Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Saputangan di Tengah Pandemi Covid dan Langkanya Masker

13 Maret 2020   15:28 Diperbarui: 17 Maret 2020   16:52 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan saputangan ketika sedang sakit agar orang lain tidak tertular. (sumber: shutterstock)

Mungkin itu terlalu jauh, tetapi pada masa pemerintahan Raja Richard II dari Inggris (1367-1400) sapu tangan telah digunakan meskipun bukan untuk menyatakan cinta. Dalam buku catatan harian rumah tangga kerajaan (household rolls) ada catatan beberapa potong kain segi empat yang digunakan Raja Richard II untuk membersihkan hidungnya.

Saputangan tahun 1887-1897 koleksi Museum of London. (Wikimedia Commons) via historia.id
Saputangan tahun 1887-1897 koleksi Museum of London. (Wikimedia Commons) via historia.id
Dalam perkembangan berikutnya penggunaan saputangan semakin marak dan meluas ke seluruh dunia dengan aneka corak, motif dan jenis bahan dari katun, sintetis, linen dan sutera dan lain-lain seperti wol seperti handuk kecil yang biasa digunakan anak-anak.

Intinya saputangan pernah menjelma menjadi bagian tak terpisahkan dari busana, kegunaannya sangat banyak dari urusan kebersihan pribadi hingga dijadikan tanda mata.

Tidak jelas sejak kapan peranan saputangan mulai pudar dan nyaris tak terlihat lagi. Tetapi tumpukan stok lama saputangan di toko-toko telah jatuh ke posisi paling atas dan paling belakang di gudang membuktikan animo permintaan terhadap saputangan telah jauh berkurang. Membeli saputangan baru tampaknya lebih mudah melalui penjualan online ketimbang mencari ke toko.

Kini ketika kertas tissu mulai langka dan harga masker telah mencekik leher padahal digunakan untuk sehari atau beberapa saat saja tampaknya perlu memikirkan alternatif masker teapi dapat berfungsi sama dan tentu saja terlihat lebih berseni. Untuk itu saputangan tampaknya akan lahir kembali. Hebatnya lagi saputnagan lebih ekonomis, bisa digunakan berulang-ulang setelah dicuci dan disterika.

Gambar : id.carousell.com
Gambar : id.carousell.com
Pertanyaannya adalah masih adalah stok saputangan dengan disain dan motif kekinian? Selain itu masih adakah yang mau mengenakan saputangan menutupi hidung dan mulutnya, tidak malu dianggap kolot atau ketinggalan jaman. 

salam hangat

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun