Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money

Ada Gula Tak Ada Semut, Nasib Bekas PG Cot Girek Aceh

10 Februari 2011   17:02 Diperbarui: 10 Juni 2021   14:21 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soeharto, meresmikan PG Cot Girek pada Mei 1970. (gambar, kontribusi bung Arie KISS FM Medan)

 Salah satu peribahasa untuk menganalogikan daya tarik sebuah tempat yang memiliki kandungan ekonmis sehingga menarik pendatang untuk menikmati limpahan kandungan kekayaan tersebut, adalah "Ada Gula Ada Semut."

Banyak contoh yang bisa diambil untuk mendiskripsikan peribahasa tersebut. Salah satunya, pernah ada sebuah daerah di pedalaman Aceh Utara, sebuah desa disebut Cot Girek. Lokasinya 15 Km dari Kota Lhoksukon atau 35 Km dari kota Lhokseumawe. 

Daerah ini sekitar tahun 1970-an adalah daerah yang hijau, masih diselimuti oleh hutan-hutan yang rindang. Di dalam hutan itu terdapat areal perkebunan tebu sangat luas, kalau tidak salah sekitar 1000 Ha milik PTPN-1 yang ditugasi untuk mengelola Pabrik Gula (PG) Cot Girek. Dari lahan inilah PG tadi mendapat suplay bahan bakunya pada saat itu.

PG Cot Girek ini diresmikan oleh almarhum Presiden Soeharto pada Mei 1970. Saat itu masayarakat Aceh sangat bangga dengan hadirnya pabrik tersebut. Banyak mimpi-mimpi indah jika pabrik ini nantinya mampu mandiri. fismtaranya akan dapat menopang perekonomian Aceh, khususnya Aceh Utara.

Oleh karenanya saat presiden akan berkunjung ada dua sisi yang paling sibuk menghadapi kunuungan Presiden. pertama adalah anak-anak sekolah, khsusnya murid SD se Kecamatan Syamtalira Arun (saat itu satu kecamatan dengan Cot Girek). 

Seminggu sebelum  pak Harto tiba anak-anak sudah dilatih baris berbaris, bernyanyi dan rumah-rumah penduduk yang (katanya)akan dilewati pak harto dan rombongannya disekitar PG telah disulap dengan cat putih dan merah.

Di sisi lain yang tak kalah sibuk selain pemerintah daerah kabupaten Aceh Utara adalah pasukan pengawal pak Harto (kalau tidak salah namanya saat itu Paswalpres). 

Hari yang dinantikan pun tiba. Beberapa buah bis besar "rombongan pak Harto"melewati jalan yang berpasir belum diaspal debu mengebul kesana kemari di sepanjang lintasan 15 Km dari Lhoksukun ke Cot Girek. Beberapa kali usaha penyiraman jalan dengan air dilakukan sebelum rombongan lewat tidak kuat menahan sengatan terik matahari sehingga jalan yang baru disiram itu mengering lagi tak lama kemudian.

Pelajar SD menggunakan bendera yang terbuat dari bahan kertas kertas minyak menggerak-gerakkan tangannya seolah menyampaikan pesan selamat datang di daerah tersebut. Anak murid SD ditemani oleh gurunya menunggu berjam-jam.

Informasi dari panitia, Presiden akan lewat jam 9.00 otomatis guru dan anak muridnya bergegas ke lokasi pukul 8.30. Ternyata yang  dinantikan tak kunjung tiba. Setelah menunggu 90 menit anak-anak mulai bosan, ada yang pingsan, yang gak kuat berdiri menyingkir dari tepi jalan.

Panitia memberi  masukan kembali, "bahwa  sekitar 1 jam lagi Presiden akan lewat". Mendengar pengumuman seperti itu otomatis "para penunggu" berhamburan kembali  berdiri di kiri-kanan tepi jalan. 

Ternyata  kejadiannya terulan kembali, Presiden belum juga datang. Keadaan ini terjadi hingga 3 kali kalau tidak salah sehingga akhirnya rombongan presiden baru lewat sekitar pukul 12 siang atau 3,5 jam  setelah anak-anak dan guru berbaris  sepanjang jalan tempat lokasi rombongan akan lewat. Mereka menunggu dengan gagah berani dan penuh  semangat.

Walaaaah... Presiden sendiri ternyata tidak ada dalam rombongan itu, karena menggunakan Helikopter dari kota Lhokseumawe atau dari bandara Malikulsaleh menuju Cot Girek ditempuh dalam waktu tempuh 15 menit saja. 

Akhirnya Presiden mendarat di dekat PG Cot Girek. Setelah acara singkat selesai, pak Harto meninggalkan lokasi acara, mengikuti jalur dan prosedur saat  kedatangannya dengan Helikopter.

Mengetahui hal tersebut para penunggu tidak berbaris lagi di tepi jalan.

Presiden Soeharto dan rombongannya telah pulang, tinggallah PG Cot Girek  dan pengurusnya hari demi hari menggantungkan harapan pada subsidi pupuk, tebu yang tidak berkualitas dan subsidi harga untuk menekan Harga Pokok Penjualan. 

Kondisi ini terus saja berlangsung, kalau tidak salah hingga 1980-an pabrik ini sudah ngos-ngosan karena kekurangan subsidi. Akhirnya pada tahun 1985 pabrik ini sudah benar-benar ditutup,  bukan saja rugi tapi benar-benar tidak memberikan lagi kontribusi apapun kepada pegawai dan pekerjanya.

Kini, 40 tahun setelah didirikan, kondisi areal PG Cot Girek ditempat gambar pak Harto terlihat berjalan -dengan hati penuh gembira- sekarang tinggal bangunan yang melepuh dan tidak terurus sama sekali. 

Di berbagai sudut pabrik yang terlihat adalah bangunan tua yang mengerikan karena sudah menjamur di mana-mana. Lokasi itu telah ditumbuhi oleh semak belukar dan ilalang setinggi 1,5 meteran. Tidak jelas siapa yang pernah membersihkan areal tersebut sehingga masih bertahan hingga saat ini walau dalam wujud yang menyeramkan.

12973565761478052462
12973565761478052462
PG Cot Girek tinggal kenangan. Apakah salah urus, salah asuhan atau salah manajemen? Padahal sebetulnya ia memiliki persediaan yang memadai untuk ditanami tebu penyuplai bahan pokoknya sendiri. 

Apa hendak dikata, bak kata pepatah "Nasi telah mejadi bubur" semua sia-saia saja rasanya... Maka apakah pantas kita memberi peribahasa lain untuk PG ini, dari "Ada Gula Ada Semut"  menjadi " Ada Gula Tak Ada Semutnya...?"

Semoga suatu saat lahan itu masih dapat dipakai untuk mebangun pabrik gula yang lebih baik dan modern. 

Suatu saat...? Ya, suatu saat. Bukankah harapan itu pertanda sebuah kehidupan masih ada..? Tak salah berharap kembali..!

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun