Ternyata kejadiannya terulan kembali, Presiden belum juga datang. Keadaan ini terjadi hingga 3 kali kalau tidak salah sehingga akhirnya rombongan presiden baru lewat sekitar pukul 12 siang atau 3,5 jam setelah anak-anak dan guru berbaris sepanjang jalan tempat lokasi rombongan akan lewat. Mereka menunggu dengan gagah berani dan penuh semangat.
Walaaaah... Presiden sendiri ternyata tidak ada dalam rombongan itu, karena menggunakan Helikopter dari kota Lhokseumawe atau dari bandara Malikulsaleh menuju Cot Girek ditempuh dalam waktu tempuh 15 menit saja.
Akhirnya Presiden mendarat di dekat PG Cot Girek. Setelah acara singkat selesai, pak Harto meninggalkan lokasi acara, mengikuti jalur dan prosedur saat kedatangannya dengan Helikopter.
Mengetahui hal tersebut para penunggu tidak berbaris lagi di tepi jalan.
Presiden Soeharto dan rombongannya telah pulang, tinggallah PG Cot Girek dan pengurusnya hari demi hari menggantungkan harapan pada subsidi pupuk, tebu yang tidak berkualitas dan subsidi harga untuk menekan Harga Pokok Penjualan.
Kondisi ini terus saja berlangsung, kalau tidak salah hingga 1980-an pabrik ini sudah ngos-ngosan karena kekurangan subsidi. Akhirnya pada tahun 1985 pabrik ini sudah benar-benar ditutup, bukan saja rugi tapi benar-benar tidak memberikan lagi kontribusi apapun kepada pegawai dan pekerjanya.
Kini, 40 tahun setelah didirikan, kondisi areal PG Cot Girek ditempat gambar pak Harto terlihat berjalan -dengan hati penuh gembira- sekarang tinggal bangunan yang melepuh dan tidak terurus sama sekali.
Di berbagai sudut pabrik yang terlihat adalah bangunan tua yang mengerikan karena sudah menjamur di mana-mana. Lokasi itu telah ditumbuhi oleh semak belukar dan ilalang setinggi 1,5 meteran. Tidak jelas siapa yang pernah membersihkan areal tersebut sehingga masih bertahan hingga saat ini walau dalam wujud yang menyeramkan.
Apa hendak dikata, bak kata pepatah "Nasi telah mejadi bubur" semua sia-saia saja rasanya... Maka apakah pantas kita memberi peribahasa lain untuk PG ini, dari "Ada Gula Ada Semut" menjadi " Ada Gula Tak Ada Semutnya...?"
Semoga suatu saat lahan itu masih dapat dipakai untuk mebangun pabrik gula yang lebih baik dan modern.