Pertama sekali kita harus mengakui dan memberi apresiasi pada kerja keras dan ketelitian mereka membaca gerak-gerik salah satu perserta rusuh 22 Mei lalu. Dari sana Polisi menangkap seseorang yang ternyata memiliki senjata. Setelah dikembangkan ternyata berkaitan dengan sekelompok yang lain terdiri dari 6 orang berencana membunuh pejabat negara.
Tanpa ketelitian itu bisa jadi rencana maut tersebut terlaksana. Apa jadinya jika para tersangka itu berhasil melakukan rencananya? Tentu terjadi prahara dan dukacita nasional, bikin suasana makin kisruh dan mencekam sebagaimana niat yang ingin diciptakan oleh pembuat teror.
Namun demikian ada baiknya kita melihat lebih mendalam "profil" kelompok penebar maut tersebut BERDASARKAN aneka informasi yang ditemukan di berbagai media massa. Dari aneka informasi (data) yang kita terima akan mampu melihat sebetulnya seperti apa "postur" organisasi yang menargetkan pejabat negara tersebut. Setelah mempelajarinya kita akan tahu ternyata organisasi itu serius apa tidak menjalankan aksinya.
Data (fakta) dan Analisa
Pada 28 Mei 2019, Polisi mengadakan pertemuan Pers terbuka di Kemenko Polhukam mengungkap hasil penangkapan terhadap beberapa perusuh beberapa hari sebelumnya dalam aksi kerusuahan 21-22 Mei 2019. Dalam pertemuan dihadiri beberapapejabat nasional dan pejabat TNI AD, Kapolri memperlihatkan dan mengungkapkan hasil temuan berbahaya tersebut.
Analisa. : Dalam hal ini Polisi baru mengungkap pada umum setelah 6 hari tersangka demi tersangka diciduk. Jadi Polisi tidak tergesa-gesa mempublikasikan pada umum sebelum mengetahui detail duduk masalah dan tujuan masalah itu dapat disimpulkan dengan cermat ubruj dipublikasikan.
Data : Tanggal 14 Maret 2019, HK terima uang transfer Rp 150 jt dari sponsor untuk beli 4 senjata. Uang dikirim dalam pecahan Dollar Singapore (SGD) dan ditukarkan ke Money Changer.
Analisa : Menukar uang SGD ke Money Changer bisa berarti uangnya diambil dari Bank lalu dibawa koe Money Changer atau Uangnya sudah ada untuk dibawa ke Money Changer untuk ditukar disana. Jika uang ditarik dari Bank lalu ditukar langsung ke Rupiah lebih simpel. Tapi ini tidak terjadi karena uangnya ditukar ke Money Changer. Berarti ada kemungkinan uangnya ditarik dari Bank lalu di bawa ke tempat penukaran uang . Kemungkinan lain, uangnya sudah ada (tidak dari Bank) lalu dibawa ke tempat penukaran uang.
Masalahnya adalah, kurs beli SGD pada 14 Maret 2019 di Bank Mandiri Rp.10.344 per 1 SGD. Berarti kalau jual harus di atasnya. Sementara Kurs beli BCA pada saat itu Rp 10.576 per 1 SGD. Kalau jual berarti harus diatasnya. Sumber Di sini.
Perlu diketahui bahwa OJK telah MELARANG penukaran uang SGD sebesar 10.000 di Indonesia, sebab transaksi tersebut rentan terkait dengan aktifitas koruptif, sebut OJK sebagaimana dilansir di di sini. Jadi Polisi musti mengembangkan lebih jauh informasi dari tersangka itu di money changer mana ditukar dan kenapa money changer itu bisa menerima uang melebihi ketentuan di atas dalam satu transaksi? Tampaknya itu adalah alibi yang diberikan oleh kelompok tersangka tersebut.
Data: Uang sebesar Rp 25 juta diberikan pada Tajuddin (TJ). Menurut informasi tetangganya di Cibinong, TJ adalah anggota Marinir sudah tidak aktfi lagi. Ketua RT setempat mengatakan sudah lama tidak bertemu lagi. Belum ada konfirmasi dari TNI AD tentang kebenaran hal ini.
Analisa : Soal terima uang mungkin benar TJ telah terima sebesar itu tapi statusnya sebagai mantan anggota Marinir TNI Laut berdasarkan pengakuan tetangga (ketua RT) yang mengaku sudah lama (bertahun-tahun) tidak bertemu tampaknya TJ telah membual pada tetangganya tentang statusnya. Apalagi disebutkan ia berhenti karena dipecat, pasti TNI punya stock data tentang personilnya yang masih aktif dan dipecat. Daftar pemecatan ini penting untuk memonitor perkembangan pasca bertugas di TNI meskipun hal itu bukan tanggung jawab TNI lagi.
Data : Total 4 pejabat negara (Wiranto, Luhut Bp, Gorris Merre dan Budi Gunawan)+ 1 lembaga Survei sebagai target. Upaya tersebut telah dirintis sejak 1 Oktober 2018.
Analisa : 1 Oktober 2018 hingga 22 Mei 2019 adalah 210 hari + 22 hari = 232 hari atau hampir 7 (tujuh) bulan disusun (syukur) tidak terlaksana. Perencanaan seperti apa ini? Tanpa bermaksud hal itu terjadi tapi melihat perencanaan yang disusun terlalu lama implementasinya tampaknya rencana itu adalah rencana abal-abal, mirip rencana yang disusun oleh kelompok pembual yang mengorbankan pembual lainnya.
Sebut saja rencana dengan presisi lebih matang yakni setelah beli senjata pada 14 Maret 2019 ke 22 Mei 2019 dalam jurun 60 hari juga tidak dapat beraksi meskipun aksi kekacauan yang ditunggu-tunggu telah meletus tapi aksi geng tersebut tidak berjalan. Katakanlah pengawalan dan pengamanan terhadap 4 pejabat negara sangat bagus sehingga mempersempit peluang beraksi tapi pengamanan bagi salah satu pemimpin emabga survei pasti tidak sekelas dengan pengawalan terhadap menteri.
Dari sini tampaknya kelompok tersebut lebih banyak bincang-bincang sesama mereka atau sedang memperdayai sponsor yang menyuruh mereka yang ujung-ujungnya adalah terima duit, duit, meeting lagi lagi, terima duti lagi.
Data : Pada 12 April HK mendapat perintah tambahan membunuh 2 tokoh nasional lainnya (sehingga jadi 4 orang: ditambah seorang lagi dari lembaga survei.
Analisa : Rencana pertama saja belum berhasil yaitu (maaf) ekseskusi terhadap 2 tokoh nasional, sudah dapat lagi "order" eksekusi 2 tokoh lainnya. Tampaknya kelompok ini memang benar-benar mirip pembual sesama pembual ketimbang pelaku eksekusi bahkan mungkin disamakan dengan aksi teroris.
Data : Asmaizulfi alias Fifi (AF) salah satu tersangka komplotan ternyata adalah istri salah satu purnawirawan. Senjata milik suami AF. Harga sebuah Revolver Rp 50 jt. Ia adalah istri Mayjen (Purn) Moerwanto yang mendekam di LP Sukamiskin sejak 2017 dituduh terlibat kasus Korupsi tapi sudah bebas 2018 lalu.
Salah satu tersangka, HK alias Iwan (mantan kopassus) ini disebutkan memberi pinjaman pada AF sebesar 25 jt dengan jaminan "badan" Andi (teman organisasi AF). Tapi kemudian Iwan meminta jaminan senjata suami AF.
Analisa: Di sini jelas sekali permainannya. Tampaknya memang AF menawarkan senjata pada HK alias Iwan. AF mungkin sedang mengalami sedikit kesulitan keuangan karena itu mau menjual "benda" tersebut tapi tidak bisa menjual benda meskipun bekas di lapak OLX misalnya karena itu adalah barang ilegal dan berbahaya. Suami AF pun sudah bebas hampir setahun lalu dan tentunya mengetahui untuk apa "benda" peninggalan itu disimpan-simpan. Jadi ibu AF ini bukan pedagang senjata beneran, tapi menjual senjata simpanan suaminya pada HK.
Data : Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, penyandang dana dalam kasus rencana pembunuhan pejabat negara adalah orang papan atas.
Analisa: Status atau predikat "papan atas" itu relatif. Namun untuk menjaga kerahasiaan atau tujuan buronan tidak mengubah strategi pernyataan ini benar, akan tetapi untuk tujuan "buronan" itu tidak menghilangkan barang bukti dan menciptakan alibi baru maka sebaiknya lekas ditindak dan diumumkan pada umum.
Jangan kuatir, negara ini negara hukum dan Polisi adalah penegaknya. Jadi tangkaplah buronan yang disebut papan atas itu agar para anak muda yang telah dikorbankan dalam aksi 21-22 Mei lalu mengetahui dan sadar bahwa mereka telah dikorbankan atau dikendarai dengan alasan protes pilpres, jihad, melawan angkara murka dan sebagainya.
Data : Menurut pengakuan salah satu tersangka, perintah eksekusi datangnya dari sponsor. Skemanya bunuh dulu satu orang dari lembaga survei nanti keluarganya (kelaurga pembunuh) akan ditanggung.
