Amukan AS belum selesai, pada 22 Maret 2019, AS mengakui Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel dari Suriah dalam perang 6 hari (1967) resmi menjadi milik Israel padahal berdasarkan resolusi PBB kawasan tersebut adalah dalam status quo.
Saat rezim Suriah digebuki beramai-ramai dihadapan bosnya sendiri (Rusia), di sudut lain teman setianya (Iran) dipeloroti Israel siang malam tanpa kenal batas waktu. Iran tak berdaya selain melontarkan kata-kata makian setelah pesawat tempur Israel beranjak pergi masuk ke dalam kawasan udara mereka kembali.
Menghadapi omelan Turki, AS tidak perduli pada gertakan Erdogan yang mengancam akan menyerang dari utara ke kawasan SDF. Turki telah menabalkan organisasi SDF dan YPG serta PKK sebagai organisasi teroris versinya tapi kurang mendapat dukungan internasional. AS mempertontonkan pada Turki tidak dapat didekte bagaikan anak kecil dihukum orang tuanya tidak diberi permen jika berbuat kesalahan.
Kini AS semakin tak terkendalikan, berusaha memutuskan kerjasama barter minyak dengan uang antara SDF dengan pemerintah Suriah di tanah pemerintah Suriah yang direbut SDF dari ISIS. Sebagaimana diketahui kini sedang terjadi krisis bahan bakar seantero Suriah adalah yang terparah sejak pemerintahan Bashar al-Assad berkuasa.
Dengan alasan melaksanakan sanksi ekonomi terhadap pemerintahan Assad AS kini melakukan embargo minyak Suriah dari atas buminya sendiri yang direbut SDF dari ISIS setahun lalu. Bahkan informasi terkini AS menerapkan sanksi terhadap pejabat dan penguasa militer SDF yang bekerjasama dengan rezim Suriah di kawasan minyak di sekitar ladang minya bersebelahan dengan kota Deir Ezzor yang bertanggung jawab pada transaksi itu.
Berdasarkan misi yang diberikan pada CJTF-OIR seharusnya tujuannya telah tercapai. ISIS telah diumumkan kalah dan perang mengalahkan ISIS telah usai namun AS memperlihatkan wujud aslinya yaitu berniat meneruskan misi untuk menghancurkan pemerintahan Suriah dukungan Iran dan Rusia dengan berbagai cara dan taktik.
Salah satu cara telah disebutkan di atas yakni dengan membantu perjuangan FSA (oposisi) melalui aneka bantuan militer, finansial dan latihan serta intelijen.
Sedangkan dan dengan taktik adalah berupa strategi jangka panjang melalui kampanye anti ISIS dengan mendukung FSA dan pembentukan SDF yang ternyata kini bermuara pada pengelolaan 16 ladang minyak di kawasan Deir Ezzor di utara Suriah dan hanya menyisakan 2 ladang minyak kecil di kawasan Deir Ezzor yang dikuasai rezim Assad.
Apakah ini buah dari hasil menyemai benih anti AS yang diterapkan rezim Suriah dan Iran sehingga tak ada waktu rasanya untuk bernafas memperbaiki kuda-kuda setelah terjatuh oleh hantaman lawan dari segala arah?
Tampaknya belajar dari sini memberi pesan penting pada kita bahwa musti hati-hati jika ingin berseberangan dengan AS. Tapi hal ini tampaknya tidak dapat dipelajari Nicolas Maduro yang kini pemerintahannya digoyang AS dengan mendukung pemimpin oposisi pro AS yaitu Juan Guado. Mengabaikan bantuan kemanan Rusia terhadap Maduro yang kini sedang terdesak malah AS mengancam.
John Bolton, pejabat keamanan nasional AS mengirim pesan pada Maduro akhir Maret lau agar ia lebih baik berlibur ke tempat yang indah (sebelum terlambat). Apa maksudnya, tak memerlukan penjelasan lagi bukan?