Jumlah pasukan Turki dan peralatan tempurnya masuk ke kawasan Idlib (salah satu Provinsi di Suriah) semakin meningkat tajam sejak awal September. Pergerakan pasukan Turki dan peralatan tempurnya secara masif tersebut setelah rekonsiliasi unit-unit tempur kelompok pemberontak Suriah yang selama ini dalam payung Free Syrian Army (FSA) sejak Februari 2018 bersatu dalam kesatuan baru yang disebut Natioanl Front for Liberation atau National Liberation Front (NLF).
NLF yang terdiri dari berbagai grup milisi FSA tersebut kemudian berbentuk menjadi Syrian Liberation Front (SLF) pada Mei 2018 masih dalam dukungan Turki. Meski namanya payung organisasinya telah berubah menjadi SLF namun media dunia cenderung menyebutnya sebagai NLF.
Beberapa lainnya masih tetap memberi julukan FSA untuk grup apapun (nasional dan jihadis) pemberontak yang melawan pemerintahan Bashar al-Assad dukungan Rusia -Iran.
Jumlah petempur National Liberation Front (NLF) dukungan Turki saat ini mencapai 70.000 personil. Jumlah tersebut BELUM termasuk personil Turkish Backed Free Syrian Army (TFSA) yang tersebar antara Afrin dan Jarabulus (kawasan Suriah diperbatasan Turki yang direbut TFSA dari ISIS tahun lalu). Jumlah TFSA di kawasan tersebut masih simpang siur, kemungkinan setidaknya 10 ribu personil.
Jika kelompok TFSA dan NLF digabungkan maka tak kurang hampir 100 ribu orang jumlah personil di pihak pemberontak kini berada di kawasan Idlib. Belum termasuk jumlah pasukan Turki (The Turkish Armed Forces atau TSK dalam singkatan bahasa Turki) yang sejak Februari 2018 lalu mulai menidirikan 12 pos pemantau (salah satu kesepakatan dari serangkaian pertemuan Astana) di kawasan Idlib hingga Hama jauh ke dalam wilayah Suriah. Turki melenggang dengan tenang tanpa gangguan dari siapapun.
Jumlah pasukan TSK semakin banyak menjelang rencana pasukan Suriah -The Syiran Arab Republic (SAA) sedang bersiap melakusanakan ofensif besar ke Idlib. Pergerakan pasukan komando TSK dan batalion lainnya kini semakin massif dengan membawa peralatan monitoring pemantauan melainkan aneka senjata berat artileri dan tank dengan intensitas mobilitas logistik sangat tinggi telah terjadi sejak awal September 2018 hingga saat ini.
Berapa jumlah pasukan TSK kini telah masuk ke kawasan Idlib, 10 ribu, 20 ribu atau lebih? Bisa jadi lebih bisa jadi kurang, tidak ada angka pasti tentang hal tersebut kecuali oleh militer Turki. Namun jika mengacu pada mobilitas intensitas masuknya kendaraan truk pengangkut peralatan dan pasukan Februari 2018 bisa jadi angkanya bisa mencapai 10 ribu personil.
Jika seluruh kekuatan pasukan TSK bergabung dibantu NLF dan TFSA dapat dibayangkan apa yang akan terjadi di kawasan Idlib dan sekitarnya ketika mereka berhadapan dengan kekuatan pasukan Suriah dan aliansinya? (diprediksi berkekuatan 70 ribu pasukan dan milisi). Belum lagi kekuatan ISIS dan Al-Qaeda Suriah akan meramaikan suasana dengan mengambil kesempatan dimanapun mereka dapatkan peluang.
Benar, bencana kemanusiaan akan terjadi tanpa pilih kasih dan lokasi. Beberapa penilaian senada hal tersebut disampaikan oleh lembaga dan pejabat negara sebagai berikut :
- PBB mengatakan akan terjadi bencana kemanusiaan sebagaimana dikemukakan UNICEF. Diperkirakan 1 juta penduduk sipil terancam mengungngsi jika pasukan Suriah melaksanakan ofensif ke Idlib ( middleeastmonitor).
- Jurubicara Deplu AS mengatakan, AS tidak akan tinggal diam jika Rusia dan pemerintah Suriah menyerang Idlib
- Akun twitter Donald Trump berkiacau, mengatakan akan terjadi kuburan massal dan bencana kemanusiaan. Ratusan ribu oang akan terbunuh, jangan biarkan itu terjadi," sebagaimana dikutip dari /twitter.
- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengingatkan hal serupa, serangan ke Idlib akan mengakibatkan pembunuhan massal, sekaligus meminta reaksi internasional jika ofensif Idlib terjadi.
- Mohammad Marandi, salah satu profesor dari universitas Iran memprediksikan sangat besar potensi AS akan bereaksi jika Suriah dan Rusia melaksanakan ofensif Idlib sebagaimana dilansir dari sputniknews.
- Dutabesar Inggris untuk PBB mengingatkan bahwa masih lebih banyak bayi ketimbang teroris di Idlib, sekaligus meminta Rusia -Suriah menahan diri.
- Hal senada muncul dari PM Inggris dan Perancis menilai krisis kemanusiaan akan terjadi jika Suriah melaksanakan ofensif sekaligus menekankan ancaman bahwa Inggris dan Perancis akan mengambil langkah keras jika terjadi serangan senjata seakan mengingatkan reaksi keras Inggris dan Perancis tahun lalu terhadap SAA atas tuduhan penggunaan senjata kimia di Duma, Eastern Ghouta.
Di saat Turki dan AS mengingatkan bakal terjadi bencana kemanusiaan seperti di atas saat bersamaan Turki dan AS memperkuat "punggawa" besutan masing-masing. Kubu AS --atas nama koalisi internasional-- telah memasok 1200 truk berisi aneka senjata dan amunisi sejak awal 2018. Sedangkan Turki semakin massif menusuk ke Idlib bahkan Hama dengan alasan monitoring, melawan Terorisme dan stabilitas kawasan Idlib berdasarkan serangkaian perjanjian Astana.
Turki bahkan memperbaharui keputusannya dengan mendeklarasikan kelompok Al-Nusra atau HTS (Al-Qaeda di Suriah) sebagai kelompok teroris. Padahal di sisi lain Turki bebas melenggang dari kawasan dikuasai Hayat Tahrir al-Sham (HTS) tanpa sedikitpun ancaman.
Meskipun Turki memasukkan HTS ke dalam daftar organisasi teroris namun menjalin kontak dengan HTS guna menghilangkan permusuhan dengan NLF agar sama-sama fokus pada tujuan sama yaitu melawan pemerintahan Bashar al-Assad. Sumber : bbcedisi 10 September 2018. Kelompok HTS ini menguasai 60% kawasan Idlib, mulai dari Bab al-Hawa hingga ke Hama.
Di sisi lain, sejumlah kota-kota dikuasi pemberontak (TFSA dan NLF) dari Jarabulus dan Afrin hingga Idlib ke Al-Lathaminah (dekat Hama) melaksankan Demonstrasi meminta Turki menghentikan rencana ofensif SAA ke Idlib.
Pada saat Turki dan AS meminta ofensif SAA dihentikan saat yang sama NLF memperkuat pertahanan dan mobilisasi kekuatan di sepanjang front terdepan. Kini NLF leluasa menembakkan senjata-senjata berat terbaru bahkan MLRS ke posisi SAA dan aliansinya dengan alasan membalas serangan udara yang dilancarkan Rusia ke sejumlah kawasan di Idlib. Menurut informasi intelijen Rusia, pihak NLF di Idlib kini sedang menyiapkan skenario baru serangan kimia palsu seolah-olah dilaksanakan oleh Rusia atau Suriah.
Tidak jauh dari kawasan tersebut, Israel --dengan dalih Iran sebagai biang kerok instabilitas kawasan timur tengah di Suriah-- telah melancarkan 200 kali serangan udara berbagai bentuk serangan ke dalam kawasan Suriah sejak meletusnya perang Suriah 11 Maret 2011 lalu. Serangan Israel semakin intensif sejak posisi SAA memperlihatkan tanda-tanda kemajuan atau kuat sejak pertengahan 2017 lalu.
Apa reaksi Rusia melihat kondisi seperti ini? Dilematis sekali terhadap Turki seperti yang diperlihatkan Putin dengan meningkatkan pembicaraan dengan Iran dan Turki serta memberikan ruang gerak lebih "bebas" pada Turki bermanufer di Suriah.
Wujud dilematis Rusia terlihat pada posisi Turki. Satu sisi Turki adalah mitra Rusia namun di sisi lain Turki punya kepentingan lain dan berbeda di Suriah.
Tampaknya Turki memang menjadi pemenang tanpa perang di Idlib setidaknya hingga saat ini, karena :
- Berhasil menciptakan Buffer Zone di kawasan perbatasan Suriah - Turki dari Jarabulus hingga Afrin
- Berhasil masuk dan mendirikan pos pemantau TSK dengan alasan stabilitas kawasan hingga mendekati kota Aleppo dan Hama
- Berhasil memperkuat pemberontakan dalam organisasi yang lebih rapi dan kuat serta terkordinir
- Berhasil menarik simpati global
- Berhasil menahan Rusia tidak melaksanakan ofensif setidaknya hingga saat ini
- Berhasil membungkam Iran hanya dengan "jabat tangan" di Astana dan Teheran
- Berhasil memberikan kawasan yang relatif bagi pemberontak untuk menyusun langkah dan cara baru guna meneruskan pemberontakan termasuk dengan cara politis berupa penyusunan konstitusi baru rekonsiliasi Suriah yang baru saja disepakati bersama Iran - Rusia minggu lalu.
Tidak dapat dipastikan apakah Turki akan melunak misalnya suatu saat akan mundur dari kawasan Idlib jika Perang telah usai atau tidak terjadi. Tampaknya tidak sebagaimana diperlihatkan Turki di kawasan Afrin dan Jarabulus ketika berhasi "direbut" dari ISIS, kawasan tersebut tidak dilepas lagi hingga saat ini.
Hal yang sama tejadi pada provinsi Hatai ketika provinsi itu dengan alasan referendum memisahkan diri dari Suriah bergabung ke Turki pada tahun 1939. Turki menganeksasi provinsi Hatay (Alexandretta) sebagai provinsi ke 63 Turki. Pada saat itu Hatay bagian dari Suriah (mandat Perancis untuk Suriah).
Apa sikap Iran dan Rusia jika baru menyadari --saat ini-- mereka ternyata telah terjebak dalam permainan politik Turki? Ofensif besar-besaran akan menjadi buah simalakama serius jika berhadapan dengan Turki. Salah satu konsekwensinya adalah jalur perairan Rusia melalui selat Bosphorus pasti akan ditutup oleh Turki untuk Rusia. Sebuah tamparan keras pada Rusia jika ini terjadi.
Sementara bagi Iran yang "ditampar" terus menerus oleh Israel setiap kali menantang amat memalukan sekaligus menyakitkan. Perang frontal dengan Israel di kawasan tersebut pada saat ini adalah tindakan sangat ceroboh jika tak pantas disebut bodoh karena bisa jadi menggali kuburan untuk sendiri saat kekuatan global terlihat sangat kompak meski dapat dibaca apa maksud dan tujuan masing-masing dibalik perang Suriah dengn tema melawan terorisme, ISIS, pengaruh Iran dan sebagainya..
Meninggalkan Bahsar al-Assad "seorang diri" dicabik-cabik oleh ganasnya serigala serigala padang pasir seperti Moamar Khadafi mengalami nasib tak baik bukanlah sebuah hasil yang bagus dibanding seluruh totalitas pengorbanan Rusia -Iran telah diberikan pada Suriah selama ini.
Dapat kita bayangkan, betapa sakitnya kepala Putin dan Rouhani terutama Al-Assad tak tertahankan menyaksikan kolaborasi "orkestra" Global atas nama Turki dan AS menari-nari sesuai selera masing-masing dalam simfoni perang Suriah dari awal meletusnya pemberontakan hingga saat ini.
Kita harapkan semoga sakit kepala itu tidak menjadi migran akut yang menyebabkan ketidak seimbangan pikiran dan hati dalam pengambilan keputusan. Jika salah dalam mengambil keputusan terutama nekat dan emosi dapat menyebabkan perang besar tidak hanya di Idlib, mungkin bisa jadi asal muasal Perang Dunia (PD) ke III, sebagaimana pernah diprediksi oleh Nostradamous pada 155 lalu.
Dalam salah satu Nobuat nya ia katakan (tulis) awal PD 3 berasal dari Suriah. Entah benar atau tidak, mari kita lihat saja tanpa berharap nubuat Nostradamous jadi kenyataan.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H