Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bukan Menteri yang Salah Melulu, Jokowi Perlu Pertimbangkan Ini

30 Juni 2020   21:28 Diperbarui: 1 Juli 2020   19:14 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi presiden Jokowiu marah besar. Capture dari : CNBCIndonesia edisi 30 Juni 2020

Meskipun telah banyak muncul desas-desus dan dugaan serta opini tentang sebab-sebab marahnya Jokowi  hampir 2 minggu yang lalu tetapi sebab marahnya Jokwi baru diketahui secara resmi kemarin melalui video yang ditayangkan akun youtube Sekretariat Presiden pada Minggu 28/6/2020 lalu.

Video tersebut mengungkap sangat jelas alasan Jokowi marah-marah pada kementeriannya terutama terhadap Kemenkes dan Kemensos yakni karena takut, khawatir, kecewa, sedih karena sejumlah kementerian dinilai tidak mampu menyerap anggarannya dengan baik untuk terjadinya perputaran ekonomi masyarakat.

Secara keseluruhan Jokowi mengingatkan menterinya agar tidak bersikap biasa-biasa saja dalam menghadapi krisis kali ini akibat pandemi covid-19 maupun akibat ekonomi. Jokowi mengajak menterinya agar punya perasaan yang sama, tidak biasa-biasa saja. 

Beberapa kali Jokowi mengatakan akan melakukan evaluasi dan pemecatan terhadap menteri dan lembaga yang dinilai tidak melakukan sesuatu yang extra ordinary, di dalam rapat tersebut pada saat itu.

Hingga Senin, 30/6/2020 Jokowi masih bernuansa marah. Dalam kunjungannya ke Semarang tetap menekan para menterinya agar bekerja lebih keras, lebih giat.

"kalau masih rendah (kinerjanya) saya telepon menterinya atau lembaganya," ujar Jokowi.

Menanggapi video tersebut, pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi, Monica Kumalasari menilai bahasa tubuh Jokowi pada marah 18 Juni 2020 dilihat dari bahasa tubuh dan sikap Jokowi mereflesikan rasa marah, kecewa, sedih dan takut. 

"Tetapi pada umumnya didominasi marah," ujar Monica.

Apapun penilaian tersebut marahnya presiden memang hal yang manusiawi karena presiden juga seorang manusia tak terkecuali Jokowi. Oleh karenanya Jokowi marah-marah bukan hal yang baru karena sudah terjadi beberapa kali sebelumnya.

Meskipun manusiawi tetapi marahnya seorang presiden memang menjadi perbincangan hangat. Kali ini menjadi sangat hangat karena marahnya presiden dikemas dalam nuansa politik teramat kentara kekentalannya.

Sebagus apapun tujuan Jokowi dibalik usahanya menekan kinerja seluruh kementerian dan lembaga tinggi agar sesuai dengan tujuannya tetap saja ada yang menilai negatif cara-cara penekanan seperti itu karena segala sesuatunya dinilai dari kacamata politik.

Oleh karenaya tidak heran ada yang menilai marahnya Jokowi sebagai sikapnya yang tidak bijak, mempermalukan, mengancam dan sok kuasa, otoriter, ceramah (bukan rapat) bahkan ada yang menduga Jokowi menekan menterinya agar "mahir" menggunakan dananya di balik pandemi Covid-19.

Tetapi di sisi lain sangat diharapkan Jokowi juga mempertimbangkan langkah-langkah cooling down dengan menterinya sebab di sisi lain menteri juga manusia. 

Menteri juga punya ratusan ribu karakter anak buah atau pegawai yang telah mendarah daging cara kerjanya berdasarkan sejumlah menteri atau kepala lembaga yang telah datang dan pergi silih berganti sebelumnya. Mereka tersebar dari pusat hingga ke desa-desa sampai pada kepala lingkungan yang merupakan garda terdepan aparatur negara nun jauh di sana bahkan ada yang berada dibalik bukit belum sampai listrik dan internet.

Bisa jadi para menteri telah berbuih mulutnya mengingatkan sekaligus menekan jika tak pantas merepetin jajaran direktorat jendralnya dan lembaga di bawahnya berkali-kali tetapi tidak juga beranjak alias tidak dapat diajak ngebut lama-lama. Ngebut sejenak, ngopinya lama, belum lagi merokok dan berleha-leha.

Meeting koordinasi, peyamaan visi dan persepsi, perombakan struktur organisasi dan promosi serta penandatanganan pakta integritas dan sumpah janji dan komitmen pada tujuan telah dilakukan, tapi ibarat lokomotif tua tidak bisa diajak ekspres.

Pelatihan intensif mendatangkan pakar psikolog, pakar ilmu pemerintahan dan terapi emotional question juga dilakukan tak juga beranjak dari pusaran zona nyaman.

Studi banding ke luar negeri telah berkali-kali diberikan tapi belum tiba di tanah air menguap bagaikan terlepas dari pesawat di angkasa dalam perjalanan jauh dan melelahkan ingin lekas pulang.

Sebetulnya tanda-tanda tidak bisa dipacunya bangsa ini bekerja ala Jokowi bukan karena menterinya yang loyo. Di tingkat menteri diajak "ngebut" oleh Presiden oke-oke saja.

Tetapi bukan menteri yang bekerja, yang bekerja adalah anak buahnya berlapis-lapis di bawah sana hingga kepala lingkungan di sebuah pulau terpencil.

Oleh sebab itu presiden Jokowi sebaiknya mempertimbangkan kondisi itu sebelum para menteri jadi dongkol, kesal dan ujung-ujungnya ngambek. 

"Pecat, pecatlah, gua udah bete tau," dalam hatinya barangkali begitu.

Kalau sekadar bete mungkin tidak ada masalah tapi kalau tiba-tiba menteri kompak mengundurkan diri rame-rame, apa jadinya. Bukankah kondisi ini yang ditunggu-tunggu oleh si "mulut besar" yang mengintai setiap inci pada sisi kelemahan Jokowi?

Membiarkan kementerian berjalan loyo juga tidak tepat. Sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi Jokowi hanya bisa mengingatkan dan terus mengingatkan agar setiap kementerian harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sambil melakukan evaluasi tak terduga terhadap Menteri yang tidak dianggap telah bekerja maksimal. 

Marah hal biasa asal tidak berlebihan karena dari sini pun bisa dimanfaatkan oleh si mulut besar mengkondisikan aneka macam opini tentang pemerintahan Jokowi. 

Tetapi marah biasanya tidak membawa dampak apa-apa selain penyesalan, kecuali kita memang sudah siap untuk itu.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun