Jika melihat brutalnya perang Suriah diakui rasa-rasanya hampir semua pihak terlibat termasuk AS dan Rusia secara langsung atau tidak telah melanggar konvensi Jenewa yang mereka rancang sendiri. Akan tetapi tanpa bermaksud menyepelekan kasus pelanggaran konvensi Jenewa terhadap ratusan ribu korban perang lainnya di Suriah dan lain tempat diberbagai belahan dunia, pemenggalan terhadap Abdullah Issa benar-benar tidak lazim dalam akal sehat manusia meski dalam kondisi disulut dendam kesumat api perang sekalipun, sangat kontras dengan prinsip dasar Konvensi Jenewa dalam perlindungan terhadap anak-anak.
Oleh karena itu ketika media seluruh dunia serentak menyoroti peristiwa tersebut dan kematian tragis Abdullah Issa telah memancing sensor alam manusiawi ummat manusia di seluruh dunia termasuk sejumlah pihak terlibat di dalamnya, bisa jadi kesamaan visi media dunia iini akan membuka mata, hati dan cakrawala seluruh pihak terlibat dan mampu menyentuh kembali alam bawah sadar manusiawi mereka hadir kembali setelah sempat terkubur dalam-dalam oleh nafsu angkara murka saling mematikan dengan berbagai cara dalam lima tahun terakhir perang Suriah.
Mungkin sangat berlebihan jika kematian bocah Abdullah Issa akan mampu memadamkan bara api perang Suriah. Namun jika dari kasus itu mampu menggerakkan naluri semua pihak kembali bersikap manusiawi setidaknya sebuah langkah awal untuk menyadari bahwa di atas sebuah peristiwa pembunuhan ada lagi pembunuhan baru dan di atas permusuhan akan ada lagi permusuhan baru, oleh karenanya pantas diakhiri. Setiap perang pun harus segera diakhiri dengan dialog mengedepankan rasa kemanusiaan. Sebab, jika tidak demikian akan ada lagi martir-martir baru berupa Abdullah Issa lainnya oleh tangan "iblis-iblis" berwujud manusia.
Tanah Suriah telah menjadi tempat "bermain" adu rivalitas negara super power, dan anak-anak seperti Issa telah membayar harga permainan tersebut. Semoga anak-anak yang telah menjadi martir seperti Abdullah Issa tidak akan sia-sia.
Selamat jalan Abdullah Issa...
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H