Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apa Makna di Balik "On Eternal Patrol" Antara Kursk dan Nanggala-402?

27 April 2021   04:35 Diperbarui: 27 April 2021   13:08 2360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal selam KRI Nanggala-402 berlayar mendekati dermaga Indah Kiat di Kota Cilegon, Banten, beberapa waktu lalu. (KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO)

Setelah Uni Soviet runtuh, peristiwa kecelakaan kapal selam pertama Rusia terjadi pada kapal selam Kursk pada 12 Agustus 2000. Semua kita sudah tahu apa dan bagaimana peristiwa itu terjadi sehingga tak perlu lagi diulangi dalam artikel ini.

Peristiwa kapal selam raksasa yang tenggelam tersebut telah mengejutkan dunia karena terjadi dengan sangat dramatis, belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya meskipun banyak kasus kapal selam tenggelam di mana-mana sampai saat itu.

Terlepas dari lemahnya teknologi kapal Rusia dan lambannya penanggulangan kejadian saat itu, pesan moral yang muncul di balik itu adalah tentang heroisme pelaut Rusia. Mereka tabah sampai akhir dan mungkin bisa dianggap bertugas "on Eternal Patrol" dalam keabadian di tempat lain.

Sebuah artikel di WordPress.com pada edisi 25 Juli 2010 juga pernah menuliskan "on Eternal patrol" untuk mengenang tenggelamnya kapal selam Kursk. "Kursk jadilah kenangan abadi mereka," keterangan dalam sebuah foto.

Istilah "Eternal" terkait tenggelamnya kapal selam ini sesungguhnya sudah ada sejak lama guna mengenang sejumlah pelaut kapal selam AS yang gugur tenggelam di berbagai medan dan misi seluruh dunia, diantaranya di sini.

Para pelaut Kursk juga layak mendapat penghargaan dari bangsa dan negara Rusia ketika itu. Tapi apa saja yang diterima keluaga yang kehilangan orang yang mereka cintai selamanya? 

Presiden Vladimir Putin yang dihujani kritik dan marah keluarga pelaut karena meneruskan liburannya ketika itu terjadi beberapa hari kemudian mengeluarkan persetujuan presiden. 

Untuk seluruh awal kapal Kursk mendapat kenaikan pangkat anumerta satu tingkat. Khusus untuk kapten kapal, Gennady Lyachin mendapat penghargaan bintang kehormatan pahlawan.

Selain itu sisa jasad korban yang terkurung dalam bangkai kapal diangkat ke permukaan. Beberapa bagian kapal dijadikan museum untuk mengenang peristiwa dramatis terkait kapal selam militer Rusia.

Keluarga yang ditinggalkan termasuk istri, anak atau orang tua atau istri yang tidak sah tapi sudah punya anak mendapatkan kompensasi antara lain:

  • Santunan sebesar 25 kali gaji sebulan masing-masing korban
  • Uang pensiun selama 10 tahun
  • Jaminan kesehatan untuk keluarga
  • Beasiswa untuk anak-anak korban sampai universitas
  • Rumah gratis dari negara di kota apa yang mereka inginkan untuk mereka tinggali bersama anak

Mengenai rumah gratis banyak janda dan anaknya tidak mau tinggal di apartemen yang disedikan negara karena selain kurang memenuhi syarat juga tidak ingin dihantui kenangan sedih berlarut-larut. 

Namun demikian beberapa anak mengatakan mereka tidak mau tinggal di sana di atas kematian ayah atau suami mereka seperti diungkapkan Svetlana Baigarina, janda kapten Murat Baigarin Aterovis yang mendapat jatah apartemen sederhana di kota St. Petersburg. (Baigarin adalah kapten ketiga dalam kapal selam Kursk).

Santunan, pensiun, dan kompensasi (bernilai) seperti itu belum pernah diberikan untuk para pelaut korban jiwa tenggelamnya berbagai kapal selam lainnya pada zaman Uni Soviet.

Pernyataan senada dengan klaim di atas pernah disampaikan Kapten Igor Kurdyn pada 2001. Dia adalah mantan komandan kapal selam di St.Petersburg. Menurutnya baru pertama kali itu pemerintah memberikan kompensasi yang memadai bagi korban tragedi dan keluarganya. Sumber: di sini.

Itu adalah bukti tabah sampai akhir versi pelaut kapal selam Kursk yang sebagian meninggal di dasar laut dan sebagian lagi meninggal saat evakuasi di hari kejadian. 

Bagaimana dengan bukti tabah sampai akhir dan On Eternal Patrol pelaut Nanggala-402 kita?

On Eternal Patrol Nanggala-402

Sekilas terlalu cepat membahas hal itu tapi Presiden Joko Widodo telah duluan mengumumkan akan memberi kenaikan pangkat satu tingkat kepada seluruh kru KRI Nanggala-402.

Gambar ilustrasi KRI Nanggala-402. Sumber gambar : MalangTerkini.com. Diedit dan tambahkan oleh Penulis
Gambar ilustrasi KRI Nanggala-402. Sumber gambar : MalangTerkini.com. Diedit dan tambahkan oleh Penulis
Selain itu, Menteri Pertahanan Letjend Prabowo Subianto juga telah mengumumkan akan memberi beasiswa kepada anak korban jiwa kru Nanggala-402. Mereka akan diterima dan belajar gratis di sekolah dan universitas di bawah binaan Kementerian Pertahanan RI.

Meski bentuk kompensasi lainnya belum diputuskan kita berharap pemerintah memberi perhatian istimewa pada prajurit di KRI Nanggala-402 AL yang telah membuktikan selogan "Wira Ananta Rudira," yakni Tabah Sampai Akhir.

Benar, mereka tabah sampai akhir. Mereka tahu risiko menjadi ABK bahkan untuk ABK Kapal Selam, tapi mereka telah buktikan bertugas penuh semangat dan tabah sampai akhir hayat.

Ketika suara tanda darurat memekakkan telinga terdengar pada dini hari pergantian tanggal, dengan cekatan mereka menjalankan SOP keselamatan diri. Sayangnya mereka kalah cepat dengan serangan air laut yang menerjang retakan pada beberapa sisi kapal.

Mereka berlarian ke dalam palka penyelamat dan menutup rapat-rapat pintu palka.

Di sana mereka duduk berdesakan berpeluh keringat menghirup oksigen yang semakin berkurang. Penguapan akibat pembuangan nafas mereka makin memperburuk kualitas sisa oksigen yang tersedia.

Secara biologis beberapa diantaranya mungkin telah lemas lebih dahulu dan dirangkul teman lainnya yang masih sanggup memberi kekuatan batin. Mereka yakin bahwa jutaan orang di daratan sedang memikirkan nasib mereka, jadi mereka tahu tidak sendiri meskipun berada di laut dalam, gelap, dan sunyi.

Bala bantuan tak kunjung tiba hingga hari ketiga. Satu per satu dari mereka memberi senyuman terakhir tanda perpisahan pada rekan yang masih bertahan, hingga ABK terakhir pun memberi senyuman pada bangsa dan negaranya bahwa tugas tahap pertama telah selesai terlaksana dan siap melaksanakan "tugas kedua."

Tugas kedua itu adalah patroli di keabadian, mereka semua dipimpin sang komandan abadi Letkol (P) Heri Oktavian malaksanakan patroli abadi, "on Eternal Patrol."

Secara teoritis Heri baru bertugas 1 tahun memimpin KRI Nanggala-402 (sejak 4 April 2020) tetapi Heri kini mendapat "tugas" baru yakni memimpin anak buahnya bertugas di keabadian, berpatroli membawa sejuta kenangan. 

Namun di sisi lain KRI Nanggal-402 meninggalkan harapan melalui beberapa serpihan yang muncul di permukaan laut. Harapan itu adalah saatnya Angkatan Laut dan TNI khususnya menggunakan peralatan tempur yang masih sehat dan modern agar putra kesuma bangsa tidak jadi korban meskipun sedang dalam tugas tidak berperang.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun