Analisa Hanz Lothar Dmorose di atas mungkin benar adanya sebab beberapa indikasi lainnya tentang akan semakin remuk redamnya Suriah semakin nyata dan jika tidak dihentikan segera. Hancurnya Suriah bukan saja merugikan Timur Tengah tapi juga merugikan ketenangan di Eropa dengan terjadinya gelombang pengungsi ke Eropa baru-baru ini hingga saat ini. Apalagi melihat persiapan Rusia sangat serius mempersiapkan perang besar maka potensi dunia akan hancur jika terjebak dalam perang dunia 3 akan semakin merugikan semua pihak. Beberapa indikasi lain akan diciptakan perdamaian menyeluruh di Suriah adalah sebagai berikut :
- Pada 21 September 2015, PM Israel, Benyamin Natanyahu berkunjung ke Rusia setelah melihat data dan informasi NATO tentang rekaman satelit NATO yang memastikan adanya pernambahan kekuatan militer Suriah dengan hadirnya perlatan tempur Rusia sebagamana disebut di atas. Natanyahu juga ingin memastikan bahwa situasi di Suriah tidak akan berdampak pada terjadinya pertempuran antara Israel dan Rusia.
- Pada 23 September 2015, Kanselir Jerman dalam pertemuan pimpinan Uni Eropa di Brussel menyatakan UE akan melibatkan Bashar al-Assad dalam mengakhiri konflik di Suriah. Pernyataan ini sebelumnya tidak pernah terjadi dimana Assad dianggap sebagai sumber masalah konflik Suriah. "In a sign the Europeans' position on Assad may also be softening, German Chancellor Angela Merkel said "we have to speak with many actors, this includes Assad, but others as well," tulis 3News mengutip pernyataan Merkel.
- Pada 26/9/2015 dijadwalkan Presiden Putin akan berkunjung ke AS bertemu Obama dan PBB. Puitn juga akan bertemu beberapa pemimpin negara lainnya di AS terkait perdamaian Suriah. Obama telah memberi tanda menerima kunjungan Putin dalam waktu dekat ini seperti disampaikan 3News di atas.
- Pada 22 September 2015, AS (Pentagon) telah mengirim pasukan pemberontak (Jabhat al-Nusra) terlatih ke Suriah. Sebanyak 12 kendaraan tempur dilengkapi senapan mesin penuh dan amunisi dari Divisi ke 30 Jabhat Al-Nusra berkuatan 75 personil yang selama ini dilatih di Turki masuk ke Suriah dari Turki. SOHR (Observatorium Suriah utuk HAM) melaporkan aktifitas tersebut seperti terlihat pada sumber ini : telegraphbrani
- Suriah untuk pertama sekali telah menggunakan drone milik Rusia pada 22 September lalu menyerang konsentrasi pemberontak di Aleppo.
- Salah satu sayap pasukan khusus Iran mulai berdatangan ke Suriah. Quds Force berkekuatan 15000 pasukan berani mati telah disusupkan ke Suriah sejak Juni 2015 lalu.
- Peralatan tempur Rusia langsung menai korban, sebanyak 120 pemberontak tewas menandakan peta kekuatan Suriah. mulai bangkit kembali. Berapa korban akan berjatuhan ke depan saat peralatan dan pasukan Rusia dan Iran semakin intensif.
Mungkinkah dengan cara seperti itu AS (sekutu) atau NATO bahkan PBB baru kini mengakomodir usul perdamaian yang ditawarkan Rusia? Terlalu lama rasanya memahami draft yang diusul Rusia bebearpa waktu lalu baru kini mulai diperhatikan.
Meski terkesan terlambat tak mengapa, sayangnya korban mulai berjatuhan lebih banyak. Kubu pemberontak dan pendukungnya melihat selama ini kubu rezim mulai lemah ternyata malah berbalik menjadi lebih galak dan mulai makan korban lebih banyak. Artinya, persoalan Suriah tidak dapat diselesaikan dengan peperangan.
Dialog dalam kesetaraan dengan melibatkan pihak yang dianggap juru kunci masalah Suriah tentu akan memberi sandi kunci untuk membuka gembok perdamaian di Suriah semakin terarah dan lebih cepat. Kelihatannya jurus Rusia kali ini akan tepat sekali mengenai sasaran..
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H