Analisa : Ini tergolong pola kerja klasik. Iming-iming dan bujukan yang sarat dengan penipuan. Jika pelaku benar-benar melakukan aksinya maka ia 100% akan tertipu. Selain merugikan dirinya juga mengorbankan keluarganya. Jaringan profesional tidak bekerja seperti itu. Uang sudah masuk saat aksi sedang berlangsung.
Data : Beberapa informasi menarik datang dari istri salah satu tersangka, antara lain adalah :
- Irfansyah (IR) mantan prajurit Eka Paksi Kodam 1 BB, yang sudah "pensiun dini" 5 tahun silam sebelum menikahinya. Setelah "pensiun" itu sampai kini ia mengaku tidak tahu apa kerja suaminya. Di jendela rumahnya terpasasng stiker kecil Prabowo Sandi yang ditempel setelah diberikan oleh relawan yang datang ke rumahnya.
- Pada malam sebelum aksi 22 Mei terjadi suamninya bilang ke istrinya akan ikut aksi massa 22 Mei tersbut. Informasi dari Angel istri tersangka saat menjenguk suaminya dalam tahanan. IR mengaku telah menerima bayaran 5 jt dari HK (Iwan).
- Polisi yang datang menggeledah rumahnya tidak menemukan 3 senjata. Dan Polisi yang datang ke rumah ibu IR (mertua Angel) jg tidak menemukan senjata dalam penggeledahan di sana.
Analisa : Tampaknya Angel (istri IR) termakan rayuan gombal IR mengaku sebagai anggota TNI AD. Masalahnya adalah sampai artikel ini disusun pada 30 Mei 2019 pukul 15.00 WIB belum ada konfirmasi dari TNI AD. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Candra Wijaya mengatakan pihaknya belum bisa memberikan keterangan terkait IR.
Kepala Pusat Penerangan TNI Brigjen TNI Sisriadi juga mengaku juga tidak bisa mengkonfirmasi informasi tersebut. Sisriadi mengatakan, Mabes TNI tidak menyimpan data mantan prajurit TNI dan hanya menyimpan data tenaga prajurit aktif.
Pagdam I BB Mayjen Fadhila MS menjelaskan 'Tidak ada data itu."
Tampaknya IR adalah tentara gadungan mengaku-ngaku mantan TNI pada orang-orang yang ingin diperdayanya untuk berbagai tujuan. Polisi harus mengembangkan informasi itu apalagi pekerjaannya saat ditangkap adalah petugas security sebuah komplek perumahan. Bisa dicek latar belakang dan asal usulnya hingga dapat membuktikan IR benar mantan tentara atau tentara gadungan.
Atas dasar analisa di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelompok tersebut benar telah merencanakan agenda sebagaimana disebutkan diatas.Tapi kelompok ini adalah kelompok "ringan" yang menawarkan rencana makar (teror) pada sponsor yang bekerja setengah hati.
Keseriusan pelaksanaan aksi tersebut diragukan karena kelompok ringan ini sesungguhnya juga "setengah hati" menawarkan rencana mereka yang muncul dari hasil diskusi "mamak-mamak" yang mau menjual ide "barang" antiknya pada seseorang yang mengaku-ngaku mampu mengerjakan pekerjaan itu.
Pantas Menhankam Pangab, meragukan keseriusan mereka. Hal ini penulis kutip dari pernyataan Menhankam Pangab pada 29/5/2019 dari Kompas.com. Sumber kompas.com.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tidak yakin ada kelompok yang benar-benar ingin membunuh pejabat negara. "Saya rasa enggak begitulah. Masak sesama anak bangsa begitu? Mungkin hanya ngomong saja itu," ujar Ryamizard saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Meski disusun emak-emak sedang galau tapi penulis sependapat dengan pernyataan Polri bahwa benda-benda tersebut jika (jadi) digunakan dapat menimbulkan dampak sangat serius seperti senjata laras panjang dengan fasilits sniper itu bisa mematikan dalam jarak yang tepat.
Meski demikian pasti ada aktor intelek yang membiayai mereka. Tanpa bermaksud menduga-duga penulis yakin Polisi akan membeberkannya dalam waktu dekat.
Maka dari itu, serius atau tidak rencana itu, amateur atau tidak organisasi itu atau ada aktor intelek atau tidak dibalik organisasi itu faktanya itu adalah niat jahat yang direncanakan dan membuat keji pada orang lain. Oleh akrena itu keberhasilan Polri mengungkapnya adalah sebuah prestasi.
Beberapa analisa di atas mungkin sederhana tapi dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak berkompeten yang bertugas mengungkap lebih jauh dan dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H