Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bocah Palestina Dipenggal FSA Mempersatukan Dunia dan Suriah

21 Juli 2016   12:16 Diperbarui: 22 Juli 2016   09:27 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dipungkiri lagi, perang Suriah benar-benar telah membuat kalap semua pihak bertikai didalamnya. Tak hanya penderitaan akibat pemboman pesawat tempur Rusia, AS dan sekutu masing-masing tehadap wanita dan anak-anak, kini salah satu sayap militer FSA juga menunjukkan sikap tak kalah beringas dibandingkan ISIS dan lainnya.

Peristiwa itu terjadi pada 19 Juli 2016 lalu, ketika salah satu organisasi pasukan oposisi FSA yang berusaha sekuat tenaga membuka kepungan SAA di Aleppo timur dekat jalan utama Castilo sekitar Handarat Camp tempat pengusian Palestina, tepatnya di sekitar kamp pengungsi Palestina di Ein El Tal, Aleppo timur.

Abdullah  Issa (11) seorang bocah Palestina ditangkap dan dituding sebagai mata-mata untuk Quds Brigade -salah satu kelompok militer PLO- di kawasan dikuasai sekelompok afiliasi FSA, gerakan Harakat Nour al-Din al-Zinki. 

Pembunuhan dramatis itu terjadi ketika Issa tak berdaya di atas sebuah mobil pick up Al-Zinki. Dalam sebuah video bocah Issa tampak lelah dan kehausan. Beberapa angota FSA beselfi dengannya seakan menangkap musuh paling dicari selama ini. Seorang pemuda berambut gondrong menjambak rambut Issa bagian atas. Pemuda lain lagi disebelahnya kelihatan gemas sekaligus kasihan pada Issa, sekali-sekali membelai pipi Issa namun dilanjutkan tamparan membuat si bocah kebingungan. Sementara sejumlah pemuda lain besorak ria di depan bocah terlihat panik itu.

Sebelum dieksekusi si gondrong mengatakan bahwa Issa adalah tahanan disusupkan dari penjara Assad yang sudah sesak sehingga PLO -afiliasi SAA- mengirimnya ke kawasan dikuasai al-Zinki tersebut. Tak lama kemudian, pemuda berambut gondrong pada awalnya menjambak rambut Issa mengeksekusinya dengan sebilah pisau komando, mirip gaya macho rambo ala ISIS mengeksekusi korbannya. Si gondrong itu seolah tetutup pendengarannya ketika si bocah justru meminta tolong, tapi hal itu tak menghalanginya membunuh Issa.

Darah bercucuran dari atas dek pickup ke tanah. Sang Rambo mengangkat kepala bocah tadi dan mengacung-ngacungkan penggalan kepala Issa bagaikan selesai menyembelih kambing. Kelompok itu mungkin -sementara- puas merasakan buronan paling mereka cari selama ini. Akan tetapi kepuasan grup Harakat Nour al-Din al-Zinki itu kini telah menuai kecaman dunia temasuk dari petinggi Harakat Nour al-Din al-Zinki sendiri. Mungkin ini sesuatu tidak terbayangkan oleh si gondrong dan komerat sebelumnya. Jika belum dihapus video itu dapat dilihat di sini : https://twitter.com/Dalatrm.

Beberapa jam setelah video pembunuhan tehadap tawanan tak mengenal batas itu tesebar luas, pejabat Harakat Nour al-Din al-Zink mengeluakan pernyataan mengutuk dan akan menghukum pelaku pembunuhan biadap terhadap bocah Palesina tersebut. "Nour al-Din al-Zenki movement released a public statement condemning the beheading  of a child POW fighter  and says it will punish those accountable for it," sebut sumbe syria.liveuamap.

Peristiwa pembunuhan dramatis itu kini telah menggema dan menggelegar menjadi fokus berita utama dunia. Beberapa media barat dan lainnya tak kunjung selesai meluncurkan artikel menggugah emosional tesebut.

Salah satu portal berita Inggis AP menjelaskan sikap Amnesti Internasional bahwa peistiwa itu sebuah aksi sangat menjijikkan dan kelompok oposisi pemberontak Suriah melaksanakan tindakan pelanggaan sangat serius terhadap kemanusiaan.

Sedangkan commondreams mengatakan al-Zinki adalah salah satu gup militer opoisis FSA yang dibiayai AS, Aab Saudi, Turki dan Qatar.  

Salah satu portal berita AS usatoday menilai aksi dramatis tersebut menuai reaksi terhadap al-Zink sendiri. Aksi petempur Harakat Nour al-Din al-Zinki itu saat ini telah menuai kecaman dunia meskipun Harakat Nour al-Din al-Zinki sendiri telah menatakan sikap tidak setuju atas tindakan bar-bar angotanya membunuh bocah malang tersebut.

Portal AS lainna menyebutkan pemerintah AS sendiri akan melakukan penyelidikan terhadap aksi mengerikan tersebut yang dilakukan oleh grup pilhan AS. Mark Toner, juru bicara Kemenlu AS mengatakan hal itu dengan menuliskan kutipan pernyataan Tone, "U.S. State Department spokesman Mark Toner called the report “appalling” and said the government was investigating the incident."

Media berita Austalia ABC menyebutkan induk FSA akan menyelidiki dan memproses pelaku aksi diluar batas kemanusiaan tersebut. Mengutip pernyataan The Syrian Observatory for Human Rights sumbe ABC menyebutkan the Nour al-Din al-Zinki Movement adalah sebuah grup oposisi dukungan Tuki yang telah menerima bantuan militer AS termasuk ATGM TOW. 

ABC menuding oposisi pilihan AS atau lebih dikenal dengan istilah "The Moderat rebels" sebagai pelaku aksi tersebut. Media berita Australia ABC menebutkan FSA akan menelidiki dan memproses pelaku aksi diluar batas kemanusiaan tesebut. Mengutip pernyataan  The Syrian Observatory for Human Rights sumbe ABC menebutkan the Nour al-Din al-Zinki Movement adalah grup oposisi dukungan Turki.

CNN  edisi 20 Juli 2016 menyoroti kasus tersebut secara khusus. Dalam sebuah video mewancarai Philip Luther direktur Amnesti intenasional. Dalam keterangannya Luther megutuk keras aksi yang digambarkannya sebagai kejahatan perang. Pembunuhan singkat terhadap tawanan perang seperti itu adalah salah satu hal paling mengerikan dan betapa dalamnya kerusakan moral terjadi pada beberapa anggota kelompok bersenjata, sebutnya.

Di pihak pemeintah Suriah jelas sangat mengutuk aski tesebut. Hezbollah beberapa menit lalu saat tulisan ini dibuat bahkan menyamakan moderat oposisi dengan ISIS. "Hezbollah said such “terrorist crimes” are a clear indicator that groups, labeled by the West as part of Syria’s “moderate opposition,” are no different than Daesh, also known as ISIS.," sebut sumber Hezbollah di media alliranian

Meskipun media Arab jarang mempublikasikan kabar tersebut namun sebuah media Arab lainnya  alaraby.co.uk menjelaskan lebihdramatis, Abdullah Issa yang dipenggal anggota Nour al-Din al-Zinki Movement ternyata BUKAN anggota Bigade Al-Quds. Issa dilahirkan di barak pengungsi dan seorang anak miskin telantar. Media itu juga mengutip pernyataan Tone, bahwa AS akan mengkaji kembali kerjasama dengan grup tersebut kedepan, tulis sumber itu.

Kasus Abdullah Issa merupakan salah satu korban dari ribuan bentuk kekejaman hampir serupa dilakukan oleh berbagai pihak terlibat dalam konflik Suriah akan tetapi respon media hampir seluruh dunia kini serentak dan sama mengutuk dan memojokkan sekligus mewakili perasaan sedih mendalam dunia atas sikap diluar norma perang tehadap anak-anak di Suriah.

Melihat pada kesamaan opini media dunia tak berlibahan mungkin baru kali ini bebagai media dunia kompak dan satu  pandangan dalam menikapi aksi paling biadab ini dalam perang Suriah mengingat sikap pro dan kontra dukungan masing-masing media.

Konvensi Jenewa terhadap anak-anak

Dalam protokol ke dua 1977 Konvensi Jenewa 1949 diulangi secara tegas pada bagian khusus tentang Special Protection of Children dalam Bab XV pasal nomor 77, bahwa anak-anak "dibawah umur" dan wanita hamil tidak dikenakan hukuman mati dalam perang. Batasan anak-anak di bawah umur minimal usia 18 tahun.

The death penaltyfor an offence related to the armed conflict shall not be executed on personswho had not attained the age of eighteen years when the offence was committed.As to non-international armed conflicts, Art. 6, of Prot. II states that deathpenalty shall not be pronounced on persons who were under the age of eighteenyears at the time of offence and shall not be carried out on pregnant women ormothers of young children.

Jika melihat brutalnya perang Suriah diakui rasa-rasanya hampir semua pihak terlibat termasuk AS dan Rusia secara langsung atau tidak telah melanggar konvensi Jenewa yang mereka rancang sendiri. Akan tetapi tanpa bermaksud menyepelekan kasus pelanggaran konvensi Jenewa terhadap ratusan ribu korban perang lainnya di Suriah dan lain tempat diberbagai belahan dunia, pemenggalan terhadap Abdullah Issa benar-benar tidak lazim dalam akal sehat manusia meski dalam kondisi disulut dendam kesumat api perang sekalipun, sangat kontras dengan prinsip dasar Konvensi Jenewa dalam perlindungan terhadap anak-anak.

Oleh karena itu ketika media seluruh dunia serentak menyoroti peristiwa tersebut dan kematian tragis Abdullah Issa telah memancing sensor alam manusiawi ummat manusia di seluruh dunia termasuk sejumlah pihak terlibat di dalamnya, bisa jadi kesamaan visi media dunia iini akan membuka mata, hati dan cakrawala seluruh pihak terlibat dan mampu menyentuh kembali alam bawah sadar manusiawi mereka hadir kembali setelah sempat terkubur dalam-dalam oleh nafsu angkara murka saling mematikan dengan berbagai cara dalam lima tahun terakhir perang Suriah.

Mungkin sangat berlebihan jika kematian bocah Abdullah Issa akan mampu memadamkan bara api perang Suriah. Namun jika dari kasus itu mampu menggerakkan naluri semua pihak kembali bersikap manusiawi setidaknya sebuah langkah awal untuk menyadari bahwa di atas sebuah peristiwa pembunuhan ada lagi pembunuhan baru dan di atas permusuhan akan ada lagi permusuhan baru, oleh karenanya pantas diakhiri. Setiap perang pun harus segera diakhiri dengan dialog mengedepankan rasa kemanusiaan. Sebab, jika tidak demikian akan ada lagi martir-martir baru berupa Abdullah Issa lainnya oleh tangan "iblis-iblis" berwujud manusia. 

Tanah Suriah telah menjadi tempat "bermain" adu rivalitas negara super power, dan anak-anak seperti Issa telah membayar harga permainan tersebut. Semoga anak-anak yang telah menjadi martir seperti Abdullah Issa tidak akan sia-sia.

Selamat jalan Abdullah Issa... 

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun