Mereka berlarian ke dalam palka penyelamat dan menutup rapat-rapat pintu palka.
Di sana mereka duduk berdesakan berpeluh keringat menghirup oksigen yang semakin berkurang. Penguapan akibat pembuangan nafas mereka makin memperburuk kualitas sisa oksigen yang tersedia.
Secara biologis beberapa diantaranya mungkin telah lemas lebih dahulu dan dirangkul teman lainnya yang masih sanggup memberi kekuatan batin. Mereka yakin bahwa jutaan orang di daratan sedang memikirkan nasib mereka, jadi mereka tahu tidak sendiri meskipun berada di laut dalam, gelap, dan sunyi.
Bala bantuan tak kunjung tiba hingga hari ketiga. Satu per satu dari mereka memberi senyuman terakhir tanda perpisahan pada rekan yang masih bertahan, hingga ABK terakhir pun memberi senyuman pada bangsa dan negaranya bahwa tugas tahap pertama telah selesai terlaksana dan siap melaksanakan "tugas kedua."
Tugas kedua itu adalah patroli di keabadian, mereka semua dipimpin sang komandan abadi Letkol (P) Heri Oktavian malaksanakan patroli abadi, "on Eternal Patrol."
Secara teoritis Heri baru bertugas 1 tahun memimpin KRI Nanggala-402 (sejak 4 April 2020) tetapi Heri kini mendapat "tugas" baru yakni memimpin anak buahnya bertugas di keabadian, berpatroli membawa sejuta kenangan.
Namun di sisi lain KRI Nanggal-402 meninggalkan harapan melalui beberapa serpihan yang muncul di permukaan laut. Harapan itu adalah saatnya Angkatan Laut dan TNI khususnya menggunakan peralatan tempur yang masih sehat dan modern agar putra kesuma bangsa tidak jadi korban meskipun sedang dalam tugas tidak berperang.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H