandingkan PKC dengan organisasi massa adalah perbandingan yang tidak setara, yang satu adalah organiasi penguasa negara (Tiongkok) dan satunya lagi adalah sebuah organisasi massa.
Namun sedikit gambaran berikut ini tentang Iran dan Afganistan mungkin saja bisa perbandingannya jadi setara.
Beberapa dekade lalu pemerintahan Mujahiddin menguasai Afganistan, tapi tidak pernah ada ucapan selamat dari politikus Indonesia untuk pemerintahan Mujahiddin Afganistan meskipun pernah didukung AS.
Hubungan Indonesia - Afganistan sangat mesra dan hangat dari dahulu tapi tidak ada ucapan selamat kepada pemerintahan Mujahiddin apalagi taliban.
Pada 1979, Ayatollah Khomeini mendirikan Rublik Islam Iran. Perayaan ulang tahun revolusi Islam Iran ke 39 telah dirayakan dengan sangat meriah pada 1 April 2021 lalu.
Hubungan Indonesia- Iran juga mesra dan hangat tapi tidak ada ucapan "Selamat Revolusi Islam Iran" diberikan kepada Iran.
Pada tahun 2014-2015 ISIS mulai memperlihatkan keperkasaannya di wilayah Suriah dan Irak. Tapi tidak ada yang berani ucapkan selamat pada ISIS karena ISIS dan organisasi afiliasinya dilarang, bagian dari terorisme dan anti Pancasila.
Sama dengan dengan perbandingan di atas, siapapun yang menyebarkan atau mengembangkan ajaran komunisme/marxisme-lenimisme dengan maksud mengubah atau mengganti Pancasila sebagai dasar negara sangat DILARANG. Hal ini mengacu kepada :
- Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia
- Aturan kedua yang digunakan negara untuk memberangus komunisme ialah Pasal 107 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999
Memberi ucapan selamat kepada sebuah negara termasuk hari kemerdekaan, hari revolusi, hasil pemilu dan pengangkatan pemerintahan baru adalah bentuk dukungan dan pengakuan.
Itu sebabnya AS dan sejumlah negara barat tidak pernah mau mengucapkan selamat atas kemenangan Al-Assad dalam pilpres baru-baru ini karena sama dengan mengakuinya.
Itu juga sebabnya negara barat tidak mau mengucapkan selamat pada PKC karena sama halnya mengakui komunisme dan ajarannya.
Pada 24 Oktober 2017, Donald Trump mengirim pesan ucapan selamat kepada Xi Jinping yang terpilih kembali sebagai Presiden China. Hal yang sama juga dilakukan pemimpin negara barat lainnya.
Terkini, surat terbuka PM Pakistan yang ditulis di halaman berita Global Times pada 30 Juni 2021 atau sehari sebelum ulang tahun PKC dibuat dengan sangat hati-hati dan diplomatis.
Negara muslim pertama sekali yang mengakui Republik Rakyat China (RRC) pada 1950 tersebut telah menjalin hubungan mesra selama 70 tahun. Imran Khan menulis ucapan "Selamat untuk ke dua negara dan rakyatnya untuk 70 tahun hubungan diplomatik dan China merayakan 100 tahun berdirinya PKC."
Jadi dalam batasan negara kita memberi ucapan selamat kepada Tiongkok (negaranya) adalah hal biasa tapi memberi ucapan selamat kepada partainya (PKC) adalah "luar biasa" karena bisa dianggap pro komunis.
Kongkritnya hubungan kerjasama negara dan bangsa dengan Rusia, China, Vietnam dan negara komunis lainnya tidak tidak tabu. Tidak ada alasan apapun untuk menjadi aneh, tapi mengakui partai komunisnya tampaknya harus dikaji ulang jika tak pantas disebut "luar biasa," kecuali aturan yang berlaku di Indonesia berubah, yakni memberi izin hadirnya partai komunis kembali.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H