Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Saputangan di Tengah Pandemi Covid dan Langkanya Masker

13 Maret 2020   15:28 Diperbarui: 17 Maret 2020   16:52 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan saputangan ketika sedang sakit agar orang lain tidak tertular. (sumber: shutterstock)

Di tengah mahal dan langkanya harga Masker saat pandemik Covid-19 telah menerjang 114 negara tiba- tiba teringat kembali pada pada seuntai kain persegi empat bermotif aneka ragam, simpel dan menarik yang pernah dipakai untuk kebersihan pribadi. Itulah dia, "Saputangan" namanya.

Bentuknya yang simpel dan kecil bisa dimasukkan ke dalam saku pria dan dalam dompet wanita. Ketika seseorang akan bersin langsung mengeluarkan sapu tangannya (kalau masih sempat). 

Ketika seseorang batuk-batuk juga menutupi mulutnya dengan saputangan. Begitu juga bila ada yang pilek atau sedang menderita flu tapi akan keluar rumah biasanya melingkari sapu tangannya ke bagian atas telinga hingga menutupi mulut dan hidungnya.

Saputangan dapat digunakan berulang-ulang. Biasanya untuk penggunaan standard (bukan untuk penderita flu atau batuk) penggunaannya dari pagi (pergi kerja) hingga sore hari (pulang kerja). Besok diganti lagi dengan sapu tangan baru yang sudah dicuci, diseterika dan tersimpan dalam lemari.

Sedangkan saputangan yang digunakan penderita batuk, pilek atau sedang sakit bisa hanya beberapa jam saja, setelah itu diganti dengan sapu tangan bersih atau yang baru dicuci.

Saputangan juga digunakan untuk mengelap keringat di dahi atau pipi atau digunakan untuk mengelap tangan setelah berbilas di sebuah toilet atau kamar mandi yang saat itu belum banyak menggunakan kertas tisu meskipun sudah mengenalnya.

Saputangan vs masker. Gambar kiri : solusiibuattack.com dan gambar kanan:Kompas.com. Digabung oleh penulis
Saputangan vs masker. Gambar kiri : solusiibuattack.com dan gambar kanan:Kompas.com. Digabung oleh penulis
Dari sisi romantika percintaan, saputangan juga digunakan sebagai tanda sayang, tanda mata atau hadiah atau kado pada masanya. Banyak pria memberikan sapu tangan kepada wanita pujaan tanda menaruh hati padanya. Sebaliknya ada juga yang mempercai mitos pemberian saputangan pertanda bakal putus cinta.

Sebuah kisah nyata saputangan tanda cinta terjadi pada 1927. Saat itu Buya Hamka masih berusia 17 tahun. Beliau berangkat dari pelabuhan Belawan dalam perjalanan dengan kapal laut Karimata menuju Jeddah ke tanah suci Makkah. Di dalam kapal Hamka remaja bertemu dengan seorang wanita, janda muda nan cantik jelita asal Cianjur.

Setelah beberapa kali dan beberapa minggu bertemu, keduanya tetap membisu. Tetapi dari tatapan matanya Hamka dapat mengambil kesimpulan. Kemudian Hamka memberikan saputangan putih miliknya pada Kulsum, lalu keduanya berpisah. 

Keesokoan harinya di tempat yang sama, Kulsum memberikan juga sehelai saputangan berenda biru ditepinya. Demikian kisah Hamka dalam otografinya "Kenangan Hidup" Jilid 1 membuktikan bahwa saputangan juga menjadi tanda cinta pada masa itu.

Kisah itu bukan cuma terjadi di tanah air, karena peranan saputangan dalam menyatakan tanda cinta ternyata telah ada sejak dahulu kala dan tertuang dalam syair Catulus pada abad 87-85 SM. 

Mungkin itu terlalu jauh, tetapi pada masa pemerintahan Raja Richard II dari Inggris (1367-1400) sapu tangan telah digunakan meskipun bukan untuk menyatakan cinta. Dalam buku catatan harian rumah tangga kerajaan (household rolls) ada catatan beberapa potong kain segi empat yang digunakan Raja Richard II untuk membersihkan hidungnya.

Saputangan tahun 1887-1897 koleksi Museum of London. (Wikimedia Commons) via historia.id
Saputangan tahun 1887-1897 koleksi Museum of London. (Wikimedia Commons) via historia.id
Dalam perkembangan berikutnya penggunaan saputangan semakin marak dan meluas ke seluruh dunia dengan aneka corak, motif dan jenis bahan dari katun, sintetis, linen dan sutera dan lain-lain seperti wol seperti handuk kecil yang biasa digunakan anak-anak.

Intinya saputangan pernah menjelma menjadi bagian tak terpisahkan dari busana, kegunaannya sangat banyak dari urusan kebersihan pribadi hingga dijadikan tanda mata.

Tidak jelas sejak kapan peranan saputangan mulai pudar dan nyaris tak terlihat lagi. Tetapi tumpukan stok lama saputangan di toko-toko telah jatuh ke posisi paling atas dan paling belakang di gudang membuktikan animo permintaan terhadap saputangan telah jauh berkurang. Membeli saputangan baru tampaknya lebih mudah melalui penjualan online ketimbang mencari ke toko.

Kini ketika kertas tissu mulai langka dan harga masker telah mencekik leher padahal digunakan untuk sehari atau beberapa saat saja tampaknya perlu memikirkan alternatif masker teapi dapat berfungsi sama dan tentu saja terlihat lebih berseni. Untuk itu saputangan tampaknya akan lahir kembali. Hebatnya lagi saputnagan lebih ekonomis, bisa digunakan berulang-ulang setelah dicuci dan disterika.

Gambar : id.carousell.com
Gambar : id.carousell.com
Pertanyaannya adalah masih adalah stok saputangan dengan disain dan motif kekinian? Selain itu masih adakah yang mau mengenakan saputangan menutupi hidung dan mulutnya, tidak malu dianggap kolot atau ketinggalan jaman. 

salam hangat

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun