Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Turki "Pemenang" Adu Politik Perang Idlib

14 September 2018   11:16 Diperbarui: 14 September 2018   12:53 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen abanggeutanyo

Meskipun Turki memasukkan HTS ke dalam daftar organisasi teroris namun menjalin kontak dengan HTS guna menghilangkan permusuhan dengan NLF agar sama-sama fokus pada tujuan sama yaitu melawan pemerintahan Bashar al-Assad. Sumber :  bbcedisi 10 September 2018. Kelompok HTS ini menguasai 60% kawasan Idlib, mulai dari Bab al-Hawa hingga ke Hama.

Di sisi lain, sejumlah kota-kota dikuasi pemberontak (TFSA dan NLF) dari Jarabulus dan Afrin hingga Idlib ke Al-Lathaminah (dekat Hama) melaksankan Demonstrasi meminta Turki menghentikan rencana ofensif SAA ke Idlib.

Pada saat Turki dan AS meminta ofensif SAA dihentikan saat yang sama NLF memperkuat pertahanan dan mobilisasi kekuatan di sepanjang front terdepan. Kini NLF leluasa menembakkan senjata-senjata berat terbaru bahkan MLRS ke posisi SAA dan aliansinya dengan alasan membalas serangan udara yang dilancarkan Rusia ke sejumlah kawasan di Idlib. Menurut informasi intelijen Rusia, pihak NLF di Idlib kini sedang menyiapkan skenario baru serangan kimia palsu seolah-olah dilaksanakan oleh Rusia atau Suriah.

Tidak jauh dari kawasan tersebut, Israel --dengan dalih Iran sebagai biang kerok instabilitas kawasan timur tengah di Suriah-- telah melancarkan 200 kali serangan udara berbagai bentuk serangan ke dalam kawasan Suriah sejak meletusnya perang Suriah 11 Maret 2011 lalu. Serangan Israel semakin intensif sejak posisi SAA memperlihatkan tanda-tanda kemajuan atau kuat sejak pertengahan 2017 lalu.

Apa reaksi Rusia melihat kondisi seperti ini? Dilematis sekali terhadap Turki seperti yang diperlihatkan Putin dengan meningkatkan pembicaraan dengan Iran dan Turki serta memberikan ruang gerak lebih "bebas" pada Turki bermanufer di Suriah.

Wujud dilematis Rusia terlihat pada posisi Turki. Satu sisi Turki adalah mitra Rusia namun di sisi lain Turki punya kepentingan lain dan berbeda di Suriah.

Tampaknya Turki memang menjadi pemenang tanpa perang di Idlib setidaknya hingga saat ini, karena :

  1. Berhasil menciptakan Buffer Zone di kawasan perbatasan Suriah - Turki dari Jarabulus hingga Afrin
  2. Berhasil masuk dan mendirikan pos pemantau TSK dengan alasan stabilitas kawasan hingga mendekati kota Aleppo dan Hama
  3. Berhasil memperkuat pemberontakan dalam organisasi yang lebih rapi dan kuat serta terkordinir
  4. Berhasil menarik simpati global
  5. Berhasil menahan Rusia tidak melaksanakan ofensif setidaknya hingga saat ini
  6. Berhasil membungkam Iran hanya dengan "jabat tangan" di Astana dan Teheran
  7. Berhasil memberikan kawasan yang relatif bagi pemberontak untuk menyusun langkah dan cara baru guna meneruskan pemberontakan termasuk dengan cara politis berupa penyusunan konstitusi baru rekonsiliasi Suriah yang baru saja disepakati bersama Iran - Rusia minggu lalu.

Tidak dapat dipastikan apakah Turki akan melunak misalnya suatu saat akan mundur dari kawasan Idlib jika Perang telah usai atau tidak terjadi. Tampaknya tidak sebagaimana diperlihatkan Turki di kawasan Afrin dan Jarabulus ketika berhasi "direbut" dari ISIS, kawasan tersebut tidak dilepas lagi hingga saat ini.

Hal yang sama tejadi pada provinsi Hatai ketika provinsi itu dengan alasan referendum memisahkan diri dari Suriah bergabung ke Turki pada tahun 1939. Turki menganeksasi provinsi Hatay (Alexandretta) sebagai provinsi ke 63 Turki. Pada saat itu Hatay bagian dari Suriah (mandat Perancis untuk Suriah).

Apa sikap Iran dan Rusia jika baru menyadari --saat ini-- mereka ternyata telah terjebak dalam permainan politik Turki? Ofensif besar-besaran akan menjadi buah simalakama serius jika berhadapan dengan Turki. Salah satu konsekwensinya adalah jalur perairan Rusia melalui selat Bosphorus pasti akan ditutup oleh Turki untuk Rusia. Sebuah tamparan keras pada Rusia jika ini terjadi.

Sementara bagi Iran yang "ditampar" terus menerus oleh Israel setiap kali menantang amat memalukan sekaligus menyakitkan. Perang frontal dengan Israel di kawasan tersebut pada saat ini adalah tindakan sangat ceroboh jika tak pantas disebut bodoh karena bisa jadi menggali kuburan untuk sendiri saat kekuatan global terlihat sangat kompak meski dapat dibaca apa maksud dan tujuan masing-masing dibalik perang Suriah dengn tema melawan terorisme, ISIS, pengaruh Iran dan sebagainya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun