Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kutukan Banjir Jakarta, Emang Gue Pikirin atau Gue Jadi Pikiran?

20 Februari 2016   11:00 Diperbarui: 30 April 2019   19:28 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : abanggeutanyo

Ternyata "itupun tak penting," ungkap warga yang sudah geram karena buktinya dengan segenap program raksasa mega proyek kanal barat, kanal timur, pembangunan situ, sumur resapan dan danau buatan serta saluran bawah tanah bukannya mengeliminir banjir malahan semaki menjadi-jadi karena sang banjir kini tak segan-segan menyusup ke dalam Istana Negara tempat presiden berkantor simbol pemerintahan Republik Indonesia.

Jika kita sebagian warga sudah pasrah dan tidak menganggap penting lagi membicarakan banjir jakarta pasti di sisi lain masih ada yang menganggap hal itu penting, setidaknya mengetahui apa sebabnya karena beberapa sumber menabalkan stigma kutukan Jakarta yang tak lepas dari banjir sejak dari jaman "Nabi Nuh" hingga sekarang.

Benarkah Jakarta dikutuk menjadi daerah langganan banjir dari masa ke masa? Pasti tidak ada yang percaya meski kenyataannya Jakarta banjir dan penyebabnya lebih disebabkan persoalan dari dimensi ilmu pengetahuan dan teknologi (saintis) bukan mistis peninggalan cerita rakyat tempo doeloe.

Lupakan sisi mistis berupa kutukan, mari kita luangkan waktu sejenak melihat dari sisi saintis atau iptek mengapa Jakarta dilanda banjir abadi melalui beberapa penjelasan berikut ini.

"Ahhhh itu pun tak perlu," menurut sejumlah warga karena sudah banyak yang tahu apa sebab banjir Jakarta. Sudah  banyak pakarnya, ahli mengatasi banjir lulusan dari dalam dan luar negeri memberi ulasan dan analisisnya untuk pemerintah DKI.

Ribuan tulisan tentang sebab banjir DKI pun telah menghiasi sejumlah media sosial, portal berita dan statisun berita dan televisi jadi sudah tak menarik lagi rasanya dikaji pada tulisan ini. "makin bete, mas," kata sejumlah warga membaca apa sebab banjir Jakarta.

Tapi untuk yang satu ini mungkin tidak membosankan, solusi mengatasi banjir kedengarannya rada menarik kelihatannya. Ups.. masih ada yang mengatakan bosan, bete, gak perduli, terserah atau apalah kata-kata yang mewaikili sikap tak perduli?

Kali ini dipakasakan, alasannya dariapda harus mengalami banjir kembali.. Bagaimana?

"Okelah kalau begitu.." sebut sebagian warga yang terlihat mulai lesu akibat kehabisan tenaga membersihkan rumah, peralatan rumah tangga dan pekarangannya berlumpur bulan lalu baru selesai diberesin kena banjir lagi minggu lalu dan baru selesai diberesin kembali kemarin.

Solusi mengatasi banjir Jakarta.

  1. Menyiapkan sumur resapan besar
  2. Menyiapkan gorong-gorong (saluran) raksasa
  3. Pembangunan sungai alur banjir (Flood Way) mirip teknologi di Vollendam, Belanda
  4. Pembangunan bendungan air laut
  5. Meningkatkan budaya warga DKI menjaga kebersihan dan merawat lingkungan masing-masing
  6. Memberi sanksi pada perorangan atau badan usaha yang mencemari lingkungan Jakarta
  7. Membuat batasan batasan yang jelas tentang standarisasi pencemaran lingkungan Jakarta
  8. Menciptakan instansi baru, dinas (departemen) khusus perawatan lingkungan jakarta

Apakah solusi di atas dijamin 100% mengatasi banjir Jakarta? Belum tentu, sebab penyebab banjir Jakarta yang enggan (tak jadi) disebutkan di atas memang agak rumit menyangkut turunnya permukaan kota Jakarta yang diperkirakan mencapai 12 cm sehingga benteng setinggi 2 meter pun akan amblas sebelum 16 tahun usia pakainya tiba. Apalagi prediksi Jakarta pada 2020 dengan sejumlah permasalahan sosialnya akan membuat permukaan Jakarta harus kerja keras menahan gempuran warga yang hidup di atas pundaknya yang mulai ringkih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun