Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mobil Ambulans Tidak Perlu Dikawal "Voorijder Dadakan" dan Pengantar Jenazah Agresif

21 Juni 2021   03:45 Diperbarui: 16 Agustus 2021   16:13 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : autoindustriya.com

Seseorang yang akan meninggal dunia mungkin tak ada yang berwasiat harus dibawa pulang dari Rumah Sakit ke rumahnya atau ke tempat pemakaman musti dikawal pembuka jalan Vorijder dan rombongan pengantar jenazah agresif.

Namun faktanya, dimana-mana mucul rombongan pengantar jenazah dan Voorijder pengawal Ambulance (ambulans) beringas membahayakan pengguna lain jalan raya.

Istilah "Pembuka Jalan" dikenal dengan "Voorijder." Berasal dari bahasa Belanda yang terdiri dari Voor (di depan) dan Rijder (pengendara) yang secara harfiah  berarti pengendara di depan atau kendaraan kawal, meskipun ada juga yang mengartikan "kendaraan di depan."

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 1993 telah mengatur siapa saja yang berhak mendapat jatah "Voorijder" resmi, mereka adalah : Kendaraan Damkar (sedang bertugas); Ambulan (sedang bertugas angkut orang sakit); Kendaraan sedang menolong kendaraan lain; Kendaraan Presidfen-Perwakilan negara Asing- Tamu Negara; Konvoi kendaraan orang Cacat; Pengangkutan barang khusus berbahaya; dan Iring-iringan Jenazah.

Seperti konvoi kendaraan orang cacat, iring-iringan jenazah kini nasibnya juga sudah jarang mendapat kawal Voorijder resmi kecuali jenazah itu adalah tokoh ternama, pejabat atau pengusaha ternama atau warga yang berkecukupan.

Jika warga masyarakat biasa membutuhkan kawal dari Voorrijder terpaksa harus mencari "Voorijder dadakan." 

Ada beberapa cara mendapatkan Voorijder dadakan, yaitu :

  • Meminta keikhlasan pemotor ojek online (Ojol). 
  • Meminta beberapa anggota keluarga dan kenalan
  • Spontanitas dari rekan sejawat berasal dari rombongan pengantar jenazah
  • Meminta bantuan pada organisasi sejenis Indonesia Escorting Ambulance (IEA)

Sekelas IEA yang terlatih saja dilarang Polisi karena sesuai dengan UU angkutan jalan raya nomor 22 Tahun 2009 sebetulnya telah menempatkan Ambulan pada posisi istimewa, jadi tak perlu dikawal lagi. Kompas.com.

Pengawalan yang dilakukan voorijder amatiran, dadakan dan dari kalangan rombongan pengantar jenazah biasanya agresif, beringas dan mengkhawatirkan.

Mereka mungkin tidak paham kesulitan pengendara lain yang searah atau di depannya disuruh segera menepi atau berhenti padahal situasinya belum tepat menepi akibat terkendala obyek lain di sebelah atau di hadapannya.

Terlambat sedikit kita bereaksi makian mereka melotot, marah bahkan menendang tanpa memahami apa yang sedang kita hadapi ketika sedang berusaha memberi jalan.

Di sisi lain, voorijder dadakan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Meliuk-liuk "membelah" keramaian jalan sambil melihat kiri dan kanan dan sekali-sekali ke belakang melihat ambulan yang dibelakangnya lolos kemacetan sehingga lekas tiba di tujuan.

Ruang jalan yang telah lebar dilalui ambulans seakan masih kurang lebar. Terlambat menepi risikonya tinggi.  Mobil lecet, kaca spion patah atau bodi peyot.

Jika terjadi kecelakaan dalam pengawalan amatiran seperti itu, pada siapa meminta pertanggung jawaban?  Nyaris tidak ada yang perduli.

Namun itu tidak seberapa dibandingkan dengan potensi bahaya yang bisa terjadi pada orang lain. Beberapa pengendara motor wanita ada yang sampai terjatuh akibat grogi.

Meskipun menjadi Voorijder dadakan spontanitas tapi pengantaran dan pengawalan seperti ini TIDAK dibutuhkan. 

Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, siapapun kini tahu, mobil ambulans yang sedang menjalankan tugas (tidak termasuk ambulans membawa batu). 

Ambulan tidak perlu lagi dikawal voorijder dadakan apalagi dikawal sekelompok pengantar jenazah agresif pembuat anarkis, penganggu ketertiban di jalan raya mirip cara-cara peradaban primitif.

Tentu saja tidak semua pengantar jenazah itu agresif tapi pertunjukan primitif itu kini semakin parah terjadi saat mengantar jenazah.

Hukum rimba di jalan raya telah lama dipraktekkan rombongan convoi manapun di negeri ini tapi hukum rimba seperti ini tidak tepat dipraktekkan dalam acara antar jenazah ataupun saat kawal ambulan.

Jika arwah jenazah dapat melihat pasti mereka TIDAK butuh jenazah mereka dikotori kebencian, anarkis dan premanisme oleh sekelompok orang dalam pelepasan mereka ke tempat peristirahatan terakhir.

Berikut contoh pengotoran terhadap jenazah oleh pengantar dan pengawal jenazah di beberapa lokasi :

Pada 20/6/2021 di Marunda, Jakarta Utara, sebuah truk kontainer dipecahin kaca depannya oleh rombongan pengantar jenazah. Posisi truk itu memang ditengah meskipun demikian rombongan dan ambulans itu masih dapat melalui dari sisi kiri jalur mereka.

Pada 23 April 2021 di Makassar, serombongan Vorrajder dadakan menerobos tol Reformasi Makassar. Petugas tol yang melarang rombongan motor voorijder melintasi tol malah dikeroyok.

Jika keresahan seperti ini masih terjadi suatu saat akan terjadi pergesekan antara masyrakat dan pengguna jalan dengan rombongan pengantar jenazah atau vorijder dadakan akibat luncurnya rasa simpati pada rombongan pengantar jenazah.

Dua dekade lalu, ketika melihat ada yang mengantar jenazah orang seketika berhenti tanpa disuruh Voorijder dadakan dan pengantar jenazah agresif. 

Orang membaca doa pengampunan dan merasa bakal menyusul. Selain itu menunjukkan simpati pada keluarga yang ditinggalkan.

Tapi kini jenazah pun merasa dipermainkan oleh para pengantar dan pengawal anarkis.

Ada baiknya pihak berkompeten segera mengambil langkah baru dengan terbitnya aturan baru mengganti PP no 43/1993 di atas dan petugas kepolisian melaksanakan sosialisasi tanpa kenal lelah sehingga nyaman seperti dahulu. Voorijder dadakan dan pengantar jenazah agresif tidak terlihat lagi.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun